Sabtu, 4 Oktober 2025

Virus Corona

Lockdown Corona di China, Kasus Perceraian dan Kekerasan Meningkat, Mengapa?

Wan menyoroti bahwa kantor polisi daerah Jianli di Jingzhou telah menerima 162 laporan tentang kekerasan dalam rumah tangga pada bulan Februari.

STR/AFP
Foto diambil pada Rabu, 23 Maret 2020 menunjukkan penduduk bersorak saat anggota tim bantuan medis dari Chongqing berangkat untuk pulang setelah membantu upaya pemulihan virus corona atau COVID-19 di daerah Yunmeng, di kota Xiaogan di Provinsi Hubei, China Tengah. China pada 24 Maret 2020 mengumumkan bahwa lockdown terhadap lebih dari 50 juta orang di Provinsi Hubei akan dicabut. 

TRIBUNNEWS.COM - Penguncian wilayah atau lockdown yang sudah dilakukan di China untuk mencegah penyebaran virus corona (Covid-19) berdampak bagi masyarakat.

Selain kesehatan, kasus sosial rumah tangga keluarga menjadi imbas adanya lockdown.

Kasus perceraian dan kekerasan dalam rumah tangga diketahui meningkat sejak Februari dan puncaknya pada Maret kemarin.

Baca: Gejala Virus Corona: Tekan Dadamu & Masa Inkubasi Covid-19

Dikutip dari mothership.sg, media lokal dan juga Global Times melaporkan bahwa banyak keluarga melaporkan kasus perceraiannya di daerah Muluo dan Xi'an, ibu kota Provinsi Shaanxi.

Pada Februari dan Maret lonjakan kasus KDRT 

Di Xi’an, Global Times menyatakan bahwa kantor pendaftaran perkawinan Xi mencatat jumlah pengajuan perceraian yang tak pernah terjadi sebelumnya.

Lonjakan pengajuan meningkat meski kantor baru dibuka pada 1 Maret setelah ditutup karena lockdown.

Meskipun jumlah total perceraian tidak dilaporkan, namun kantor tersebut mencatat adanya 14 pengajuan perceraian pada 5 Maret lalu.

Sementara itu, kota Miluo melaporkan bahwa terdapat kasus 206 perceraian, dari 10 Februari hingga 19 Maret.

Rinciannya terdapat 18 kasus perceraian per hari.

Seorang pejabat di Pusat Registrasi Pernikahan Miluo menyatakan bahwa ada saat-saat ketika staf pegawai tidak punya waktu untuk minum air alias kewalahan melayani pengajuan perceraian..

Pasalnya, prosedur perceraian membutuhkan waktu sekitar satu jam 40 menit untuk menyelesaikannya.

Baca: Tips Kurangi Risiko Tertular & Gambar Poster Pencegahan Covid-19

Seorang pejabat dari kantor pendaftaran perkawinan Xi, yang bermarga Wang, menjelaskan bahwa lockdown akibat pandemi corona membuat hubungan keluarga menjadi tegang.

“Sebagai akibat dari epidemi, banyak pasangan telah terikat satu sama lain di rumah selama lebih dari sebulan, itu berpotensi konflik, ditambah lagi kantor telah ditutup selama sebulan, oleh karena itu pengajuan perceraian meningkat secara tajam," katanya.

Penyebab KDRT

Sementara itu Sixth Tone melaoporkan, pendiri organisasi nirlaba kekerasan anti-rumah tangga di Jingzhou, Hubei, yakni Wan Fei, mengatakan bahwa laporan kekerasan dalam rumah tangga hampir meningkat dua kali lipat sejak kota-kota China dikunci.

Wan menyoroti bahwa kantor polisi daerah Jianli di Jingzhou telah menerima 162 laporan tentang kekerasan dalam rumah tangga pada bulan Februari.

Jumlah tersebut meningkat lebih dari tiga kali dibandingkan dengan 47 kasus yang dilaporkan pada bulan yang sama pada tahun 2019.

Global Times melaporkan bahwa pada 6 Maret, organisasi Wan telah mencatat lebih dari 300 kasus di wilayah Jianli dan kota Qianjiang sejak Wuhan menjadi tempat pertama yang dikunci pada 23 Januari.

Penyebabnya bermacam, yakni kehilangan pendapatan, terperangkap di rumah, dan kurangnya perhatian oleh pihak berwenang.

“Epidemi telah mengubah gaya hidup orang; orang-orang menghabiskan terlalu banyak waktu di rumah dan ada ketidaknyamanan untuk hidup mereka," jelasnya.

"Faktor kedua adalah kerugian ekonomi, epidemi telah melemahkan kapasitas daya tahan psikologis kebanyakan orang."

Baca: Plus dan Minus yang Dirasakan Ayu Azhari Selama Pandemi Virus Corona

Wan digaungkan oleh Feng Yuan, pendiri sebuah LSM yang berbasis di Beijing yang berfokus pada kekerasan gender, menyatakan, lockdown memunculkan sikap laten untuk kekerasan.

Dia menambahkan bahwa ada juga kurangnya tanggapan oleh pihak berwenang terhadap kasus-kasus kekerasan dalam rumah tangga mengingat bahwa polisi terlalu sibuk mengurus soal penguncian (lockdown).

Sementara pengadilan yang mengeluarkan perintah ditutup. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved