Virus Corona
Tim Pakar Catat Jakarta Alami Tren Penurunan Covid-19, Jatim Tengah Naik 133 Persen
Dari peta tersebut, terlihat risiko Covid-19 di ibu kota persentase angkanya menyentuh -17,6 persen.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 mencatat Provinsi DKI Jakarta mengalami penurunan.
Hal itu berdasarkan peta risiko yang dikeluarkan Gugas dalam aplikasi Bersatu Lawan Corona (BLC) untuk memantau penanganan Covid-19 di setiap Provinsi.
"Nah kalau para pemudik terus ngotot kembali lagi ke Jakarta dan membawa penyakit, itu bisa nanti second wave (gelombang kedua Covid-19)," kata Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito dalam siaran BNPB, Selasa (26/5/2020).
Dari peta tersebut, terlihat risiko Covid-19 di ibu kota persentase angkanya menyentuh -17,6 persen.
Wiku juga mengambil contoh Provinsi Jawa Timur yang sedang mengalami kenaikan kasus positif Covid-19. Terlihat angka di grafik untuk Provinsi Jawa Timur yakni +133 persen.
Baca: Tri Rismaharini: Tidak Mungkin Tuhan Berikan Cobaan di Luar Kemampuan Manusia
"Ini (Jawa Timur) masih naik-naiknya. Itu yang harus ditekan oleh pimpinan daerah dan seluruh masyarakat," katanya.
Berdasarkan rekomendasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dikatakan Wiku, terdapat tiga aspek utama untuk menetapkan apakah suatu daerah siap melakukan aktivitas kembali selama pandemi.
Tiga aspek utama tersebut yakni gambaran epidemiologi, surveilans kesehatan masyarakat, dan layanan kesehatan.
Baca: Petugas Tegas, Puluhan Pengemudi Ditolak Masuk Jakarta Karena Tak Punya SIKM
"Suatu daerah disebut baik apabila selama dua minggu target penurunan kasus setelah puncak terakhir paling sedikit 50 persen penurunannya. Kalau menurunnya tidak 50 persen belum dianggap baik," katanya.
Target penurunan tersebut, dikatakan Wiku, meliputi jumlah kasus positif, jumlah pasien dirawat, jumlah pasien dalam pengawasan (PDP), jumlah orang dalam pemantauan (ODP), dan jumlah kasus meninggal.
"Makanya harus menjaga prestasi turun, bukan prestasi naik atau naik-turun," katanya.
Sementara untuk aspek surveilans kesehatan masyarakat, Wiku mengatakan harus ada kenaikan dari jumlah spesimen yang diperiksa di laboratorium.
"Jadi banyak diperiksa di laboratorium, tapi banyak yang negatif. Jangan sampai jumlah yang diperiksa sedikit ya terus saja kelihatanya turun. Kan kalau enggak diperiksa turun," katanya.
Kemudian untum aspek pelayanan kesehatan, Wiku mengatakan hal itu meliputi kesediaan fasilitas di ruang isolasi. dan alat pelindung diri yang tersedia dalam menangani pasien Covid-19.
"Jumlah tempat tidurnya berapa, APD-nya berapa kesediannya. Aspek pelayanan kesehatan ini memang belum terkumpul baik. Perlu partisipasi dari pemerintah daerah untuk meningkatkan pelayanan kesehatan," pungkasnya.