Minggu, 5 Oktober 2025

Virus Corona

Cerita Pasien yang Merasa Dihantui Virus Corona Meski Sudah 'Pulih', 2 Bulan Bolak-balik Rumah Sakit

Bagi Adele Jiang, pasien covid-19 dari China yang pulih, dua bulan terakhir menjadi mimpi buruk.

Xinhua
Seorang pasien coronavirus yang sudah pulih menunggu untuk meninggalkan pusat rehabilitasi di Wuhan, Cina tengah, setelah menyelesaikan karantina selama 14 hari di bawah pengawasan medis. 

TRIBUNNEWS.COM - Bagi Adele Jiang, pasien covid-19 dari China yang pulih, dua bulan terakhir menjadi mimpi buruk.

Setelah berulang kali dites positif untuk penyakit yang disebabkan oleh vrus corona, Jiang berada di karantina di sebuah hotel di provinsi Hubei, China tengah.

Saat dia dirawat di sana, ia berharap tes ketiga yang dia jalani menunjukkan hasil negatif sehingga dia bisa pulang.

Dilansir South China Morning Post, Jiang merupakan mahasiswa yang menempuh master di Universtias Wuhan.

Baca: UPDATE Kasus Corona Dunia 2 April 2020: AS Capai 200 Ribu, Tidak Ada Pasien Positif Baru di China

Seorang pasien coronavirus yang sudah pulih menunggu untuk meninggalkan pusat rehabilitasi di Wuhan, Cina tengah, setelah menyelesaikan karantina selama 14 hari di bawah pengawasan medis.
Seorang pasien coronavirus yang sudah pulih menunggu untuk meninggalkan pusat rehabilitasi di Wuhan, Cina tengah, setelah menyelesaikan karantina selama 14 hari di bawah pengawasan medis. (Xinhua)

Ia di tempatkan di rumah sakit dua kali dan melakukan isolasi dua kali.

Dia dinyatakan positif dalam waktu 14 hari setelah dipulangkan.

Dan delapan anggota keluarganya juga telah terinfeksi virus corona.

Jalani Karantina di Sebuah Hotel di Kota Xiaogan

Jiang sekarang menunggu sisa periode karantina terakhirnya di sebuah hotel di kota asalnya Xiaogan, sebuah kota 60km (37 mil) barat Wuhan, tempat nol dari wabah virus corona dilaporkan.

"Saya harap saya dapat diberi tanggal tertentu untuk dibebaskan," kata Jiang.

"Alih-alih melakukan tes lagi dan lagi yang membuat saya bingung dan kesal," terang Jiang.

ILUSTRASI - Kamar Hotel Grand Cempaka Business milik BUMD Jakarta, PT. Jakarta Tourisindo, yang kini diubah dan dioperasikan sebagai tempat peristirahatan bagi para tenaga medis yang merawat pasien virus Covid-19, Kamis 26 Maret 2020.
ILUSTRASI - Kamar Hotel Grand Cempaka Business milik BUMD Jakarta, PT. Jakarta Tourisindo, yang kini diubah dan dioperasikan sebagai tempat peristirahatan bagi para tenaga medis yang merawat pasien virus Covid-19, Kamis 26 Maret 2020. (FB ANIES BASWEDAN)

Mimpi Buruk Pasien Covid-19

Mimpi buruk itu dimulai lima hari setelah Jiang kembali ke Wuhan pada 20 Januari 2020.

Ia kembali setelah liburan musim dingin, dan Jiang diketahui menderita demam.

Jiang didiagnosis dengan Covid-19 pada 27 Januari 2020 dan menghabiskan satu bulan di rumah sakit.

Jiang kembali dites positif lagi 12 hari kemudian.

Saat itu, Jiang masih dalam isolasi, dan dikirim kembali ke rumah sakit, di mana dia dirawat sampai 21 Maret 2020.

Seorang pasien coronavirus yang sudah pulih menunggu untuk meninggalkan pusat rehabilitasi di Wuhan, Cina tengah, setelah menyelesaikan karantina selama 14 hari di bawah pengawasan medis.
Seorang pasien coronavirus yang sudah pulih menunggu untuk meninggalkan pusat rehabilitasi di Wuhan, Cina tengah, setelah menyelesaikan karantina selama 14 hari di bawah pengawasan medis. (Xinhua)

“Saya bahkan tidak diberitahu bahwa saya telah melakukan tes ulang positif sampai saya dikirim ke rumah sakit dan dokter mengatakan saya akan dirawat di sana lagi karena virus korona,” katanya.

Di bawah kriteria pengujian China, pasien seperti Jiang tetap di rumah sakit yang ditunjuk sampai mereka memenuhi kondisi pemulangan lagi.

Mereka kemudian diamati selama dua minggu sementara mereka tetap di isolasi.

Baca: Kabar Corona di China, Temuan Kasus tanpa Gejala hingga Pasien Sembuh Terbanyak Dunia

Pasien Pulih Positif Lagi...

Untuk diketahui, kondisi kesehatan pasien yang dibebaskan, dalam tiga hari harus menunjukkan suhu tubuh normal.

Selain itu pasien tidak menunjukkan masalah pernapasan, dan peningkatan yang signifikan pada lesi dada yang merupakan fitur dari penyakit ini.

Pasien juga harus melakukan tes negatif dalam dua tes PCR berturut-turut.

PCR adalah teknik usap yang mengidentifikasi bahan genetik yang tersisa dari virus yang dilakukan setidaknya selang satu hari.

Sementara tidak ada angka nasional untuk pasien seperti Jiang.

Otoritas Kesehatan di provinsi selatan Guangdong mengatakan akhir bulan lalu bahwa sekitar 14 persen pasien atau lebih dari seratus pada saat itu, yang pulih dari virus corona dinyatakan positif lagi setelah dipulangkan .

Pengalaman Jiang tampaknya bertentangan dengan komentar pada pertengahan Maret oleh Peng Zhiyong, direktur perawatan intensif di Rumah Sakit Zhongnan Universitas Wuhan.

Sebelumnya Zhiyong mengatakan sangat jarang bagi pasien untuk melakukan tes ulang positif setelah mereka pulih.

"Paman dan kakek saya sama-sama positif, dan saya bertemu banyak orang yang saya kenal" kata Jiang.

"Tapi dari apa yang saya lihat, orang yang dites positif tidak memiliki gejala serius dan dipulangkan beberapa hari kemudian," ucapnya.

Baca: Shi Yuqi dan Chen Long, Pebulutangkis China yang Diuntungkan dari Penundaan Olimpiade Tokyo 2020

Meminta Masyarakat Bersikap Toleren

Jiang mengatakan awalnya dia kesal tentang hidupnya di tengah tes positif berulang.

Tetapi diskriminasi dari teman-teman dan masyarakat terhadap orang-orang yang telah tertular penyakit membuatnya merasa lebih buruk.

"Salah satu anggota keluarga sahabat saya mengatakan kepada teman saya untuk menjaga jarak dari saya karena takut tertular virus, dan saya melihat berbagai laporan berita mengatakan bahkan warga Hubei yang sehat di provinsi lain menghadapi diskriminasi dari yang lain," kata Jiang.

Dia meminta masyarakat untuk bersikap toleran terhadap warga Hubei dan pasien Covid-19 di seluruh negeri.

"Kami tidak memiliki kesempatan untuk menghubungi orang lain, karena kami dirawat di rumah sakit lagi selama karantina 14 hari yang diperlukan di tempat yang ditentukan," katanya.

“Jika kita melewati karantina 14 hari dan pulang, kita masih perlu mengisolasi diri selama dua minggu," tambahnya.

"Dan jika kita akhirnya bisa meninggalkan rumah setelah itu, kita tidak bisa pergi ke mana-mana karena kita tidak bisa mendapatkan kode hijau," terangnya.

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved