Minggu, 5 Oktober 2025

Virus Corona

Pakar Epidemiologi soal Corona Usai Juli: PSBB Harus Skala Nasional dan Tingkat Kepatuhan 80 Persen

kepatuhan PSBB di Jakarta saja masih sekitar 60 persen, dan itu berarti menurutnya masih 20 persen lagi.

Penulis: Reza Deni
Editor: Johnson Simanjuntak
Sugiharto/Surya
Hari Pertama PSBB di Surabaya, Sidoarjo dan Gresik, Selasa (28/4/2020). Kemacetan terjadi di area cek poin depan Cito. (surya/sugiharto) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pakar Epidemiologi Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono menyoroti soal pernyataan Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo soal harapan pada bulan Juli, kehidupan bisa normal kembali.

Menurut Pandu, jika ingin virus corona hilang pada bulan Juli, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Salah satunya soal kepatuhan terhadap Pembatasan Sosial Bersakala Besar (PSBB).

"PSBB-nya harus dipatuhi oleh 80 persen penduduk. Alasannya karena pengalaman di negara lain menurun setelah dipatuhi oleh 80 persen penduduk, jadi pengalaman negara lain, bukan karangan saya," kata Pandu kepada Tribunnews, Selasa (28/4/2020).

Baca: Gerindra Pertanyakan Rasa Nasionalisme Satgas Lawan Covid-19 DPR: Beli Jamu kok dari China

Menurut Pandu, kepatuhan PSBB di Jakarta saja masih sekitar 60 persen, dan itu berarti menurutnya masih 20 persen lagi.

"Jadi kita harus mendorong itu supaya pertahankan dulu. Baru setelah turun kita lepas pelan-pelan. jangan dilepas sekaligus, kalau lepas sekaligus, nanti bisa naik lagi," ujarnya.

Masih soal PSBB, Pandu berpendapat bahwa Indonesia membutuhkan PSBB berskala nasional, tidak per wilayah-wilayah seperti sekarang ini.

"Masa nanti selesai Jabodetabek menurun, tapi yang di Jawa Barat meningkat, sebetulnya kan masih belum selesai atau belum turun, artinya orang di Jabar tak bisa ke Jakarta begitu juga sebaliknya, karena masih ada PSBB. Kalau kita mau selesai, selesai serentak," pungkasnya.

Baca: Bill Gates Kebut Pembuatan Vaksin Corona

Sebelumnya, Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona Doni Monardo mengatakan bahwa Presiden memerintahkan agar tes masif COVID-19 terus dilakukan hingga Mei mendatang. Tes masif tersebut harus dibarengi tindakan lanjut salah satunya dengan pelacakan agresif terhadap mereka yang melakukan kontak dengan Pasien positif. 

"Serta kemudian isolasi yang ketat," kata Doni melalui konferensi pers jarak jauh,  Senin, (27/4/2020).

Baca: Trump: Saya Tahu Kondisi Kim Jong Un Tapi Tidak Bisa Bicarakannya Saat Ini

Presiden meminta kepada semua pihak untuk terus bekerja keras dalam menanggulangi Covid-19. Sehingga diharapkan pada Juni mendatang, kasus Corona bisa menurun di Indonesia, dan pada Juli nanti, kehidupan bisa berjalan normal.

"Presiden meminta kita semua untuk bisa bekerja lebih keras lagi dan mengajak masyarakat untuk lebih patuh, disiplin, dan aparat supaya lebih tegas agar pada Juni mendatang kita mampu menurunkan kasus covid di Indonesia. Sehingga pada Juli diharapkan kita sudah bisa mulai mengawali hidup normal kembali," katanya.

Presiden juga meminta kepada petugas agar himbauan untuk patuh terhadap protokol kesehatan, disampaikan semudah mungkin ke masyarakat. Bahkan bila perlu menggunakan bahasa daerah. 

"Tidak mudik, lakukan protokol kesehatan, cuci tangan, gunakan masker, jaga jarak. Ketika jaga jarak pun diharapkan satu sama lain bisa tingkatkan kesadaran kolektif. Apabila ada seseorang mendekatkan diri ke kita, maka kita pun harus berusaha menghindari orang tersebut. termasuk keberanian untuk mengingatkan satu sama lainnya agar tidak ada kerumunan pada tempat tertentu," pungkasnya.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved