Virus Corona
Cegah Corona, Polisi Spanyol Ancam Denda agar Warga Tetap di Rumah
Spanyol meningkatkan pengamanan setelah memutuskan lockdown secara nasional. Polisi pun mengancam akan memberi denda agar warga tetap di rumah.
TRIBUNNEWS.COM - Pemerintah Spanyol meningkatkan pengamanan setelah memutuskan lockdown secara nasional akibat kasus virus corona (Covid-19) meningkat.
Angka kematian dan infeksi baru karena Covid-19 pun melonjak drastis.
Polisi Spanyol meningkatkan operasi mereka untuk memastikan orang-orang tetap tinggal di rumahnya.
Bahkan para polisi ini turun ke jalan dan 'meneriaki' warga yang ada di luar untuk kembali ke kediamannya.
Mereka menggaungkan sejumlah ancaman seperti penjara dan denda 25.000 euro atau sekira Rp 40 juta, bagi yang melanggar aturan lockdown.
Baca: Apa Arti Lockdown? Kebijakan 7 Negara untuk Cegah Sebaran Corona
Baca: Apa Arti Social Distancing? Ahli: Cara Terbaik untuk Cegah Corona
Spanyol adalah satu diantara negara Eropa yang kini memiliki angka infeksi tinggi.
Bahkan angka mortalitasnya meningkat dalam dua kali lipat dalam waktu sehari saja.
Sejumlah video beredar di Twitter, memperlihatkan aksi polisi menyuruh para warga Spanyol untuk teteap mengisolasi diri.
"Tetap tinggal dengan aman di rumah anda dan ikuti instruksi dari pemerintah," bunyi pengumuman itu, dilansir Daily Mail.
Beberapa waktu lalu, sejumlah turis asal Inggris mencoba melarikan diri dari Spanyol.
Mereka takut karena angka infeksi dan kematian akibat Covid-19 sangat tinggi di Spanyol.
Tercatat pada Minggu (15/3/2020) total kasus corona di Spanyol hampir mendekati angka 8.000.
Menteri Kesehatan Spanyol mengatakan kini total kematian adalah 288 jiwa.
Peningkatannya sebanyak 139 pada Sabtu (14/3/2020).
Lonjakan kematian ini justru terjadi setelah pemerintah Spanyol menerapkan kebijakan lockdown.
Baca: Antisipasi Penyebaran Virus Corona, PNS Akan Diizinkan Kerja dari Rumah
Baca: Ganjar Tambah RS Rujukan Virus Corona, Berikut Daftar 58 Rumah Sakit Penanganan Covid-19 di Jateng
Sementara itu, menurut data The Wuhanvirus pada Senin (16/3/2020), Spanyol mengantongi 7.753 kasus Covid-19.
Sebanyak 291 warga Spanyol meninggal akibat pandemi asal China ini.
Bahkan kini persentase kematiannya mencapai 3.75 persen, hampir sama dengan China saat ini.
Pemerintah menutup bar, restoran, dan transportasi umum.
Sejumlah wisatawan yang sedang menunggu kereta ditangkap karena melanggar penguncian ini.
Tidak hanya turun ke jalan dan memberikan peringatkan melalui pengeras suara, para polisi juga menggunakan drone dan helikopter.
Tentu tujuannya sama, untuk membendung warga yang ingin keluar.
Terlebih kepada turis-turis yang sedang berlibur di Spanyol.
Perdana Menteri Spanyol, Pedro Sanchez menyerukan agar para warganya tetap tinggal di rumah.
Sebelumnya, istri Pedro positif terinfeksi Covid-19 pada Minggu (15/3/2020).
Keadaan Spanyol Pascalockdown
Penguncian ini sontak membuat berbagai aktivitas orang-orang Spanyol berubah.
Di Barcelona, kini tidak terlihat aktivitas warga.
Mereka juga memberlakukan aturan sosial distance atau jarak sosial.
Seperti contoh, saat mengantri membeli roti.
Warga Barcelona membatasi satu sama lainnya sejauh satu meter.
Beberapa waktu lalu, pesawat komersial asal Inggris dipaksa untuk kembali karena penguncian ini.
Satu diantara maskapai terbesar di Eropa, Ryanair mengaku dipaksa untuk mengurangi perjalanan dari dan ke Spanyol.
Selain itu juga ke sejumlah bagian negara itu, antara lain Kepulauan Baleric dan Pulau Canary.
Pemerintah Spanyol menangguhkan penerbangan ini mulai Minggu (14/3/2020) sampai Kamis (19/3/2020).
Hal serupa dilakukan maskapai Jet2, pada Sabtu lalu pihaknya membatalkan semua penerbangan ke Spanyol, Kepulauan Balearic, dan Kepulauan Canary.
Semua jadwal penerbangan ke sejumlah lokasi itu dibatalkan secara sepihak oleh maskapai ini.
Sebelumnya, Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez menilai saat ini Spanyol tengah mengalami kondisi kritis.
"Spanyol menunjukkan saat-saat kritis dimana kapasitas ini menyebabkan kesulitan," jelasnya.
"Kita menghadapi saat yang sulit dengan perjuangan dan pengorbanan."
"Beberapa hak yang penting harus dibatasi karena kita mau mengalahkan virus ini," tambah Pedro di hadapan awak pers.

Pedro menjelaskan, pemerintah akan mengambil langkah untuk mengawasi dan menjaga stok pasokan makanan, energi, dan pelayanan lainnya secara nasional.
Ini merujuk pada kebijakan penguncian Spanyol selama 15 hari, dimulai dari Senin depan.
Dilansir New York Times, pada Sabtu (14/3/2020) otoritas kesehatan Spanyol mengumumkan adanya lonjakan kasus sebanyak 2.000 infeksi baru.
Angka ini merupakan peningkatan harian terbesar di Spanyol sejak wabah corona memasuki negara itu.
Deretan angka kenaikan kasus menunjukkan bahwa Spanyol memiliki kemiripan dengan yang terjadi di Italia.
Dimana kasus tiba-tiba melonjak secara drastis.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)