Senin, 6 Oktober 2025

Virus Corona

Penelitian Terbaru: Covid-19 Menular Dua Kali Lebih Cepat dari Perkiraan Sebelumnya

Temuan baru dari peneliti menunjukkan bahwa virus corona atau Covid-19, bisa dua kali lebih menular dari perkirakan sebelumnya.

Penulis: Inza Maliana
Editor: Miftah
Hector RETAMAL / AFP
Orang-orang yang mengenakan pakaian pelindung dan masker tiba di Stasiun Kereta Api Hankou di Wuhan, untuk naik salah satu kereta api pertama yang meninggalkan kota di provinsi Hubei tengah China awal 8 April 2020. Pihak berwenang Cina mencabut larangan lebih dari dua bulan pada perjalanan keluar dari kota di mana pandemi global pertama kali muncul. 

TRIBUNNEWS.COM - Temuan baru dari peneliti menunjukkan bahwa virus corona atau Covid-19, bisa dua kali lebih menular dari perkirakan sebelumnya, saat menyebar pertama kali di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China selatan.

Mengutip dari South China Morning Post, sebelumnya para epidemiolog memperkirakan setiap orang yang positif terpapar Covid-19 rata-rata menginfeksi dua hingga tiga orang.

Hal itu berdasarkan kasus awal yang terjadi di Kota Wuhan, yang memuncak pada awal tahun 2020.

Di sisi lain, para peneliti di Amerika Serikat mengatakan mewabahnya virus di Wuhan mungkin telah menghasilkan data yang tidak lengkap dan gambaran yang menyimpang.

Laboratorium Nasional Los Alamos di New Mexico memperkiraan mereka yang terpapar virus corona di Wuhan rata-rata menyebarkan kepada 5 sampai 7 orang lainnya.

ILUSTRASI - Orang-orang yang mengenakan pakaian pelindung sebagai tindakan pencegahan terhadap coronavirus COVID-19 mengontrol titik akses ke pemakaman Biandanshan di Wuhan di provinsi Hubei pusat Cina pada 31 Maret 2020.
ILUSTRASI - Orang-orang yang mengenakan pakaian pelindung sebagai tindakan pencegahan terhadap coronavirus COVID-19 mengontrol titik akses ke pemakaman Biandanshan di Wuhan di provinsi Hubei pusat Cina pada 31 Maret 2020. (Hector RETAMAL / AFP)

Baca: Peneliti Shanghai dan New York: Virus Covid-19 Menyerang Sistem Kekebalan Tubuh Seperti HIV

Temuan tersebut dapat membantu para ahli kesehatan masyarakat untuk memperbaiki strategi penahanan dan vaksinasi mereka.

Penelitian tersebut diterbitkan pada minggu lalu dalam jurnal Emerging Infectious Diseases.

Para peneliti yang dipimpin oleh Steven Sanche dan Lin Yen-ting, menuliskan sebab-sebab kacaunya perkiraan pertumbuhan wabah.

Di antaranya yaitu tidak tersedianya reagen diagnostik pada awal wabah, perubahan intensitas pengawasan dan definisi kasus, dan pasien yang membanjiri sistem perawatan.

Penelitian Los Alamos menganalisis sekitar 140 pasien awal di luar Provinsi Hubei untuk memproyeksikan seberapa cepat virus corona menyebar dari Wuhan.

Penelitian tersebut menunjukan sebagian besar kasus awal di provinsi lain memiliki hubungan epidemiologis atau paparan dari Wuhan.

Ilustrasi petugas medis membentangkan bendera China - Untuk Pertama Kalinya, Tidak Ada Kasus Virus Corona Baru yang Dilaporkan di Wuhan
Ilustrasi petugas medis membentangkan bendera China - Untuk Pertama Kalinya, Tidak Ada Kasus Virus Corona Baru yang Dilaporkan di Wuhan (The Star)

Baca: Temuan Baru Peneliti: Virus Corona Menyebar ke Penjuru Dunia Melalui 3 Varian Berbeda

"Pada saat kasus dikonfirmasi di provinsi di luar Hubei, semua provinsi di China memiliki akses ke alat diagnostik dan terlibat dalam pengawasan aktif dari para wisatawan di Wuhan," kata para peneliti.

"Untuk itu sistem perawatan kesehatan di luar Hubei belum kewalahan dengan kasus corona."

"Mereka pun secara aktif mencari kasus positif pertama mereka, yang mengarah jauh lebih rendah dalam pelaporan," lanjutnya.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) setempat juga akan merilis informasi epidemiologis dasar tentang bagaimana setiap pasien dapat menginfeksi virus corona kepada pasien lain atau di mana mereka terkena paparan virus.

Bahkan, para peneliti AS menggunakan data ponsel untuk memperkirakan jumlah wisatawan harian yang keluar masuk Wuhan.

Foto Angkatan Darat AS pada 8 Maret 2020 menunjukkan seorang karyawan USAMRIID (Institut Penelitian Medis Angkatan Darat Amerika Serikat) sedang melakukan penelitian terhadap virus coronavirus baru, COVID-19
Foto Angkatan Darat AS pada 8 Maret 2020 menunjukkan seorang karyawan USAMRIID (Institut Penelitian Medis Angkatan Darat Amerika Serikat) sedang melakukan penelitian terhadap virus coronavirus baru, COVID-19 (IN BOLLING / US ARMY / AFP)

Baca: Peneliti Jerman Ungkap Alasan Covid-19 Mudah Menular: Virus Bertumbuh Cepat di Tenggorokan

Proyeksi mereka kemudian dibandingkan kembali dengan pola angka kematian di Wuhan.

Lantaran pola tersebut lebih jelas dan konsisten daripada data kota lainnya tentang wabah ini.

Dalam perencanaan, awalnya mereka akan meneliti selama enam hingga tujuh hari untuk mengetahui jumlah orang yang terinfeksi menjadi dua kali lipat seperti yang diperkirakan sebelumnya.

Ternyata hanya dibutuhkan 2 sampai 3 hari untuk melakukannya.

Tim peneliti mengatakan untuk mencapai apa yang disebut kekebalan kawanan (herd immunity), membutuhkan setidaknya 82 persen orang untuk kebal guna menghentikan penyebaran penularan dalam suatu populasi.

Hal itu berdasarkan pada intensitas wabah awal yang baru diperkirakan.

Bukan sekitar 60 persen seperti yang disarankan penelitian sebelumnya.

(Tribunnews.com/Maliana)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved