Virus Corona
Universitas Airlangga dan BIN Berjuang Meneliti Obat Penyembuh Covid-19
Upaya pengobatan dalam percepatan penanganan COVID-19 merupakan rangkaian upaya dari pengujian dan pelacakan.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Universitas Airlangga (Unair), bekerja sama dengan Badan Intelijen Negara (BIN) dan Gugus Tugas Nasional terus melakukan penelitian untuk memutakhirkan resep penyembuhan COVID-19.
Hal itu disampaikan peneliti Universitas Airlangga (Unair), Dokter Purwati bersama Badan Intelijen Negara (BIN) dan Gugus Tugas Nasional, Jumat (12/6/2020).
Menurut Purwati, Unair melakukan penelitian terkait dengan regimen kombinasi obat dan juga jenis stem cell yang efektif.
Regimen merupakan komposisi jenis dan jumlah obat serta frekuensi pemberian obat sebagai upaya terapi pengobatan.
Titik tolak penelitiannya, kata Purwati, berdasarkan prinsip penyakit infeksi, yakni adanya konsep tiga sisi yang terdiri host, lingkungan dan agen.
"Jadi manusia itu sendiri, virus itu sendiri, serta faktor lingkungan yang apabila dibuat sesuatu hal yang sedemikian rupa sehingga mendukung pertumbuhan virus tersebut," ujar Purwati dalam siaran pers BNPB, Jumat (12/6/2020) lalu.
Berbasis Obat di Pasaran
Upaya pengobatan dalam percepatan penanganan COVID-19 merupakan rangkaian upaya dari pengujian dan pelacakan. Pengobatan yang dilakukan bersifat medis dan nonmedis.
Menurut perempuan bergelar doktor ini, pihaknya dan BIN terus meneliti dan menggunakan regimen untuk pengobatan medis.
"Kombinasi obat-obatan yang sudah dilakukan penelitian dari obat-obatan yang sudah ada di pasaran, kita teliti untuk potensi dan efektivitas obat tersebut, sehingga indikasinya diperluas menjadi obat yang mempunyai efek antiviral terhadap SARS-CoV-2 yang berbasis dari virus isolat Indonesia, yang sampelnya diambil dari pasien di RSUA yang telah mendapatkan sertifikat laik etik, melalui serangkaian proses," lanjutnya.
Baca: Pertambahan Kasus Corona Masih Tinggi, RS Khusus Covid-19 Perlu Ditambah
Proses pertama yaitu uji toksisitas.
"Apakah obat yang akan dipakai itu toksik atau tidak untuk sel tubuh kita," ucapnya.
Kedua, yaitu mengecek dan meneliti potensi obat yang digunakan tersebut seberapa besar daya bunuhnya terhadap virus Corona tersebut.
"Ketiga, meneliti efektivitas obat tersebut berapa besar dan berapa lama berefek terhadap penghambatan dan penurunan jumlah virus," lanjutnya.
Ia menambahkan, dalam penelitian ini juga dilakukan pengukuran sitokin sitokin inflamasi dan anti-inflamasi.
Dari hasil penelitian ini didapatkan peningkatan sitokin-sitokin anti-inflamasi (anti keradangan) dan penurunan sitokin-sitokin inflamasi (keradangan), di mana pada infeksi virus ini biasanya didapatkan kadar sitokin inflamasi yang tinggi sehingga mengakibatkan keadaan yang kurang bagus bagi organ-organ tubuh.
Dari 14 regimen obat yang diteliti, ada lima kombinasi regimen obat yang mempunyai potensi dan efektivitas yang cukup bagus untuk menghambat virus itu masuk ke dalam sel target dan juga membantu penurunan perkembangbiakannya di dalam sel.
"Hasil tersebut dapat diikuti bertahap dari 24 jam, 48 jam dan 72 jam, dan virus tersebut yang jumlahnya ratusan ribu berkurang hingga tak terdeteksi," ucapnya.
Saat konferensi pers, Purwati menunjukkan kemasan kombinasi obat yang belum diperjualbelikan. Itu merupakan hasil kolaborasi Unair, BIN dan juga BNPB.
"Jadi ada lima macam kombinasi yaitu lopinavir atau ritonavir dan azithromycin. Kedua, lopinavir atau ritonavir dan doxycycline. Ketiga, lopinavir atau ritonavir dan clarithromycin. Keempat, hydroxychloroquine dan azithromycin dan kelima kombinasi hydroxy dan doxycycline," ucap Purwati.
Baca: Pramono Edhie Wibowo Wafat: Dimakamkan di Samping Ibu Ani, TNI AD Kibarkan Bendera Setengah Tiang
Ia mengatakan, regimen dipilih sebagai kombinasi karena potensi dan efektivitas yang cukup bagus terhadap daya bunuh virus.
Dosis kombinasi yang lebih kecil 1/5 sampai 1/3 dari dosis tunggal, sehingga sangat mengurangi toksitas obat tersebut di dalam sel tubuh yang sehat.
Ia mengatakan, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa jumlah virus menurun sampai tidak terdeteksi setelah diberi regimen obat tersebut.
"Maka bisa memutus mata rantai penularan," harapnya.
"Pemanfaatan regimen menggunakan obat yang beredar di pasaran. Ini disebabkan obat tersebut sudah melalui berbagai macam pengujian sampai dengan mendapatkan surat ijin edar dari Badan POM, mulai dari invitro, enema sampai dengan post marketing drug," ujarnya.
Ia berpendapat, pada era pandemi ini dibutuhkan obat yang cepat, tepat serta sudah teruji.
Sedangkan untuk jenis stem cell yang diteliti untuk potensi sebagai antiviral pada COVID-19 ini yaitu HSCs (Haematopetics Stem Cells) dan NK (Natural Killer) Cells.
Setelah diteliti potensinya dan efektivitasnya dengan uji tantang pada virus isolat Indonesia ini maka untuk HSCs yang diambil dari darah dibiakkan 3-4 hari, didapatkan hasil setelah 24 jam virus menjadi tidak terdeteksi.
Baca: Para Tetamu Melihat Ada yang Ganjil dengan Perawakan Mempelai, Ternyata Pernikahan Sejenis
Sedangkan untuk NK cells, bahannya diambil dari Pheriperal blood mononucleated cells yang dikendalikan selama 7-14 hari di laboratorium sel punca.
Setelah 72 jam, NK cells melakukan inaktivasi sebagian besar virus sehingga bisa direkomendasikan untuk preventif (pencegahan) dan juga pengobatan.
Pengaturan untuk upaya preventif dengan NK cells bisa bertahan kurang lebih empat bulan dan itu sangat biologis karena bisa diambil dari dari darah pasien itu sendiri.
"Kami berharap apa yang kami lakukan BIN, Gugus Tugas Nasional dan seluruh pihak dapat memberikan manfaat tidak hanya kepada masyarakat di Indonesia tetapi juga dunia," ucap Purwati.
Dengan penelitian yang telah dilakukan, stem cell dan regimen kombinasi obat, pihaknya telah menyampaikan diseminasi hasil riset tersebut menjadi tujuh jurnal yang sekarang proses submite di jurnal internasional.
Sekretaris Utama Badan Intelijen Negara (BIN), Komjen Polisi Bambang Sunarwibowo juga menyampaikan, Unair menemukan efektivitas kombinasi obat untuk penyembuhan pasien Covid-19.
Unair juga melakukan penelitian mengenai jenis stem cell untuk upaya pencegahan dan pengobatan.
"Mudah-mudahan apa yang kami lakukan selama ini, terutama dengan pihak Gugus Tugas dan peneliti riset Unair saat ini bisa membantu dan bermanfaat bagi kita semua," ujar Bambang dalam siaran pers BNPB, Jumat (12/6/2020).
Baca: DAFTAR Harga Sepeda Polygon Mulai Rp 950 Ribu, Sepeda Gunung Rp 1,7 Jutaan
Menurutnya, Pandemi ini tidak hanya berdampak pada masalah kesehatan tetapi juga ekonomi dan sosial-budaya.
Situasi ini masih terus terjadi juga di negara-negara lain sehingga langkah cepat dan komprehensif sangat dibutuhkan untuk penanganannya.
Oleh karena itu, ia mengatakan, seluruh pihak harus bergerak, karena dukungan masyarakat sangat penting sekali di tengah pandemi Covid-19, untuk mempercepat pemutusan mata rantai virus yang pertama kali ditemukan di Wuhan, China itu.

"Mari kita berusaha untuk mendukung apa yang telah dilakukan secara konkret oleh Gugus Tugas Nasional," ucapnya.
Pada kesempatan yang sama, perwakilan Tim Pakar Gugus Tugas Nasional, Ari Fahrial Syam menyampaikan, sejumlah lembaga terus bekerja sama dan bahu membahu untuk mencari solusi yang terbaik bagi penanganan Covid-19 , baik untuk pencegahan maupun pengobatan.
(taufik/tribunnetwork/cep)