Jumat, 3 Oktober 2025

Virus Corona

Persatuan Perawat Keluhkan Minimnya APD, 'Supaya Bisa Bertempur, Tidak Mati Konyol Melayani Pasien'

Keluhan ini, tetap datang dari para perawat meskipun pemerintah telah menyediakan sekaligus mendistribusikan APD

Editor: Hendra Gunawan
Syarif Abdus Salam/Tribun Jabar
Ilustrasi: Seorang dalam pemantauan (ODP) virus corona asal Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, dikabarkan ditolak di 5 rumah sakit saat membutuhkan perawatan. 

TRIBUNNEWS.COM -- Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PP PPNI) Harif Fadhillah mengatakan, tidak sedikit perawat di fasilitas kesehatan mengeluh tentang minimnya ketersediaan alat pelindung diri ( APD) dalam menghadapi wabah Covid-19.

Keluhan ini, lanjut Harif, tetap datang dari para perawat meskipun pemerintah telah menyediakan sekaligus mendistribusikan APD ke seluruh provinsi di Indonesia.

"Faktanya di rumah sakit swasta, klinik, puskesmas, mereka juga melayani, mereka juga membutuhkan (APD)," kata Harif setelah menerima bantuan APD dari DPP ( PKS), sebagaimana dikutip dari keterangan tertulis, Kamis (26/3/2020).

Namun, komitmen para perawat tersebut harus diimbangi pula dengan komitmen pemerintah di dalam menyediakan APD.

Baca: Pagar Rumah Warga di Cipedak Jagakarsa Hancur Dihantam Truk Molen yang Terguling

Baca: Catat, Ini Daftar Warteg yang Gratiskan Makan di Jabodetabek

Baca: Anggota Polisi yang Viral Karena Aksi Berkeliling Beri Imbauan Covid-19 di Madura Meninggal

Ini agar perawat bekerja maksimal.

"Karena faktor keamanan ini number one, nol toleransi. Supaya bisa bertempur, supaya tidak mati konyol melayani pasien," ujar dia.

Di sisi lain, PP PPNI berharap bantuan APD tidak hanya datang dari pemerintah. Namun juga dari masyarakat.

Dalam keterangan pers yang sama, Presiden PKS Sohibul Iman menegaskan bahwa dokter dan perawat merupakan garda terdepan dalam penanganan wabah virus corona.

Oleh sebab itu, kebutuhan kerja mereka harus terpenuhi.

PKS sendiri sudah meminta pengurus partai, baik pusat maupun daerah, untuk berkontribusi dalam penyediaan APD bagi tenaga medis wilayahnya masing-masing.

"Tenaga medis menjadi front liner. Menjadi paling depan karena penyelamatan atau pun penanganan mereka yang terpapar atau yang positif tentu harus langsung ditangani tenaga medis, dalam hal ini dokter dan perawat ada di barisan paling depan," ujar Sohibul.

Sejak pandemi virus corona, perawat bukan hanya minim APD, tapi juga terkena stigma negatif dari masyarakat.

Direktur Utama RSUP Persahabatan, dr Rita Rogayah menjelaskan, pihaknya bakal mencarikan tempat tinggal baru bagi seorang perawat yang pergi dari tempat tinggalnya akibat stigma masyarakat di lingkungan sekitarnya.

Sejumlah relawan menawarkan bantuan tempat tinggal baru bagi perawat yang telah 3 hari tidur di RSUP Persahabatan.

"Alhamdulillah sudah banyak yang bantu ada hotel, apartemen mereka semua siap membantu. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua partisipan yang peduli dengan tenaga kesehatan kami," ungkap Rita di lokasi, Rabu (25/3/2020).

Rita mengaku pihak rumah sakit baru mengetahui hal itu, setelah beberapa hari lantaran perawat itu tidak melakukan aduan ke rumah sakit, melainkan ke asosiasi perawat.

"Kami baru tahunya satu atau dua hari ini, sehingga kami akan memberikan solusinya, bukan artinya mereka tidak kembali ke kos nya tapi mereka masih bisa, cuma kita nanti mencarikan solusinya," ucapnya.

Rita menjelaskan, seharusnya masyarakat tidak perlu khawatir dengan keberadaan perawat yang tinggal di lingkungan mereka.

Pihaknya selaku rumah sakit rujukan penanganan pasien Covid-19 selalu melakukan perawatan sesuai dengan SOP yang berlaku.

Para perawat juga dibekali alat pelindung diri (APD) saat masuk ke ruang isolasi.

"Karena kita kan rs rujukan, berarti perawat kami menggunakan APD sesuai standar ya, dengan standar APD yang lengkap, mudah-mudahan kita semua dilindungi. Harusnya sudah tidak usah takut," tuturnya.

Dengan kejadian ini, ia merasa bawa sosialisasi mengenai virus corona harus lebih digencarkan agar stigma masyarakat yang takut ditularkan virus oleh perawat, tak terulang kembali.

"Itulah yang musti kita pahami, berarti kita harus memberikan edukasi yang lebih banyak kepada masyarakat, sehingga tidak perlu panik tapi ikuti lah apa yang harus dilakukan."

"Lebih baik jangan keluar rumah, kita isolasi diri kita masing-masing, kita berada di rumah, tidak perlu keluar rumah," ucap Rita.

Berdasarkan data pada Kamis (26/3/2020), total pasien positif corona di Indonesia mencapai 893 orang.

Dari jumlah tersebut, jumlah pasien yang sembuh sebanyak 35 orang. Sementara, pasien meninggal dunia sebanyak 78 orang. (Penulis : Dani Prabowo)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Organisasi Perawat Minta APD: Supaya Kami Tak Mati Konyol!", 

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved