Virus Corona
Alasan Lockdown di Wuhan Dapat Efektif Cegah Penyebaran Virus Corona
Penelitian di Jerman menyebut lockdown di seluruh kota dan langkah esktrim lainnya yang diterapkan China untuk mengendalikan virus amat efektif.
TRIBUNNEWS.COM - Penelitian di Jerman menyebut lockdown atau penguncian di seluruh kota yang diterapkan China untuk mengendalikan virus, sangat efektif untuk menekan penyebaran Covid-19.
Mengutip dari SCMP, penelitian tersebut dilakukan oleh para akademisi dari Humboldt University of Berlin.
Menurut mereka, tingkat penyebaran virus corona tumbuh cepat di China dalam dua minggu terakhir pada Januari 2020.
Namun, penyebaran tersebut akhirnya melambat pada awal Februari 2020.
Sebab, Kota Wuhan, tempat virus corona ditemukan pertama kali, berada di bawah penguncian total sejak 23 Januari 2020.
Ahli fisika Jerman, Dirk Brockmann dan mahasiswa doktoral Benjamin Maier mengembangkan model difusi untuk melihat efek dari social distancing dan langkah pencegahan lainnya.
Temuan mereka lalu dipublikasikan pada minggu lalu di jurnal Science edisi online.
Brockmann mengatakan, ketika penyakit menular menyebar tanpa halangan, maka akan bertumbuh secara eksponensial.

Baca: Akhiri Lockdown, Wuhan Rayakan Pesta Meriah, Animasi Petugas Medis Penuhi Gedung Pencakar Langit
"Misalnya, satu orang yang terinfeksi lalu menginfeksi tiga orang."
"Tiga orang ini pada gilirannya masing-masing menginfeksi tiga orang lainnya."
"Maka dalam waktu yang sangat singkat, akan ada banyak orang yang menjadi sakit," kata Brockmann.
Penelitian ini juga menjelaskan pola pertumbuhan yang tidak terlihat di China.
Terlebih setelah lockdown di Wuhan dan kota-kota lain di Provinsi Hubei, di mana terdapat penyebaran virus memuncak pada 7 Februari lalu.
"Sejak akhir Januari, jumlah kasus yang berkembang semakin lambat dan kemudian rata," kata Brockmann.
Wuhan adalah rumah bagi sekitar 11 juta orang dan di-lockdown selama 11 minggu.
Dalam rentan waktu itu, perbatasan ditutup, semua perjalanan memakai angkutan umum dan lewat udara, ditangguhkan.

Baca: Cerita Dokter di Wuhan Saat Melawan Pandemi Global Covid-19, Kerap Menangis karena Menolak Pasien
Jalanan di Kota Wuhan juga ditutup, pertemuan umum dilarang, dan mobilitas orang-orang dikendalikan secara ketat.
Akhirnya, aturan lockdown di Wuhan dicabut pada Rabu (8/4/2020) dini hari.
Menurut para peneliti, strategi lockdown yang diterapkan Wuhan berhasil melindungi sebagian besar penduduknya dari penyebaran infeksi corona.
Padahal, China merupakan satu di antara negara terpadat di dunia.
Mengutip dari worldometer, tercatat pada Senin (13/4/2020), China telah melaporkan terdapat 82.160 kasus virus corona yang terkonfirmasi.
Jika dibandingkan, Amerika Serikat, yang populasinya sekitar seperempat dari China, negara ini memiliki lebih dari 560.000 kasus yang terinfeksi.

Baca: Peneliti Shanghai dan New York: Virus Covid-19 Menyerang Sistem Kekebalan Tubuh Seperti HIV
Tim Jerman mengatakan, pelacakan kontak dari pasien positif dan langkah-langkah sosial distancing yang diterapkan di China ampuh untuk memperlambat penyebaran penyakit virus corona.
Hal itu lantaran orang yang terinfeksi dan tidak terinfeksi memiliki batasan agar tidak berkontak dekat.
"Jika seseorang menginfeksi rata-rata tiga orang lagi, tetapi masing-masing hanya dua orang."
"Kemudian masing-masing hanya satu orang, wabah itu tumbuh lebih lambat."
"Kami menyebutnya sub-eksponensial," ujar Benjamin Maier.
Sementara itu, Brockmann mengatakan, pelambatan serupa juga terjadi di sejumlah negara lain, seperti Italia.
Menurutnya, menargetkan populasi yang rentan terpapar virus dan mendorong perubahan perilaku agar tetap disiplin melakukan sosical distancing telah terbukti efektif dalam mengatasi epidemi.

Terutama dalam situasi di mana orang tanpa gejala (OTG) dapat menyebarkan penularan, kata penelitian tersebut.
Namun, tindakan tersebut belum diaplikasikan di setiap negara.
"Sementara kita melihat sedikit penurunan penularan baru di Italia dan Spanyol."
"Tapi, perilaku ini belum mulai terlihat di Jerman," ujar Maier.
"Jadi kami saat ini berada pada titik yang 'kritis', jika jumlah penularan terus turun, wabah dapat tertangani."
"Tetapi jika tidak, maka jumlah total kasus yang terpapar akan terus meningkat."
"Jadi sekarang, tergantung pada perilaku kita sendiri," pungkasnya.
(Tribunnews.com/Maliana)