Kamis, 2 Oktober 2025

Virus Corona

Ojek Online Malaysia Pasca-Lockdown dan Ojol Indonesia Sikapi Corona

Beda sikap ojek online di Malaysia dan Indonesia terkait wabah virus corona atau Covid-19

Editor: Daryono
Tribunwow/kolase
Ilustrasi ojek online 

TRIBUNNEWS.COM – Wabah virus corona atau Covid-19 berdampak pada hampir semua sisi kehidupan manusia.

Seperti halnya pada aktivitas dan pekerjaan sebagai pengemudi ojek online.

Perbedaan dialami oleh ojek online di Malaysia dan Indonesia.

Di Malaysia yang mulai diberlakukan lockdown atau penguncian secara nasional sejak Rabu (18/3/2020) kemarin, membuat sejumlah wilayah menjadi sepi.

Baca: Malaysia Lockdown, Layanan KBRI Kuala Lumpur Dihentikan Sementara hingga Akhir Maret

Namun tidak dengan pesanan makanan untuk pengemudi ojek online di beberapa tempat.

Di sisi lain, paguyuban ojek online di Indonesia bernama Garda Indonesia menolak kebijakan lockdown jika diterapkan di Indonesia.

Lockdown dianggap akan berdampak buruk pekerjaan di sektor informal yang bergantung pada aktivitas masyarakat sehari-hari seperti halnya pengemudi ojek online.

Pada artikel ini akan dibahas kegiatan ojek online di Malaysia dan Indonesia terkait virus corona:

1. Ojol Malaysia Antar Makanan

Pemerintah Malaysia mulai memberlakukan lockdown atau penguncian wilayah mulai Rabu (18/3/2020). 

Hal itu sebagai upaya pemerintah mencegah penyebaran virus corona atau Covid-19.

Tindakan lockdown pun berdampak pada pembatasan aktivitas warganya dan situasi sepi.

Baca: Pemerintah Mulai Kaji Metode Rapid Test Tangkal Penyebaran Virus Corona

Namun tidak bagi sejumlah pengemudi ojek online di sana.

Di beberapa wilayah, tampak para ojek online justru tengah sibuk mengantre makanan pesanan warga.

Fenomena tersebut terjadi tidak di semua wilayah di Malaysia.

Hal ini karena tidak semua retsoran atau tempat makan buka pascaPemerintah Malaysia memberlakukan lockdown.

Dikutip dari The Star, pemandangan antrean ojek online terjadi di Bukit Bintang pagi jelang siang hari tadi.

Seorang pengemudi ojek online, Johan mengungkap kisahnya di hari pertama pemberlakuan lockdown.

Johan mengaku mendapat pesananan tak seperti hari biasanya.

Ia mendapat 10 pesanan dalam kurun waktu setengah jam.

Padahal biasanya untuk mendapatkan 10 pesanan makanan, ia harus menghabiskan beberapa jam bekerja.

"Saya mulai bekerja sekitar jam 10 pagi, dan saya sudah menerima 10 pesanan makanan dalam waktu setengah jam," katanya.

"Pada hari normal, saya hanya bisa mendapatkan angka-angka semacam ini dalam beberapa jam," tambahnya.

Baca: 18 Istilah Penting Soal Virus Corona, Apa Itu Social Distancing, Lockdown, hingga ODP?

Dia mengatakan sebagian besar pesanan berasal dari kantor di sekitarnya.

Pengemudi lain mengatakan, kemungkinan waktu tunggu pesanan makanan akan menjadi lebih lama karena tidak semua restoran buka.

“Tidak semua restoran yang memiliki layanan pengiriman terbuka, jadi ada lebih sedikit pilihan.”

"Dari yang tersedia, tentu saja akan ada lebih banyak pengiriman dari restoran-restoran ini," katanya.

Di satu restoran di pusat perbelanjaan Pavilion, setidaknya tujuh pengendara terlihat menunggu untuk mengambil pesanan mereka.

Restoran yang tutup bagi pelanggan menyempatkan diri melakukan pembersihan menyeluruh di restoran mereka.

Kendaraan ojek online antre makanan di restoran setelah Malaysia resmi lockdown
Kendaraan ojek online antre makanan di restoran setelah Malaysia resmi lockdown (The Star)

2. Ojek Online Indonesia Tolak Lockdown

Sementara itu, Asosiasi driver ojek online yang tergabung dalam Gabungan Transportasi Roda Dua (Garda) Indonesia menolak kebijakan lockdown.

Presidium Garda Indonesia Igun Wicaksono mengatakan, kebijakan lockdown akan sangat berdampak buruk terhadap pekerja yang bergerak di sektor informal.

Sebab, pekerja jenis tersebut pendapatannya bergantung terhadap aktifitas sehari-hari.

"Lockdown jika diberlakukan di Indonesia dampak negatifnya jauh lebih besar dari negara lain, karena banyak yang mencari nafkah di sektor informal," ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu (18/3/2020).

Baca: Rekor Tertinggi, Korban Meninggal di Italia dalam Sehari Akibat Virus Corona Capai 475 orang

Lebih lanjut, Igun menyebut driver ojek online merupakan jenis pekerjaan informal.

Ia meyakini jika nantinya lockdown diberlakukan, hal itu akan merugikan driver ojek online.

"Antara lain jutaan ojol yang setiap hari penghasilannya didapatkan secara harian bergantung pada pengguna jasa ojol harian," tuturnya, seperti dilansir dari Kompas.com dalam artikel berjudul "Driver Ojek Online Tolak Kebijakan Lockdown."

Sebelumnya, Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, Piter Abdullah berpendapat, bila Indonesia pada akhirnya menerapkan lockdown akibat wabah virus corona, maka dampaknya akan buruk bagi perekonomian.

Bagi sektor informal, menurut dia, akan kehilangan penghasilan.

Sektor produksi akan terganggu karena banyak produk yang akan berkurang pasokannya.

"Termasuk juga merencanakan antisipasi apabila dilakukan 'lockdown' dampaknya bisa dipastikan akan signifikan, perekonomian seperti dimatikan."

"Semua ini harus diantisipasi dan disiapkan solusinya," katanya kepada Kompas.com, Jakarta, Senin (16/3/2020).

Selama ini, dia menilai, pemerintah nampak ragu untuk mengambil tindakan drastis mengatasi virus corona.

Sebab, pemerintah menghadapi dilema antara fokus mengatasi virus corona dengan upaya menyelamatkan perekonomian.

Asosiasi Ojol Minta Penumpang Bawa Helm Sendiri untuk Cegah Penyebaran Virus Corona

Pengendara ojek online ( ojol) yang tergabung dalam asosiasi Gabungan Transportasi Roda Dua (Garda) Indonesia mengimbau agar penumpang membawa helm pribadi saat menggunakan jasanya.

Ketua Presidium Nasional Garda Indonesia, Igun Wicaksono menyebut hal itu dilakukan dalam upaya mencegah penyebaran virus corona (Covid-19) yang saat ini kian meluas di Tanah Air.

Untuk diketahui, menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) wabah tersebut mampu menular melalui percikan droplet (liur) karena bersin dan batuk, serta mengenai objek atau permukaan benda yang ada di sekitar penderita.

"Kami menyarankan untuk warga yang rutin menggunakan jasa ojol agar mulai membawa helm SNI pribadi. Gunakan tas khusus helm untuk membawa helm demi keamanan dan kenyamanan di tengah merebaknya virus corona," kata Igun kepada Kompas.com, Jakarta, Selasa (17/3/2020), dalam artikel "Cegah Virus Corona, Asosiasi Ojol Minta Penumpang Bawa Helm Sendiri".

Ia juga menyebut, langkah antisipasi lebih baik karena bisa jadi penumpang lain yang menggunakan helm batuk dan tanpa sengaja percikan liurnya mengenai kaca helm atau bagian lain.

Pada kesempatan sama, Igun juga memberikan 15 protokol kesehatan untuk ojol guna antisipasi penyebaran virus corona. Mulai dari menggunakan masker kesehatan, helm SNI berpenutup wajah, sampai menyiapkan plastik atau kantong khusus untuk menyimpan uang kertas atau logam.

Berikut 15 daftar protokol ojol dari Garda untuk antisipasi penyebaran virus corona:

1. Gunakan masker kesehatan/bedah ataupun masker seni N-95,
2. Upayakan menggunakan helm SNI berpenutup wajah,
3. Gunakan sarung tangan bersih higienis,
4. Gunakan atribut lengkap tertutup,
5. Tutupi bagian leher dengan buff atau syal,
6. Gunakan sepatu tertutup dan kaos kaki,
7. Upayakan membawa hand sanitizer dan sabun cair mengandung antispetik,
8. Lindungi keluarga di rumah dengan menyiapkan desinfektan untuk mencuci atribut dan perlengkapan lain,
9. Atribut ojol jangan langsung masuk ke dalam rumah, cuci dengan desinfektan,
10. Upayakan rajin minum vitamin tambahan untuk menambah imunitas,
11. Jaga kebersihan makanan dan minuman sehat,
12. Rajin cuci tangan dengan sabun cair mengandung antiseptik,
13. Hindari kontak dengan terduga Covid-19,
14. Siapkan plastik atau kantong khusus untuk simpan uang kertas atau logam,
15. Cek kesehatan jika mengalami gejala flu dan batuk.

(Tribunnews.com/Chrysnha/Kompas.com)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved