Kamis, 2 Oktober 2025

Virus Corona

Apa Hukumnya 3 Kali Salat Jumat Ditiadakan karena Wabah Corona? Ini Penjelasan MUI

Majelis Ulama Indonesia (MUI) menanggapi soal ditiadakannya salat jumat karena pandemi virus corona di Indonesia.

Penulis: Reza Deni
Surya/Ahmad Zaimul Haq
Jemaah berdoa Qunut Nazilah saat menunaikan Salat Jumat dengan shaf berjarak 1 meter di Masjid Nasional Al Akbar, Kota Surabaya, Jawa Timur, Jumat (27/3/2020). Meskipun tetap menggelar Salat Jumat di tengah wabah virus corona (Covid-19), Masjid Nasional Al Akbar Kota Surabaya menerapkan sejumlah prosedur yaitu pencucian tangan dengan hand sanitizer, pemeriksaan suhu badan, masuk bilik sterilisasi (penyemprotan disinfektan), dan pemakaian masker serta pemberian jarak (social distancing) 1 meter tiap baris atau shaf jemaah. Surya/Ahmad Zaimul Haq 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reza Deni

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Majelis Ulama Indonesia (MUI) menanggapi soal ditiadakannya salat jumat karena pandemi virus corona di Indonesia.

Adapun pada hari ini, salat jumat ditiadakan untuk ketiga kalinya.

Sekretaris Komisi Fatwa MUI Asrorun Niam Sholeh menyebut, tidak salat jumat sebanyak tiga kali berturut-turut hukumnya tidak berdosa, dengan syarat berikut ini.

"Menurut pandangan para ulama fikih, uzur syar'i tidak salat jumat antara lain sakit. Ketika sakitnya lebih dari tiga kali Jumat, dia tidak salat jumat tiga kali berturut-turut pun tidak berdosa," ujar Asrorun dalam keterangannya yang diterima, Jumat (3/4/2020)

Selain sakit, Asrorun melanjutkan, uzur syar'i berikutnya adalah kekhawatiran terjadinya sakit.

Baca: Hukum Tidak Salat Jumat Digantikan Salat Zuhur di Rumah karena Virus Corona, Ini Kata Gus Mus

Baca: Cegah Virus Corona, Salat Jumat di Masjid Istiqlal Kembali Ditiadakan untuk Ketiga Kalinya

Jemaah menunaikan Salat Jumat dengan shaf berjarak 1 meter di Masjid Nasional Al Akbar, Kota Surabaya, Jawa Timur, Jumat (27/3/2020). Meskipun tetap menggelar Salat Jumat di tengah wabah virus corona (Covid-19), Masjid Nasional Al Akbar Kota Surabaya menerapkan sejumlah prosedur yaitu pencucian tangan dengan hand sanitizer, pemeriksaan suhu badan, masuk bilik sterilisasi (penyemprotan disinfektan), dan pemakaian masker serta pemberian jarak (social distancing) 1 meter tiap baris atau shaf jemaah. Surya/Ahmad Zaimul Haq
Jemaah menunaikan Salat Jumat dengan shaf berjarak 1 meter di Masjid Nasional Al Akbar, Kota Surabaya, Jawa Timur, Jumat (27/3/2020). Meskipun tetap menggelar Salat Jumat di tengah wabah virus corona (Covid-19), Masjid Nasional Al Akbar Kota Surabaya menerapkan sejumlah prosedur yaitu pencucian tangan dengan hand sanitizer, pemeriksaan suhu badan, masuk bilik sterilisasi (penyemprotan disinfektan), dan pemakaian masker serta pemberian jarak (social distancing) 1 meter tiap baris atau shaf jemaah. Surya/Ahmad Zaimul Haq (Surya/Ahmad Zaimul Haq)

"Dalam kondisi ketika berkumpul dan berkerumun itu diduga kuat akan terkena wabah atau menularkan penyakit, maka ini menjadi uzur untuk tidak Jumatan (salat jumat)," ujarnya.

"Hingga kini, wabah covid-19 masih belum bisa dikendalikan dan diatasi. Potensi penularan dan penyebarannya masih tinggi. Dengan demikian, udzur syar'i yang menyebabkan tidak dilaksanakannya perkumpulan untuk ibadah seperti salat Jumat masih ada," lanjutnya.

Asrorun mencantumkan dua rujukan dalam kitab, yakni Kitab Asna al-Mathalib dan Kitab al-Inshaf. Dalam Al-Qadli 'Iyadl, menukil pandangan para Ulama, bahwa orang yang terjangkit wabah lepra dan penyakit menular lainnya dicegah untuk ke masjid dan salat Jumat, juga bercampur dengan orang-orang (yang sehat)

"Uzur yang dibolehkan meninggalkan salat Jumat dan jamaah adalah orang yang sakit tanpa ada perbedaan di kalangan Ulama. Termasuk udzur juga yang dibolehkan meninggalkan salat jumat dan jemaah adalah karena takut terkena penyakit," kata Asrorun menjelaskan soal Kitab al-Inshaf.

Dua kondisi di atas, dikatakan Asrorun, menjadi udzur untuk tidak Jumatan. Orang yang sakit, khawatir akan sakitnya dan khawatir menularkan penyakit ke orang lain, serta orang yang khawatir tertular penyakit.

"Selama masih ada udzur, maka dia masih tetap boleh tidak Jumatan. Dan baginya tidak dosa. Kewajibannya adalah mengganti dengan salat zuhur," pungkasnya.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved