Virus Corona
Akankah Covid-19 Hilang saat Musim Panas? Ini Penjelasn Peneliti
Sempat muncul perbincangan publik mengenai penyebaran virus corona yang diklaim akan melambat saat musim panas di belahan bumi utara.
TRIBUNNEWS.COM - Sempat muncul perbincangan publik mengenai penyebaran virus corona yang diklaim akan melambat saat musim panas di belahan bumi utara.
Namun, para dokter yang menangani wabah virus corona di seluruh dunia menyarankan untuk tidak percaya dengan klaim tersebut.
Melansir India Today, hal ini karena, tidak ada data yang mendukungnya.
Pernyataan para dokter diperkuat dengan epidemo virus corona lainnya, MERS yang melanda Arab Saudi dan menyebar ke bagian lain di Timur Tengah,
Penyakit tersebut pertama kali dilaporkan di bulan September, saat matahari bersinar terang di semenanjung Arab.
Lebih lanjut, tim peneliti dari Massachusetts Institute of Technology ( (MIT) di AS mempelajari lebih dalam terkait penyebaran Covid-19, dan menyalakan kembali perdebatan tersebut.
Baca: Media & Peneliti Asing Soroti Lonjakan Kasus Covid-19 Indonesia
Baca: Peneliti Identifikasi 69 Obat yang Bisa Bantu Obati Pasien Corona
Baca: Ada yang Tanpa Gejala, Peneliti Klaim Ribuan Kasus Positif Covid-19 di Wuhan Tak Tercatat

Berdasarkan makalah yang diterbitkan MIT, para peneliti mengatakan, sebagian besar kasus Covid-19 berkembang di tempat-tempat dengan suhu rata-rata di bawah 18 derajat celcius.
"Berdasarkan data saat ini tentang penyebaran 2019-nCoV, kami berhipotesis, jumlah kasus lebih rendah di negara tropis, mungkin disebabkan oleh tingkat kelembaban yang berbeda," ungkap peneliti MIT.
"Analisis kami menunjukkan, saat musim panas, kemungkinan berkurangnya penyebaran karena faktor lingkungan akan terbatas di sebagian besar Eropa Utara dan AS dan Kanada," terang makalah yang diterbitkan di bawah naungan J-Clinic.
Baca: Doni Monardo Ungkap Sosok yang Mampu Buat Warga Waspadai Corona: Tak Mungkin Seluruhnya dari Atas
Baca: Mengenal Psikosomatis, Kecemasan Berlebihan yang Bisa Buat Orang Merasa Kena Gejala Virus Corona

Berkembang di Suhu Dingin
Lebih jauh, studi ini menunjukkan hubungan erat antara kondisi suhu dan kelembaban yang mempengaruhi penyebaran covid-19 antara 22 Januari hingga 21 Maret 2020.
Ditemukan, sebagian besar kasus infeksi covid-19 dikembangkan di tempat-tempat dengan suhu kisaran 4-10 derajat celcius.
Setelah 10 Maret 2020, lonjakan kasus infeksi tercatat dalam suhu rata-rata di bawah 18 derajat celcius.
Namun, para penulis surat kabar menentang generalisasi temuan MIT.
Baca: Ibu & Ayah Meninggal karena Corona dalam Waktu 2 Hari, Adik Positif, Eva Justru Dipersulit Tes Swab
Baca: MUI Keluarkan Fatwa tentang Salat untuk Petugas Medis Saat Tangani Pasien Virus Corona

Menurut para penulis, tidak mungkin mengklaim 2019-nCoV tidak akan menyebar ke daerah yang lembab dan hangat.
Untuk diketahui, di wilayah Asia Tenggara, yang cenderung memiliki iklim tropis sudah mencatat lebih dari 2.530 kasus infeksi.
Dengan angka kematian mencapai 79 korban.
Baca: Begini Alur Pasien di RS Darurat Virus Corona Wisma Atlet Kemayoran
Baca: Kabar Baik, Sosiolog Imam Prasodjo Sebut Rapat dengan Banyak Pengusaha Bahas Sumbangan Corona
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)