Virus Corona
Rapid Test Corona dengan Jemput Bola, Ngabalin Tegaskan Pemerintah Prioritaskan Fisik Tenaga Medis
Ali Mochtar Ngabalin menegaskan pemerintah tengah mempersiapkan fisik tenaga medis yang nantinya akan melayani rapid test jemput bola.
TRIBUNNEWS.COM - Berbagai pihak mendorong pemerintah untuk melakukan rapid test atau tes cepat deteksi virus corona dengan sistem jemput bola.
Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin menegaskan pemerintah tengah mempersiapkan fisik tenaga medis yang nantinya akan melayani rapid test.
Dilansir Tribunnews.com, hal ini diungkapkan Ngabalin dalam wawancara YouTube Talk Show tvOne, Sabtu (21/3/2020).
Ngabalin menyebut, sesuai instruksi Presiden Joko Widodo (Jokowi), beberapa pihak sudah mendiskusikan tentang hal itu.
Di antaranya Ketua BNPB Doni Monardo yang juga Ketua Tim Gugus Tugas Cegah Virus Corona.
"Saya bicara juga dengan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana bahwa tidak ada cara lain yang dilakukan kecuali sekarang semua merujuk kepada apa yang menjadi anjuran pemerintah," ujar Ngabalin.
Baca: BREAKING NEWS, Jokowi: Sore Ini Wisma Atlet Kemayoran Bisa Dipakai Sebagai RS Darurat Corona
Baca: BREAKING NEWS: Jokowi Sebut 105 Ribu APD Virus Corona Siap Didistribusikan Hari Ini
Tak hanya fokus pada pengadaan alat rapid test, pemerintah juga berfokus untuk menguatkan fisik tenaga medis yang nantinya akan melayani tes itu.
Hal ini juga menjadi tanggung jawab Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto.
"Di antaranya pemerintah juga mempersiapkan para petugas itu, karena mereka juga harus punya kekebalan tubuh, kemudian punya alat yang kuat,"ujar Ngabalin.
"Karena dia tidak mungkin bisa mengurus orang lain sementara dia sendiri tidak bisa diurus."
"Nah, itu dilakukan pemerintah lewat Menteri Kesehatan," tandasnya.
Diketahui, rapid test dengan sistem jemput bola sudah terlaksana di beberapa wilayah.
Di antaranya di Bogor, Jawa Barat, kepada orang dalam pengawasan (ODP) yang sempat mengikuti Seminar Anti Riba pada akhir Februarai 2020 lalu.
Dokter Spesialis Paru prioritaskan petugas medis
Dalam tayangan tersebut, Dokter Spesialis Paru Prof. dr. Faisal Yunus menyebut yang selama ini menjadi prioritas pengetesan adalah orang yang sudah positif atau pasien dalam pantauan (PDP).
Meski demikian, Faisal sebenarnya menganggap dokter atau tenaga medis yang menangani corona harusnya lebih diutamakan dalam rapid test itu.
"Jadi yang pertama, orang-orang yang jelas positif, itu kan kita takut dia menularkan," kata Faisal.
"Nah, terus terang saya sih concern tenaga medis dulu yang sehari-harinya menangani," sambungnya.
Hal ini disebabkan sudah banyak tenaga medis yang terinfeksi corona dan harusnya yang lain pun segera dideteksi.
Baca: Dokter Spesialis Paru Ungkap Bahaya Paracetamol untuk Corona: Gejala Demam Hilang, Virus Masih Ada
Baca: Sebar 50 Ribu Undangan, Wakil Walkot Samarinda Tunda Pernikahan Anak, Hidangan Dibagi ke Yatim Piatu
"Karena kalau dia terkena, dia kan bisa menularkan yang lain, kan sudah ada beberapa tenaga medis yang sudah terkena," ujar Faisal.
"Kalau itu bisa diperiksa, kan kita lebih tahu, lebih cepat," sambungnya.
Terlebih tenaga medis adalah pihak yang berhadapan langsung dengan para pasien.
Parahnya jika dokter yang menangani corona juga menangani pasien dengan penyakit lain, sehingga malah bisa menularkan.
"Pertama, perlindungan untuk dirinya, kedua untuk masyarakat sekitarnya. Artinya sehari-hari dia kan tidak hanya menangani corona," ungkap Faisal.
"Kalau dia praktik, tanpa dia melakukan perlindungan diri, dia bisa menularkan orang lain," imbuhnya.
Selain tenaga medis, pihak keluarga PDP harusnya juga menjadi prioritas lantaran sempat kontak dengan PDP.
Dikhawatirkan jika tak terdeteksi sejak dini, maka PDP yang positif corona bisa berkeliaran di mana-mana dan tanpa sengaja menyebarkan virus tersebut.
"Pasien itu tinggal di mana keluarganya, kan ini rapid test hanya bisa positif kalau sudah ada gejala. Jadi kalau ada gejala-gejala sudah terjadi pada keluarga, atau orang terdekatnya, itu yang diprioritaskan terlebih dahulu," terangnya.
"Karena kalau tidak demikian, orang-orang yang tadinya positif, dia bisa ke mana-mana, dia akan menambah penyebaran ke mana-mana," tambahnya.
Berikut video lengkapnya:
(Tribunnews.com/ Ifa Nabila)