Virus Corona
Rapid Test Disebut Punya Potensi Keliru Tinggi, Anies Minta Pempus Fokus Tes PCR Saja
Pengetesan Covid-19 melalui metode rapid test punya potensi kekeliruan yang tinggi, sehingga membahayakan.
Laporan wartawan Tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan pengetesan Covid-19 melalui metode rapid test punya potensi kekeliruan yang tinggi, sehingga membahayakan.
Sehingga seaeorang yang dinyatakan negatif pada rapid test, berpotensi menularkan cukup tinggi akibat kelemahan akurasi tersebut.
Oleh karena itu ia meminta pemerintah pusat tidak fokus pada pengadaan alat rapid test, tapi justru meningkatkan kapasitas pengetesan Polymerase Chain Reaction (PCR) yang dianggap lebih akurat mendeteksi pasien konfirmasi positif.
"Pengetesan ini seperti bapak ibu sudah sampaikan, pengetesan rapid ini punya potensi kekeliruan yang cukup tinggi. Karena itu kita mendorong kapasitasnya ditingkatkan untuk tes PCR," ungkap Anies dalam rapat virtual bersama Timwas Covid-19 DPR RI, Kamis (16/4/2020).
Baca: Shin Tae-yong Sebut Sistem Medis di Indonesia Buruk
Baca: 46 Tenaga Medis RS Kariadi Semarang Positif Covid-19
Baca: Polri : Dana Program Keselamatan 2020 Berasal dari Realokasi Anggaran Polri

Anies menjelaskan saat ini ibu kota total punya 23 laboratorium jejaring penanganan Covid-19. Total, laboratorium tersebut punya kapasitas pengetesan 4.524 per hari.
Tapi jumlah laboratorium yang saat ini ditunjuk pemerintah pusat untuk pengetesan masih terlalu sedikit. Padahal Jakarta jadi provinsi terbanyak pemilik kasus positif corona.
Untuk itu Anies berharap ke depan laboratorium di Jakarta dapat bertambah dari Kalbe Farma yang punya kapasitas tes 4.000 per hari. Sehingga total DKI Jakarta bisa mengetes PCR pasien terduga Covid-19 sebesar 8.000 tes per harinya.
"Kita berharap nanti akan bertambah dari Kalbe Farma dengan kapasitas 4.000an, hingga bisa menjadi 8.000 per hari. Tapi ini (sekarang) jumlahnya masih sangat sedikit dibanding yang kita perlukan. Itulah sebabnya kita merasa lebih baik fokus kepada PCR daripada pakai rapid test," ujar dia.