Virus Corona
Sejumlah Pasien Corona yang Sembuh di Wuhan Sempat Ditest Mendapat Hasil Positif
Pasien virus corona yang sembuh di Wuhan kembali terinfeksi, bisa jadi gelombang wabah corona kedua.
TRIBUNNEWS.COM - Kota Wuhan, China, dikabarkan sudah mulai bangkit dari keterpurukan akibat virus corona.
Namun, virus corona yang dianggap perlahan-lahan mulai pergi meninggalkan China ternyata menyisakan misteri.
Dikutip Tribunnews.com dari npr.org, ternyata keakuratan alat diagnosis Covid-19 di China dipertanyakan.
Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya teror wabah corona gelombang kedua.
Diketahui, dari 18-22 Maret 2020, Wuhan melaporkan tak ada kasus corona baru.
Kabar gembira ini dianggap sebagai titik balik China untuk bisa kuat melawan virus yang menjangkit lebih dari 80.000 orang di negara ini.
Baca: UPDATE Virus Corona Global, Jumat 27 Maret 2020 Malam: Jumlah Infeksi AS Kalahkan China
Baca: Status Lockdown di Malaysia Diperpanjang, 1.364 WNI Pulang ke Indonesia Lewat Batam

Namun ternyata ada beberapa warga Wuhan yang awalnya positif corona, lalu menjalani perawatan hingga dinyatakan sembuh, dan kembali terjangkit corona.
Sekitar 5-10 persen pasien yang sudah dinyatakan sembuh kembali terinfeksi virus mematikan ini.
Kebanyakan dari mereka tidak menunjukkan gejala, mereka kembali terjangkit.
Hal ini seolah menandakan, teror corona di China belum akan berakhir dalam waktu dekat.
NPR mencoba menghubungi empat orang di Wuhan yang dinyatakan positif corona untuk kedua kalinya.
Mereka mengaku sangat muak dengan virus ini, tapi tetap menjalani perawatan medis hingga akhirnya bisa negatif.
Baca: Cegah Corona, dr Tirta Sarankan Jakarta Karantina Wilayah: Tolak Semua yang Masuk dan Keluar
Baca: Kylian Mbappe Ikuti Jejak sang Idola Lakukan Aksi Nyata Perangi Corona, Donasi di Tanah Kelahiran
Dua dari mereka adalah dokter yang berada di garda depan menangani pasien corona di Wuhan, sisanya adalah warga Wuhan.
Dalam wawancara itu, mereka meminta untuk disembunyikan identitasnya.
Menurut mereka, pemerintah China akan menghukum warga yang seolah-olah meragukan kemampuan pemerintah untuk menangani corona.