Minggu, 5 Oktober 2025

Virus Corona

Trump Tawari Jerman Uang untuk Vaksin Corona, Menteri Ekonomi: Tidak Dijual

Sejumlah menteri Jerman marah mendengar kabar Presiden Amerika Serikat, Donald Trump menawarkan imbalan untuk mendapat hak eksklusif vaksin Covid-19.

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Sri Juliati
Fresh Daily
ILUSTRASI Vaksin virus corona - Sejumlah menteri Jerman marah mendengar kabar Presiden Amerika Serikat, Donald Trump menawarkan imbalan untuk mendapat hak eksklusif vaksin Covid-19. 

TRIBUNNEWS.COM - Sejumlah menteri Jerman marah mendengar kabar Presiden Amerika Serikat, Donald Trump menawarkan imbalan pada perusahaan farmasi Jerman untuk mendapatkan hak eksklusif vaksin Covid-19.

Kabarnya, Trump akan memberikan sejumlah besar uang kepada perusahaan medis tersebut.

Menteri Ekonomi Jerman, Peter Altmaier mengecam aksi Trump ini.

"Tidak untuk dijual," ujarnya dilansir Guardian dari ARD Radio.

Baca: Gejala Influenza dan Corona Mirip, Perlukah Vaksin Influenza?

Baca: Uji Coba Vaksin Corona di Inggris Tunjukkan Hasil Positif, Juni Diujikan pada Manusia

Peter menyoroti serius pemberitaan surat kabar Welt am Sonntag yang bertajuk 'Trump vs Berlin'.

Surat kabar itu menuliskan, Trump menawarkan uang 1 miliar dolar AS atau sekira Rp 14 triliun kepada perusahaan biofarmasi CureVac yang berkantor di Tubingen.

Dia ingin membeli vaksin dan ingin perusahaan tersebut mengalokasikannya hanya untuk Amerika Serikat.

Masih berdasarkan surat kabar ini, pemerintah Jerman juga disebut menggelontorkan dana agar vaksin tidak diperjualbelikan ke luar negeri.

Laporan pemberitaan ini sontak membuat geram pemerintahan Jerman di Berlin.

"Kerjasama internasional penting saat ini, bukan kepentingan nasional," ujar Erwin Rueddel, seorang anggota parlemen konservatif di komite kesehatan Jerman.

Presiden Donald Trump (Twitter.com/realDonaldTrump)
Presiden Donald Trump (Twitter.com/realDonaldTrump) (https://twitter.com/realDonaldTrump)

Sementara itu, pimpinan partai liberal FDP, Christian Linder menuduh Trump tengah mencari cara untuk memenangkan kampanye.

"Jelas Trump akan menggunakan berbagai cara untuk kampanye pemilihan," ujarnya.

Menteri Kesehatan Jerman, Jens Spahn menilai, Trump bertindak terlalu jauh bila meminta hak eksklusif pada CureVac.

Sebab perusahaan farmasi ini memproduksi vaksin untuk semua negara.

Bukan untuk dialokasikan pada satu negara tertentu.

Kabar ini juga ditanggapi Menteri Dalam Negeri Jerman, Horst Seehofer.

"Saya mendengar hal ini dari pejabat pemerintahan hari ini, dan kami akan membahasnya di Komite Krisis besok," ujarnya pada konferensi pers Minggu lalu.

Baca: Kondisi Darurat, Vaksin Corona Siap Diuji Klinis April Mendatang: Tak Perlu Tunggu 12-18 Bulan Lagi

Baca: China Klaim Sudah Miliki Vaksin Corona, Bulan Depan Bisa DIpakai untuk Kondisi Darurat

Mendengar berbagai kecaman dari Jerman, pemerintah AS turut menanggapi hal ini.

Menurut seorang pejabat AS, berita itu banyak 'dipelintir.'

"Pemerintah AS telah berbicara dengan banyak (lebih dari 25) perusahaan vaksin."

"Sebagian besar perusahaan ini sudah menerima dana awal dari investor AS," jelasnya.

Dia juga membantah, AS ingin mengalokasikan vaksin kepada negaranya sendiri.

"Kami terus bicara dengan perusahaan manapun yang bisa membantu dan terkait solusi apa saja yang bisa dibagikan kepada dunia," tambahnya.

CureVac didirikan pada 2000.

Perusahaan ini berbasis di negara bagian Thuringia Jerman dan memiliki sejumlah cabang lain di Frankfurt dan Boston.

Mereka bergerak pada pengembangan obat untuk kanker, terapi berbasis antibodi, pengobatan penyakit langka, dan vaksin profilaksis.

Laboratoriumnya bekerjasama dengan Institut Paul-Ehrlich, yang berkaitan dengan Kementerian Kesehatan Jerman.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

 
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved