Virus Corona
India Tak Patuhi WHO Lakukan Tes Menyeluruh Cegah Covid-19
Otoritas India menyatakan bahwa mereka tidak akan memperluas jumlah pengujian terhadap Covid-19. Padahal cara ini dirasa ampuh.
TRIBUNNEWS.COM - Otoritas India menyatakan bahwa mereka tidak akan memperluas jumlah pengujian terhadap virus corona (Covid-19).
Padahal cara ini dirasa ampuh dan sudah diadopsi sejumlah negara.
Bahkan ada kritik yang menyebut penelitian terbatas pada negara padat penduduk bisa menyebabkan wabah ini makin tidak terdeteksi.
Dilansir Al Jazeera, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah mendesak negara-negara untuk melakukan tes sebanyak dan seluas mungkin.
Baca: Kuil India Ini Gunakan Urine Sapi karena Kehabisan Hand Sanitizer, Klaim Sebagai Anti Bakteri
Baca: WNA India Ditemukan Tewas di Bekasi, Ada Kemungkinan Terkena Corona, Polisi Tunggu Hasil Pemeriksaan
Tentu tujuannya untuk mengendalikan epidemi lebih mudah lagi.
Seperti halnya yang dilakukan Korea Selatan dan Bahrain.
Namun kenyataan ini tampaknya tidak membuat India bergeming.
Sebab mereka bersikukuh hanya akan menguji siapapun yang baru saja melakukan perjalanan dari negara terdampak.
Selain itu juga kepada orang-orang yang berkontak dengan pasien positif Covid-19.
Suspect ini pun sebelumnya harus menjalani karantina selama 14 hari sebelum benar-benar dites.
Selasa (17/3/2020), kriteria pengujian ini bertambah, yakni bagi orang-orang yang memiliki sakit pernapasan akut.
India setiap harinya hanya melakukan 90 tes Covid-19.
Padahal mereka memiliki kapasitas sebanyak 8.000 orang.
Menurut The Assicoated Press, sejauh ini 11.500 orang telah dites di India.
Baca: Arti Lockdown Corona yang Dilakukan 8 Negara di Dunia, Berikut 17 Istilah Lain
Baca: Seputar Obat Avigan yang Dikabarkan Ampuh Atasi Virus Corona: 4 Hari Pasien Positif Jadi Negatif
Peneliti India Sebut Kebijakan Tes Menyeluruh Tidak Cocok
Otoritas India menilai imbauan WHO tidak berlaku di India.
Sebab penyebaran wabah corona asal China ini tidak separah seperti negara lainnya.
Dewan Penelitian Medis India (ICMR), Balaram Bharghava, mengatakan anjuran WHO itu 'prematur' untuk India.
Dimana negara dengan ikon Taj Mahal ini tidak memiliki kasus penularan corona pada komunitas.
"Karena itu menciptakan lebih banyak ketakutan, lebih banyak paranoia dan lebih banyak kehebohan," katanya.

Pekan lalu, seorang warga Inggris datang ke rumah sakit umum di New Delhi dan meminta tes Covid-19.
Namun maksud baiknya itu ditolak pihak rumah sakit, karena dianggap tidak memiliki kriteria yang sudah ditetapkan.
Wanita ini mengatakan kepada pihak rumah sakit dia mungkin terjangkit karyawannya, namun tidak yakin juga.
Setelah mencoba dan gagal untuk kedua kalinya mendapatkan tes di India, wanita ini terbang ke Perancis untuk kembali ke keluarganya.
Pemerintah mengaku pembatasan tes ini dilakukan agar masyarakat tidak membanjiri fasilitas medis untuk menuntut tes corona.
Sebab pengujian menyeluruh bisa menelan biaya yang besar, padahal masih banyak isu penyakit yang harus ditanggulangi pemerintah.
Antara lain tuberkolusis, kekurangan gizi atau malnutrisi, dan HIV atau AIDS di negara ini.
Sehingga ICMR mengatakan tidak perlu memperluas pengujian Covid-19 ini.
Namun, pemerintah India tengah mempersiapkan konsekuensi terburuk dari wabah ini dengan memperkuat infrastruktur laboratorium mereka.
Kini India telah memiliki 52 pusat pengujian virus corona.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)