Selasa, 7 Oktober 2025

Virus Corona

Covid-19 Berpotensi Sebabkan Gangguan Otak, Penelitian Ungkap Pasien Halusinasi hingga Otak Bengkak

Baru-baru ini sebuah studi mengungkapkan bahwa gangguan otak merupakan salah satu gejala Covid-19, penyakit yang disebabkan virus SARS-CoV-2.

Penulis: Ika Nur Cahyani
CNN, University College London
Pemindaian otak dari studi University College London, yang diterbitkan pada 8 Juli. 

TRIBUNNEWS.COM - Baru-baru ini sebuah studi mengungkapkan bahwa gangguan otak merupakan salah satu gejala Covid-19, penyakit yang disebabkan virus SARS-CoV-2.

Bahkan potensi mengalami gangguan pada otak ini juga mungkin terjadi pada pasien Covid-19 yang tidak parah.

Para peneliti di University College London (UCL) dalam penelitiannya mengatakan Covid-19 dapat menyebabkan komplikasi neurologis termasuk stroke, kerusakan saraf, dan radang otak yang berpotensi fatal.

Hal ini terjadi bahkan jika pasien tidak mengalami gejala pernapasan akut.

Dikutip dari Forbes, penelitian yang diterbitkan di jurnal Brain pada 8 Juli lalu melaporkan hasil pengamatan pada 40 pasien Covid-19 di Inggris. 

Baca: Habiskan 22 Jam Per Hari untuk Main Game, Bocah 15 Tahun Ini Stroke Otak dan Lengannya Lumpuh

Baca: Ilmuwan Peringatkan Adanya Kemungkinan Gelombang Kerusakan Otak Terkait Covid-19

Pemindaian otak dari studi University College London, yang diterbitkan pada 8 Juli.
Pemindaian otak dari studi University College London, yang diterbitkan pada 8 Juli. (CNN, University College London)

Dari ke-40 pasien dewasa itu, semuanya menunjukkan gejala penyakit otak.

Pasien-pasien dengan gejala Covid-19 ringan seperti demam dan sedikit kesulitan bernapas, mengalami gejala neurologis.

Seorang wanita berusia 55 tahun yang tidak memiliki penyakit mental dirawat di rumah sakit dengan gejala Covid-19.

Dia mengalami termasuk demam, batuk, dan nyeri otot.

Setelah dua minggu menjalani perawatan, wanita ini lantas dipulangkan dengan berbekal oksigen untuk membantu pernapasannya.

Namun empat hari setelahnya, suami wanita itu melaporkan bahwa istrinya bertindak aneh.

Menurut pengakuan sang suami, istrinya berhalusinasi melihat singa dan monyet di rumahnya.

Baca: TKW di Malaysia Alami Kelumpuhan Akibat Kecelakaan, Stroke 8 Bulan, Kini Telah Meninggal Dunia

Baca: Ada Sejumlah Pihak yang Menganggap Covid-19 Konspirasi dan Rekayasa

Dia juga kerap berdelusi dan agresif dengan keluarga dan staf medis yang merawatnya.

Setelah itu, pasien Covid-19 tersebut dirawat dan diberi obat anti-psikotik hingga gejalanya mulai membaik selama tiga minggu.

Penelitian itu tidak mengungkapkan apakah wanita tersebut pulih sepenuhnya dari gangguan otak itu.

Masalah neurologis lain dialami pasien Covid-19 yang berusia antara 16-85 tahun.

Pada usi-usia itu, pasien kebanyakan mengalami kasus delirium atau psikosis, yakni stroke dan masalah dengan saraf perifer yang ditemukan pada ekstremitas seperti tangan dan kaki.

Jurnal menjelaskan bahwa ada 9 pasien yang diiagnosis mengalami Acute Demyelinating Encephalomyelitis (ADEM) akut, di mana sistem kekebalan tubuh diperkirakan menyerang mielin, selubung isolasi saraf di sistem saraf pusat.

Jika mielin tidak ada atau tidak cukup tebal, saraf akan kehilangan kemampuan mentransmisikan informasi secara efektif.

Selain itu akan terjadi berbagai gejala termasuk kelumpuhan dan masalah kognitif.

ADEM jarang terjadi, namun diagnosa gangguan ini kebanyakan terjadi kepada anak-anak setelah terinfeksi virus.

Namun jurnal ini mengambil contoh kasus ADEM kepada wanita dewasa.

Setelah sepekan mengalami gejala Covid-19, wanita 47 tahun itu didiagnosa gangguan neurologis dan ADEM.

Otaknya mengalami pembengkakan sehingga ahli bedah harus mengoperasi tengkoraknya untuk mengurangi tekanan.

Dr Michael Zandi, konsultan ahli saraf dari University College London Hospitals dan salah satu penulis makalah senior mengatkan bahwa gangguan otak pada pasien Covid-19 memerlukan penelitian lebih lanjut secara global.

Sejatinya, ini bukan kali pertama gejala neurologis dikaitkan dengan penderita Covid-19.

Namun studi yang rilis baru-baru ini memberikan informasi tambahan mengenai spektrum besar berbagai penyakit otak yang dapat disebabkan oleh infeksi virus SARS-CoV-2.

Inggris memiliki program pengawasan, Coro Nerve untuk mengantisipasi hal ini.

Jadi dokter bisa melaporkan gejala neurologis Covid-19 dengan harapan dapat lebih memahami efek virus corona pada otak.

Fakta ini menambah kekhawatiran Covid-19 akan menyebabkan pasien yang selamat mengalami kondisi kesehatan kronis.

Meskipun komplikasi neurologis yang serius tampaknya jarang terjadi, para peneliti memperingatkan hal ini memerlukan penelitian lebih lanjut.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved