Virus Corona
New Normal Akan Diterapkan Bertahap, Yurianto: Jangan Diekspresikan dengan Merasa Bebas
Jubir Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, menegaskan new normal bukanlah euforia yang kemudian diekspresikan dengan merasa bebas.
TRIBUNNEWS.COM - Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona (Covid-19), Achmad Yurianto mengatakan, sebentar lagi sejumlah daerah akan mulai mengimplementasikan kebiasaan baru atau new normal.
Menurut Yurianto, penerapan new normal tersebut ke depannya akan dilakukan oleh banyak daerah sejalan dengan aktifnya kembali aktivitas produktif masyarakat untuk mempertahankan kinerja keseluruhan.
Kendati demikian, Yuri menegaskan, hal itu bukanlah euforia yang kemudian diekspresikan masyarakat dengan merasa bebas melakukan apapun dan mengabaikan protokol kesehatan.
Baca: New Normal, DPRD DKI Sarankan Anies Atur Jam Masuk dan Keluar Kantor, Bikin 3 Gelombang
"Beberapa saat yang akan datang,banyak daerah secara bertahap akan mulai mengimplementasikan kebiasaan baru ini sejalan dengan mulai dijalankannya kembali aktivitas-aktivitas produktif dalam rangka mempertahankan kinerja keseluruhan kita."
"Oleh karena itu, ini bukan sebuah euforia yang kemudian diekspresikan dengan merasa bebas untuk melakukan apapun, bertindak apapun, bebas untuk siapapun dengan mengabaikan protokol kesehatan, mengabaikan kebiasaan-kebiasaan baru yang harus dibentuk," tegas Yuri dalam konferensi pers yang disiarkan langsung melalui kanal YouTube BNPB, Selasa (2/6/2020).

Yuri pun mengimbau pada setiap keluarga agar betul-betul melindungi seluruh keluarganya dari ancaman Covid-19.
Ia pun berpesan supaya masyarakat tidak berbondong-bondong memenuhi pusat perbelanjaan ketika sudah kembali dibuka.
Terlebih, Yuri menambahkan, apabila membawa orang-orang yang sangat rentan terserang Covid-19.
Baca: Sambut New Normal, DPRD DKI Beri Saran Kepada Anies Untuk Atur Jam Masuk dan Keluar Kantor
"Apabila kemudian ada beberapa pusat perbelanjaan yang mulai dibuka, bukan berarti kemudian kita memiliki kebebasan dengan membawa orang tua kita, membawa orang-orang yang memiliki komorbid, hipertensi, sakit ginjal, kencing manis, untuk kemudian berbondong-bondong ke pusat perbelanjaan," kata Yuri.
"Atau pun membawa anak-anak kita, balita kita ke tempat-tempat itu. Risiko ini akan menjadi semakin besar," sambungnya.
Oleh karena itu, Yuri menambahkan, kebiasaan baru yang mengedepankan protokol kesehatan harus mulai ditanamkan pada keluarga mulai saat ini.
Adaptasi Kebiasaan Baru Mutlak Harus Dijalankan
Yuri juga menyampaikan bahwa adaptasi kebiasaan baru merupakan hal yang mutlak untuk dijalankan.
"Adaptasi kebiasaan baru ini mutlak harus kita jalankan," ujarnya.
Menurut Yuri, basis perubahan ini terletak pada edukasi terus-menerus di dalam keluarga.
Oleh karena itu, pemerintah pun berharap keluarga dapat mengambil peran dalam perubahan adaptasi kebiasaan baru di masa pandemi Covid-19 ini.
"Basis perubahan ini tentunya ada pada edukasi terus-menurus oleh keluarga."
"Oleh karena itu, kita sangat berharap peran keluarga dalam perubahan adaptasi kebiasaan baru ini menjadi sesuatu yang harus dilaksanakan bersama-sama," kata Yuri.
Baca: Achmad Yurianto: Pandemi Covid-19 Belum Selesai, Kita Harus Mulai Menata Kembali Kehidupan Kita
Yuri juga mengingatkan, anak-anak dalam keluarga kita rentan dengan penyakit ini.
Meskipun anak selalu berada di rumah, Yuri menambahkan, anak tersebut bisa berisiko tertular dari orang-orang dewasa di sekitarnya yang banyak berkegiatan di luar rumah.
"Kita tahu anak-anak kita termasuk rentan dengan penyakit ini."
"Mungkin dia seharian di rumah tapi orang tuanya atau saudara yang lain, dewasa yang aktif berada di luar, bisa saja tidak menyadari membawa penyakit ini ke rumah.
Yuri menyampaikan, sejumlah orang yang terinfeksi virus corona dengan gejala ringan ataupun tanpa gejala mungkin saja berada di sekitar kita.
Baca: The New Normal Akan Jadi Bencana Tanpa Upaya Goyong-royong Bersama
Apabila orang-orang tersebut tidak melakukan karantina diri secara ketat maka bisa menjadi sumber penularan di tengah masyarakat.
Manakala adaptasi kebiasaan baru tidak dilakukan, Yuri mengatakan, akan besar kemungkinan menularkan ataupun tertular.
"Apabila kemudian bertemu dengan orang yang rentan, entah itu orang dewasa muda dengan imunitas bagus, orang tua dengan penyakit komorbid, atau mungkin dengan anak-anak atau balita, manakala tidak terlindungi dengan adaptasi kebiasaan baru tadi maka sangat besar kemungkinannya untuk menular atau tertular," ungkap Yuri.
Update Kasus Covid-19 di Indonesia
Pasien positif corona (Covid-19) di Indonesia masih mengalami peningkatan.
Yuri menyampaikan, menurut data yang dihimpun pemerintah, kasus positif Covid-19 di Indonesia kini totalnya berjumlah 27.549 kasus.
Jumlah tersebut meningkat 609 kasus per Selasa (2/6/2020) pukul 12.00 WIB.
Sementara itu, Yuri menambahkan, dari total kasus positif tersebut, terdapat tambahan 22 pasien positif corona yang meninggal dunia.
Baca: Kebijakan New Normal Dinilai Jalan tengah antara Kepentingan kesehatan dan Kebutuhan ekonomi
Total kasus kematian akibat Covid-19 kini telah mencapai 1.663 pasien.
Kabar baiknya, terdapat 298 pasien dinyatakan sembuh.
Sehingga, total pasien sembuh bertambah menjadi 7.935 orang.

Sebelumnya, total kasus positif Covid-19 di Indonesia berjumlah 26.940 per 1 Juni 2020.
Sementara itu, total terdapat 7.637 pasien yang dinyatakan sembuh dan 1.641 pasien meninggal dunia.
(Tribunnews.com/Widyadewi Metta)