Minggu, 5 Oktober 2025

Virus Corona

Kunjungi Bogor, Mendagri Ingatkan Pejabat Tidak Saling Menyalahkan Dalam Penanganan Covid-19

Tito Karnavian, melakukan kunjungan kerja (kunker) untuk menguatkan koordinasi dalam penanganan dan penanggulangan Covid-19 di Bogor

Penulis: Larasati Dyah Utami
Editor: Adi Suhendi
Puspen Kemendagri.
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian, melakukan kunjungan kerja (kunker) untuk menguatkan koordinasi dalam penanganan dan penanggulangan Covid-19 di Bogor, Selasa (19/5/2020). 

Laporan Wartawan Tribunnews, Larasati Dyah Utami

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian, melakukan kunjungan kerja (kunker) untuk menguatkan koordinasi dalam penanganan dan penanggulangan Covid-19 di Bogor, Jawa Barat, Selasa (19/5/2020).

Dalam pidatonya, Mendagri meminta semua pejabat yang hadir, baik dari pusat maupun daerah untuk tidak saling menyalahkan.

Tito mengatakan dalam perang melawan penyebaran Covid-19, semua pihak harus bersatu saling belajar dan saling mendukung.

Baca: Pengamat Militer Soroti Posisi Pangkogabwilhan Jadi Batu Loncatan Strategis Menuju Bintang Empat

"Jangan kemudian saling salahkan. Semuanya, baik itu Pemerintah Pusat dan daerah, saling belajar dari pengalaman negara lain, apa kelebihan yang bisa diambil dan kekurangan yang bisa dipelajari," ujar Tito di Kantor Bupati Bogor, Selasa (19/5/2020).

Dalam keterangannya, mantan Kapolri itu berujar situasi pandemi Covid-19 ini merupakan situasi baru yang tidak hanya dialami Indonesia.

Negara maju seperti seperti Amerika Serikat, Italia, Spanyol, Inggris, Jerman dan Perancis di daratan Eropa juga turut jadi korban.

Baca: Kemenhub Jatuhkan Sanksi ke Operator Bandara dan Maskapai karena Melanggar Physical Distancing

"Ini barang baru, sesuatu yang baru bagi dunia, maka tidak ada negara yang betul-betul siap menghadapi ini," ujarnya Mendagri.

Tidak hanya itu, korban yang terjangkit Covid-19 atau yang meninggal di negara-negara tersebut jauh lebih banyak daripada Indonesia.

Karena itu, ia meminta semua pejabat yang hadir belajar dari keberhasilan maupun kegagalan negara-negara tersebut.

Baca: Besok, Dua Perwira Ini Dikabarkan Dilantik Jadi KSAL dan KSAU

"Ini wabah terluas dalam sejarah Indonesia modern semenjak 1945, semua provinsi saling belajar satu sama lain. Jadi saya pikir kita tidak perlu saling menyalahkan satu sama lain. Tapi kita belajar dari negara lain, kita belajar dari daerah lain, belajar dari keberhasilan mereka, dan belajar dari kekurang berhasilannya," ujar Mendagri

Krisis kesehatan akibat Covid-19 ini bisa mengarah kepada krisis multidimensi.

Dari krisis kesehatan bisa menjadi krisis kemanusiaaan karena banyak yang meninggal, serta berdampak kepada krisis keuangan.

Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) menyebabkan arus ekonomi melambat. Banyak pabrik, kawasan wisata, hingga hotel yang tutup.

"Sektor keuangan juga mengalami pukulan berat. Pemerintah pusat, keuangannya terpukul, karena pendapatan negara berkurang drastis. Pendapatan lebih kecil. Sementara belanja besar, sehingga defisit tak bisa dihindari," ujarnya

Karena itu, ia meminta para pejabat di Pemkot Bogor untuk tidak mengeluh, karena semua sedang mengalami kondisi yang sama yang baru dialami semua pihak.

"Semua (anggaran di pusat) dipotong, Kemendagri dari 3 triliun dipotong 1 triliun, sudah. Tapi saya sampaikan kepada teman-teman jangan mengeluh. Ini semua keadaan baru, semua terpukul," ujarnya.

Tercatat Ada 11.891 PDP dan 45.300 ODP di Indonesia

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto melaporkan 45.300 orang berstatus Orang Dalam Pemantauan (ODP) hingga Selasa (19/5/2020) pukul 12.00 WIB.

Data tersebut dihimpun secara berjenjang dari kabupaten atau kota hingga tingkat provinsi.

"Yang masih kita pantau 45.300 orang dalam pemantauan," ujar Achmad Yurianto dalam konferensi pers yang disiarkan langsung melalui YouTube di Channel BNPB, Selasa (19/5/2020).

Baca: 28 Bus AKAP dari Terminal Pulogebang Meninggalkan Jakarta Sejak Layanan Dibuka Kembali

Kemudian jumlah Pasien Dalam Pengawasan (PDP) naik menjadi 11.891 orang.

Achmad Yurianto mengatakan kasus positif corona saat ini telah merambah 390 kabupaten/kota di 34 Provinsi.

Pemerintah juga melaporkan total kasus positif virus corona (Covid-19) di Indonesia naik menjadi 18.496 orang, hingga Selasa (19/5/2020) pukul 12.00 WIB.

Baca: Update Covid-19 di Indonesia 19 Mei: 18.496 Positif Corona, 1.221 Meninggal, 4.467 Sembuh

Angka itu diperoleh setelah adanya tambahan kasus baru sebanyak 486 orang dalam waktu 24 jam terakhir.

Sementara kasus meninggal naik menjadi 1.221 orang, setelah ada penambahan sebanyak 30 orang.

Sedangkan jumlah pasien sudah sembuh menjadi 4.467 orang, setelah ada penambahan sebanyak 143 orang.

Masyarakat Wajib Menggunakan Masker Kain Saat Keluar Rumah

Pemerintah mewajibkan seluruh masyarakat untuk menggunakan masker kain saat berada di luar rumah.

Baca: Update Corona di Seluruh Dunia 9 April 2020: Indonesia Masuk 20 Besar Korban Meninggal Terbanyak

Anjuran ini merujuk pada rekomendasi WHO terkait pencegahan penularan virus corona.

"Mulai hari ini, sesuai dengan rekomendasi WHO, kita jalankan masker untuk semua."

"Semua harus menggunakan masker," kata Achmad Yurianto dalam konferensi pers yang diunggah kanal Youtube BNPB, Minggu (5/3/2020).

Yuri menegaskan, masker yang dianjurkan untuk dipakai oleh masyarakat umum adalah jenis masker kain.

Sementara masker bedah dan masker N95 hanya digunakan oleh petugas medis.

"Masker bedah, masker N95, hanya untuk petugas medis."

"Gunakan masker kain, ini menjadi penting karena kita tidak pernah tahu di luar, orang tanpa gejala banyak sekali didapatkan di luar, kita tidak tahu, mereka adalah sumber penyebaran penyakit," tuturnya.

Oleh karena itu, Yuri  pun mengimbau masyarakat untuk dapat melindungi diri sendiri dengan menggunakan masker kain saat keluar rumah.

Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Prof Wiku Adisasmito, menunjukkan masker kain 3 lapis yang direkomendasikan agar digunakan masyarakat untuk menangkal virus corona.
Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Prof Wiku Adisasmito, menunjukkan masker kain 3 lapis yang direkomendasikan agar digunakan masyarakat untuk menangkal virus corona. (Youtube BNPB/via kompas.com)

Yuri menyampaikan, masker kain hanya boleh digunakan maksimal selama empat jam.

Masker tersebut kemudian harus dicuci dengan merendamnya terlebih dahulu di dalam air sabun.

"Masker kain bisa dicuci. Kami menyarankan, penggunaan masker kain tidak lebih dari empat jam kemudian dicuci dengan cara direndam di air sabun kemudian dicuci," terangnya.

"Ini upaya untuk mencegah terjadinya penularan, karena kita tidak pernah tahu di luar banyak sekali kasus yang memiliki potensi menularkan ke kita.

"Di samping mencuci tangan menggunakan sabun selama minimal 20 detik, ini (penggunaan masker) menjadi kunci bagi kita untuk kemudian mengendalikan penyakit ini," tambah Yuri.

Baca: Cara Mencegah Virus Corona saat Berada di Luar hingga Kembali ke Rumah

Lebih lanjut, Yuri mengungkapkan keprihatinan pemerintah atas adanya sejumlah tenaga medis yang tertular Covid-19.

Bahkan, sejumlah tenaga medis pun gugur dalam menjalankan tugasnya.

"Oleh karena itu, komitmen pemerintah sangat kuat untuk melindungi mereka dengan secara terus-menerus mendistribusikan APD (Alat Pelindung Diri) agar mereka bisa bekerja dengan profesional, nyaman, dan tidak ada kekhawatiran terpapar infeksi," kata Yuri.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved