Virus Corona
Lebih 3,5 Juta Orang Telah Terjangkit Virus Corona di Dunia
Jumlah kasus terinfeksi virus corona (Covid-19) di dunia telah melampaui 3,5 juta orang hingga Senin (4/5/2020).
Laporan wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, SIDNEY-- Jumlah kasus terinfeksi virus corona (Covid-19) di dunia telah melampaui 3,5 juta orang hingga Senin (4/5/2020).
Sementara angka kematian di dunia mendekati seperempat juta.
Berdasarkan data terlihat tingkat kematian dan kasus baru telah melambat dari puncaknya pada bulan lalu.
Amerika Utara dan negara-negara di Eropa menyumbang sebagian besar kasus baru yang dilaporkan dalam beberapa hari ini.
Namun jumlahnya meningkat dari basis yang lebih kecil di Amerika Latin, Afrika, dan Rusia.
Secara global, ada 84.004 kasus baru selama 24 jam terakhir, menurut penghitungan Reuters yang didasarkan pada data resmi pemerintah.
Sehingga total kasus di dunia telah lebih dari 3,5 juta.
Baca: Presiden Jokowi Minta Semua Bansos Sampai ke Masyarakat Minggu Ini
Baca: Trump Sangat Yakin Amerika Akan Punya Vaksin Covid-19 Akhir Tahun Ini
Baca: Benarkah Ramuan Herbal Ampuh Obati Covid-19? Simak Trik Aman Memilih Dari Guru Besar UGM

Berdasarkan data Worldometers, Senin (4/5/2020) pukul 10.55 WIB, total kasus terkonfirmasi positif di dunia mencapai 3.566.295.
Sebagai pembanding, menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 3-5 juta kasus influenza musiman setiap tahunnya terjadi di dunia.
Tercatat paling mematikan dalam sejarah adalah wabah flu Spanyol, yang dimulai pada 1918 dan terinfeksi diperkirakan 500 juta orang.
Namun, para ahli mengatakan aktualnya kasus virus corona mungkin lebih tinggi dari laporan saat ini.
Sementara angka kematian akibat Covid-19 mencapai 245.992.
Kasus kematian pertama kali dilaporkan pada 10 Januari lalu, di Wuhan, China, setelah virus muncul di sana pada bulan Desember tahun lalu.
Worldometer mencatat 1.154.061 pasien virus corona sudah sembuh di dunia hingga hari ini.
Tingkat harian kasus baru di seluruh dunia berada di kisaran 2-3 persen selama seminggu terakhir, dibandingkan puncak sekitar 13 persen pada pertengahan Maret lalu.
Akibatnya, banyak negara mulai berpikir untuk mengurangi atau melonggarkan lockdown yang telah menghancur bisnis dan membuat ekonomi global memburuk.
Di Amerika Serikat, pada Gubernur dari Negara bagian mulai membuka kembali perekonomian mereka selama akhir pekan.
Sementara yang lain, termasuk Gubernur New York Andrew Cuomo, menyatakan langkah itu sebagai prematur.
Di Inggris, Perdana Menteri Boris Johnson, yang berjuang melawan Covid-19 pada bulan lalu, mengatakan negara itu telah melalui masa puncak.
Tapi menurut dia, masih terlalu dini untuk melonggarkan lockdown.
Bahkan di negara di mana perang terhadap Covid-19 dianggap berhasil, seperti Australia dan Selandia Baru--yang telah mencatat tingkat harian kasus baru hanya satu digit selama berminggu-minggu, masih berhati-hati dalam mengambil sikap melonggarkan lockdown.(Reuters/Channel News Asia)