Senin, 6 Oktober 2025

Virus Corona

Diinstruksikan Jokowi, Kenali Rapid Test Virus Corona, Gunakan Spesimen Darah Pasien

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menginstruksikan agar segera dilakukan rapid test virus corona secara massal di Indonesia.

Penulis: Ayu Miftakhul
Editor: Daryono
freepik
Ilustrasi tahapan tes virus corona atau penyakit Covid-19. 

TRIBUNNEWS.COM - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menginstruksikan agar segera dilakukan rapid test virus corona secara massal di Indonesia.

Menurut Jokowi rapid test dapat mendeteksi seseorang terinfeksi virus corona secara dini.

Dikutip dari Kompas.com, menurut Juru Bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, mengatakan bahwa rapid test merupakan mekanisme pemeriksaan spesimen pasien terduga Covid-19.

Pemeriksaan dengan rapid test ini menggunakan spesimen darah dari pasien.

Metode ini disebut memiliki banyak keunggulan, di antaranya tidak membutuhkan laboratorium dengan biosecurity level II.

Yuri juga berharap agar rapid test bisa dilaksanakan di hampir seluruh rumah sakit seluruh Indonesia.

Baca: Mengenal Rapid Test untuk Tes Massal Corona, Bagaimana Metode dan Prosedurnya?

Baca: Apa itu Rapid Test Virus Corona? Begini Arti dan Penjelasannya

Simulasi penanganan pasien dalam status pengawasan virus corona di RSHS Bandung, Jumat (6/3/2020)
Simulasi penanganan pasien dalam status pengawasan virus corona di RSHS Bandung, Jumat (6/3/2020) (Tribun Jabar/M Syarif Abdussalam)

Mengenal Rapid Test

Dikutip Tribunnews dari laman resmi Universitas Oxford, seorang pimpinan dari para peneliti di Departemen Ilmu Teknik Universitas Oxford dan Pusat Penelitian Lanjut Oxford (OSCAR), Prof Wei Huang mengungkapkan, rapid test adalah metode tes baru yang dapat mendeteksi virus secara khusus.

Bahkan dapat mengenali fragmen RNA dan RNA SARS-CoV-2 atau Covid-19.

Rapid test juga memiliki pemeriksaan bawaan untuk mencegah hasil tes positif atau negatif yang palsu.

Diketahui, rapid test memang memiliki akurasi yang sangat tinggi.

Baca: Sedang Direnovasi, RS Pertamina Jaya Siap Dipergunakan Awal April untuk Pasien Corona

Untuk pasien pada tahap awal terinfeksi bisa diidentifikasi dengan lebih cepat.

Sehingga, berpotensi untuk membantu dalam mengurangi penyebaran virus corona.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan, rapid test dapat bekerja lebih cepat dan tidak memerlukan instrumen rumit.

Jika tes corona yang dilakukan sebelumnya membutuhkan waktu sekitar 90 - 120 menit, dengan rapid test hanya membutuhkan waktu setengah jam atau 30 menit saja.

Seperti diberitakan Tribunnews sebelumnya, Yuri mengatakan lokasi yang akan dilaksanakan rapid test.

Wisma Atlet Kemayoran akan digunakan sebagai lokasi karantina, observasi, dan isolasi peserta yang menjalani rapid test.

"Iya, jadi kan permintaan untuk membeli alat rapid test sudah ada."

"Kemudian pemerintah tadi menjajaki rencana rapid test. Kemudian Wisma Atlet disiapkan," ujar Yuri, dikutip dari Kompas.com, Rabu (18/3/2020).

Baca: Instruksi Terbaru Jokowi Tangani Wabah Corona, Tegaskan Larangan Liburan & Lakukan Rapid Test Massal

Baca: Kategori Warga yang Dijadikan Prioritas Utama Jalani Rapid Test Virus Corona

Jokowi Instruksikan Tes Corona Massal dengan Rapid Test 

Presiden Joko Widodo (Jokowi) bersama jajaran kementerian serta tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Virus Corona (Covid-19) kembali melakukan rapat terbatas, Kamis (19/3/2020).

Ada beberapa poin yang disampaikan oleh Jokowi terkait penanganan covid-19 yang telah menyebar ke sejumlah provinsi Indonesia.

Jokowi menghimbau masyarakat agar mengurangi mobilitas orang dari satu tempat ke tempat lain.

"Kita terus menggencarkan sosialisasi untuk menjaga jarak, social distancing dan mengurangi kerumunan yang membawa risiko penyebaran COVID-19," kata Jokowi di Istana Merdeka.

Jokowi juga memerintahkan untuk segera dilakukan rapid test (tes cepat) dengan cakupan yang lebih luas.

Hal ini untuk mendeteksi dini kemungkinan indikasi awal seorang terpapar Covid-19, sehingga bisa dilakukan pencegahan lebih awal.

"Saya minta alat rapid test terus diperbanyak, juga memperbanyak tempat-tempat untuk melakukan tes dan melibatkan rumah sakit."

"Baik pemerintah, milik BUMN, Pemda, rumah sakit milik TNI dan Polri, dan swasta, dan lembaga-lembaga riset dan pendidikan tinggi yang mendapatkan rekomendasi dari Kementerian Kesehatan," terangnya.

Selain itu, Jokowi juga meminta agar para tenaga medis dalam menangani Covid-19 dilengkapi dengan sarana dan perlindungan diri (APD) yang memadai.

Ilustrasi tahapan tes virus corona atau penyakit Covid-19.
Ilustrasi tahapan tes virus corona atau penyakit Covid-19. (freepik)

Berikut Pernyataan Presiden Jokowi selengkanya

Pagi hari ini kita ingin mendengarkan laporan mengenai percepatan penanganan virus Corona (COVID-19) yang dipimpin oleh Kepala BNPB, tapi sebelumnya saya ingin menekankan beberapa hal yang penting.

Yang pertama, prioritas kita adalah mencegah penyebaran COVID-19 lebih luas lagi, oleh sebab itu penting untuk dilakukan yaitu mengurangi mobilitas orang dari satu tempat ke tempat yang lain.

Kita terus menggencarkan sosialisasi untuk menjaga jarak, social distancing, dan mengurangi kerumunan yang membawa risiko penularan COVID-19.

Tiga hal ini penting terus kita ulang-ulang, sekali lagi, mengurangi mobilitas dari satu tempat ke tempat yang lain, yang kedua, menjaga jarak, yang ketiga, mengurangi kerumunan yang membawa risiko penyebaran COVID-19.

Karena itu kebijakan belajar dari rumah, bekerja dari rumah, dan beribadah di rumah betul-betul harus kita sampaikan terus sehingga bisa dijalankan secara efektif tetapi juga kita harus tahu juga bahwa yang tidak bekerja di rumah tentu saja tetap bekerja di lapangan dan bekerja di kantor dengan tetap saling menjaga jarak.

Kebijakan belajar di rumah, kebijakan bekerja di rumah, kebijakan beribadah di rumah, jangan sampai kebijakan ini dilihat sebagai sebuah kesempatan untuk liburan.

Saya lihat satu minggu kemarin di Pantai Carita, di Puncak, lebih ramai dari biasanya sehingga hal ini akan memunculkan keramaian yang berisiko memperluas penyebaran COVID-19.

Saya juga minta diterapkan secara ketat menjaga jarak, social distancing, di area-area publik termasuk di dalam transportasi publik seperti di bandara, di pelabuhan, di stasiun kereta api, di stasiun bus, untuk mencegah penularan COVID-19.

Selain itu, saya minta juga gugus tugas untuk mengajak lembaga-lembaga keagamaan, tokoh-tokoh agama untuk bersama-sama mencegah potensi penyebaran COVID-19 di kegiatan-kegiatan keagamaan.

Kita harus mengevaluasi penyelenggaraan acara keagamaan yang melibatkan banyak orang.

Yang kedua, segera lakukan rapid test, tes cepat dengan cakupan yang lebih besar agar deteksi dini kemungkinan indikasi awal seorang terpapar COVID-19 bisa kita lakukan.

Saya minta alat rapid tes terus diperbanyak, juga memperbanyak tempat-tempat untuk melakukan tes dan melibatkan rumah sakit baik pemerintah, milik BUMN, Pemda, rumah sakit milik TNI dan Polri dan swasta dan lembaga riset dan pendidikan tinggi yang mendapatkan rekomendasi dari Kementerian Kesehatan.

Yang ketiga, penyiapan protokol kesehatan yang alurnya jelas, sederhana, dan mudah dipahami. Itu penting sekali.

Terkait dengan hasil rapid test ini apakah dengan karantina mandiri, self isolation, atau pun memerlukan layanan rumah sakit, protokol kesehatan ini dijelaskan.

Yang keempat, menyiapkan rencana konvergensi kesiapan layanan rumah sakit baik rumah sakit rujukan yang sudah ditetapkan, juga mobilisasi rumah sakit yang lain, baik milik BUMN, TNI/Polri, rumah sakit swasta, dan juga rumah sakit darurat apabila diperlukan.

Dan juga diperlukan juga bisa memanfaatkan Wisma Atlet di Kemayoran, ini kapasitasnya cukup besar, kalau nggak keliru 15 ribu dan hotel BUMN yang juga bisa dipakai.

Kemudian juga rencana konvergensi ini juga harus kita siapkan sampai ke bawah termasuk percepatan pembangunan rumah sakit di Pulau Galang di Kepulauan Riau.

Yang kelima, saya ingin perlindungan maksimal kepada para dokter, tenaga medis, dan jajaran di rumah sakit yang melayani pasien yang terinfeksi COVID-19, pastikan bahwa ketersediaan alat pelindung diri APD, karena mereka berada di garis terdepan sehingga petugas kesehatan harus terlindung dan tidak terpapar oleh COVID-19.

Termasuk juga saya minta Menteri Keuangan ini juga pemberian intensif bagi para dokter, perawat, dan jajaran rumah sakit yang bergerak dalam penanganan COVID-19 ini.

Yang keenam, saya minta kebutuhan alat-alat kesehatan seperti masker, hand sanitizer, dipastikan tersedia, kita untuk ekspor masker dan alat-alat kesehatan yang diberikan untuk ini lebih baik disetop terlebih dulu, pastikan terlebih dahulu stok dalam negeri cukup.

Kemudian juga ketersediaan bahan baku untuk produksi alat-alat kesehatan yang diperlukan dalam menghadapi situasi ini

Yang terakhir saya minta dipastikan ketersediaan dan stabilitas harga barang-barang kebutuhan pokok yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Saya kemarin sudah cek di Bulog, stok kita lebih dari cukup, kemudian saya kira Maret ini banyak daerah mulai panen raya, April juga masih panen raya sehingga penyerapan oleh Bulog juga agar diatur, saya juga minta Menko Perekonomian dan kementerian terkait segera menjalankan kebijakan insentif ekonomi utamanya bagi pelaku usaha lebih khusus lagi pelaku UMKM yang terkena dampak ekonomi penyebaran COVID-19.

Walaupun ada kebijakan pengurangan interaksi saya minta pelaku usaha, pelaku UMKM bisa memaksimalkan penggunaan pelayanan secara online.

Saya rasa itu sebagai pengantar yang bisa saya sampaikan. (*)

(Tribunnews.com/ Ayumiftakhul/ Arif Tio Buqi Abdulah)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved