Virus Corona
Vaksin Covid-19 Diuji Cobakan ke Manusia, 4 Relawan Disuntik dengan Dosis Berbeda
Uji coba vaksin Covid-19 kepada manusia baru saja dilakukan pada Selasa (17/3/2020) lalu.
TRIBUNNEWS.COM - Uji coba vaksin Covid-19 kepada manusia baru saja dilakukan pada Selasa (17/3/2020) lalu.
Empat relawan ini menerima suntikan vaksin di lokasi Penelitian Kaiser Permanente Seattle, Washington.
Dikutip dari BBC, vaksin ini tidak menyebabkan infeksi corona dan mengandung kode genetik virus.
Jadi hal tersebut berasal dari salinan virus yang menyebabkan penyakit Covid-19, namun tidak berbahaya.
"Kami adalah tim coronavirus sekarang ini," kata pimpinan studi Kaiser Permanente, Dr. Lisa Jackson pada malam percobaan Selasa (17/3/2020) dilansir ABC.
"Semua orang ingin melakukan apa yang mereka bisa dalam keadaan darurat ini."
Baca: Ini yang akan Dilakukan Pemerintah Jika Rumah Sakit Tak Cukup Lagi Menampung Pasien Corona
Baca: Kisah Dokter Sembuh dari Corona Hanya dengan Isolasi Diri Sendiri
Para ahli mengatakan, masih perlu waktu berbulan-bulan untuk mengetahui hasil dari vaksin ini.
Orang pertama yang mendapatkan suntikan ini adalah relawan asal Amerika Serikat.
Dia merupakan seorang ibu berusia 43 tahun dari Seattle.
"Ini adalah kesempatan yang luar biasa bagi saya untuk bisa melakukan sesuatu," ujar Jennifer Haller.
Para ahli dan pakar saat ini memang tengah melakukan penelitian dengan cepat untuk vaksin Covid-19.
Sementara itu, uji coba kepada manusia pertama ini didanai oleh National Institutes of Health.
Tujuan uji coba kali ini adalah agar bisa menghindari pemeriksaan yang biasanya dilakukan dan melihat responsnya pada tubuh.
Selain itu juga memastikan vaksin bisa memicu respons kekebalan kepada hewan.
Perusahaan Biotelnologi yang mengawaki penelitian ini, Moderna Therapeutics mengatakan proses pembuatan vaksin ini sudah melewati uji coba.
Baca: Siaga Covid-19, Ini Cara Pertamina Cegah Sebaran Virus di SPBU
Baca: Perjuangan dr Handoko Tangani Pasien Corona, Kini Dikabarkan Masuk ICU, Warganet Sebut Pahlawan
Sementara itu Ahli Penyakit Menular dari Imperial College London Dr John Tregoning mengatakan bahwa vaksin ini menggunakan teknologi yang sudah ada sebelumnya.
"Ini dibuat dengan standar yang sangat tinggi, menggunakan hal-hal yang kita tahu aman kepada manusia."
"Mereka yang menjadi relawan percobaan ini akan diawasi secara dekat," jelasnya.
"Ya ini sangat cepat, tetapi ini adalah perlombaan melawan virus bukan melawan ilmuwan satu sama lainnya."
Menurut John, perjuangan untuk mengembangkan vaksin ini adalah untuk keperluan atas kemanuasiaan.
Sebenarnya, vaksin terbuat dari virus yang dilemahkan atau dibunuh seperti halnya vaksin campak.
Tetapi lain halnya dengan vaksin mRNA-1273, sebutan untuk vaksin Covid-19.
Jadi ini bukan terbuat dari virus corona sendiri, melainkan segmen kode genetik yang disalin dari virus yang dikembangkan para ilmuwan.
Harapannya vaksin ini bisa menambah daya imun tubuh untuk melawan virus yang sebenarnya.
Diketahui, pada relawan ini masing-masing diberi dosis vaksin yang berbeda.
Mereka diberikan total dua suntikan di lengan atas, dengan jarak waktu 28 hari.
Bahkan bila tes ini berhasil, masih membutuhkan 18 bulan untuk menyediakan vaksin ini untuk kepentingan umum.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)