Virus Corona
Jokowi Belum Berpikir Lockdown, Ahli Sebut Social Distancing Lebih Penting
Para ahli menyebutkan, social distancing dinilai lebih penting dibanding lockdown untuk mencegah penyebaran virus corona.
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapan pihaknya belum berpikir melakukan lockdown untuk mencegah penyebaran virus corona.
Sementara itu, sejumlah ahli menyatakan social distancing atau menjaga jarak sosial merupakan cara terbaik mencegah virus corona saat ini.
Pihak kesehatan pemerintah Australia menjelaskan, social distancing merupakan tindakan untuk meminimalisir, bahkan menghindari kontak secara langsung atau berdekatan dengan orang-orang.
Melalui cara ini, diyakini potensi penularan corona bisa diminimalkan.
Dikutip Tribunnews dari health.gov.au, social distancing dinilai sangat penting karena penyebaran virus corona terjadi dari orang ke orang melalui:

1. Kontak langsung dengan orang yang terinfeksi corona, atau bahkan 24 jam sebelum orang tersebut dinyatakan positif.
Baca: 4 Salah Kaprah Wabah Virus Corona yang Buat Penyebaran di Indonesia Makin Buruk
Baca: Dampak Cegah Corona di DKI Jakarta, Antrean TransJakarta Mengular
2. Kontak dekat dengan orang batuk dan bersin, yang positif corona.
3. Memegang benda atau hanya permukaannya yang terkontaminasi batuk atau bersin orang terinfeksi, kemudian kamu menyentuh wajah.
Jadi, karena itu, menurut health.gov.au, semakin lebar jarak dan semakin minimnya kamu kontak dengan seseorang, maka Covid-19 juga akan sulit menyebar.
Ahli epidemiologi dari UC San Fransisco juga menyatakan hal serupa.
Jeff Martin menyebutkan, cara terbaik untuk mencegah penyebaran virus corona adalah dengan menjaga jarak di lingkungan sosial.
Menurutnya, social distancing saat ini merupakan tindakan penting yang harus dilakukan untuk mengontrol penyebaran corona.
"Semakin banyak orang berkumpul, semakin cepat (virus corona) menyebar," kata Martin, dilansir ucsf.edu.
"Social distancing saat ini merupakan cara terbaik mencegah corona untuk menolong satu sama lain," tegasnya.
Tak hanya mengurangi kontak dengan lingkungan sekitar, menerapkan social distancing juga bisa mencegah seseorang menyentuh benda tercemar virus.
Ia pun meminjam istilah yang sering digunakan pecinta alam untuk menerapkan social distancing.
Baca: 85 Persen Pasien Corona di China Sembuh karena Obat Tradisional
Baca: KRONOLOGI Karyawan CIMB Niaga Positif Corona, Kini Sudah Membaik
Yakni, jangan meninggalkan jejak apapun itu.
Sama halnya dengan Jeff Martin, Dosen Departemen Kesehatan Publik dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, juga mengungkapkan social distancing penting dilakukan.
Dikutip dari Kompas.com, ia bahkan menilai tindakan social distancing lebih penting dibanding lockdown.
"Saya tidak bisa menjawab dengan pasti (kapan harus dilakukan social distancing), tapi satu jawaban tentatif yang selalu saya berikan adalah 'The sooner the better' (semakin cepat semakin baik)," tegasnya.
"Ini masa yang penuh ketidakpastian. Kita tidak punya data, sebuas apa virus ini di Indonesia."
"Tapi kalau kita lihat apa yang sudah terjadi di negara-negara lain, China, Italia, Jerman dan negara-negara lain; kita bisa cukup percaya diri menyimpulkan (bahwa) Indonesia tidak akan terlalu berbeda," tambah dia.

Dilansir Tribunnews yang mengutip Kompas.com, lockdown sendiri bukan hanya tak boleh keluar rumah, melainkan dalam cakupan lebih besar.
"Lockdown itu tak boleh keluar, kemudian disarankan aktivitas di rumah."
"Tapi itu wilayahnya lebih luas, kota, tempat-tempat bisnis. Pembatasan aktivitas luar," ujar Kepala Bidang Media dan Opini Publik Kementerian Kesehatan, Busroni.
Tak hanya Panji, Dokter Nafsiah Mboi SpA, MPH yang merupakan mantan Menteri Kesehatan, juga mengimbau untuk secepatnya melakukan social distancing.
Ia menyebutkan, cara ini bisa melibatkan pemerintah daerah, seperti dinas kesehatan setempat hingga puskesmas.
Tujuannya adalah untuk mensosialisasikan cara mencegah corona sampai ke akar.
"Kalau masyarakat sudah mengerti apa yang harus dia lakukan sampai ke akar rumput, saya kira itu akan banyak sekali dampaknya."
"Sebelum lockdown dan sebagainya," tandasnya, mengutip Kompas.com.
Jokowi Tolak Lockdown

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan kebijakan lockdown tak bisa diputuskan oleh pemerintah daerah.
Jokowi menyebut kebijakan lockdown hanya akan terjadi jika pemerintah pusat sudah memutuskan.
Dilansir Tribunnews.com, hal ini diungkapkan Jokowi dalam konferensi pers menanggapi wabah virus corona di Indonesia, kanal YouTube Sekretariat Presiden, Senin (16/3/2020).
Jokowi menyebut pemerintah pusat dan daerah harus berkoordinasi dan tidak membuat kebijakan secara mandiri tanpa ditelaah dampaknya.
Ia mengkhawatirkan jika ada daerah yang membuat kebijakan sendiri tanpa memikirkan dampaknya maka bisa memperburuk keadaan.
"Semua kebijakan, baik kebijakan pemerintah pusat, maupun kebijakan pemerintah daerah, akan dan harus ditelaah secara mendalam agar efektif menyelesaikan masalah dan tidak semakin memperburuk keadaan," terang Jokowi.
Jokowi kemudian menyinggung soal kebijakan lockdown yang tidak bisa dilakukan pemerintah daerah.
Lockdown hanya akan terjadi kalau pemerintah pusat sudah memutuskan demikian.
"Perlu saya tegaskan, yang pertama, bahwa kebijakan lockdown, baik di tingkat nasional, maupun di tingkat daerah, adalah kebijakan pemerintah pusat," tegasnya.
"Kebijakan ini tidak boleh diambil oleh pemerintah daerah," imbuhnya.
Jokowi menyebut pemerintah pusat hingga saat ini belum ada rencana untuk lockdown.
"Dan sampai saat ini, tidak ada kita berpikiran ke arah kebijakan lockdown," kata Jokowi.
Maka dari itu, Jokowi menjelaskan masyarakat lebih baik melakukan tindakan pencegahan seperti yang sudah disosialisasikan.
Misalnya dengan mengurangi kegiatan di luar dan menghindari keramaian.
"Sekarang ini yang paling penting, yang perlu dilakukan adalah bagaimana kita mengurangi mobilitas orang dari satu tempat ke tempat yang lain, menjaga jarak," imbau.
"Dan mengurangi kerumunan orang yang membawa risiko lebih besar pada penyebaran Covid-19," tambahnya.
Berikut video lengkapnya:
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W/Siti Nurjannah/Ifa Nabila, Kompas.com/Gloria Setyvani Putri)