Jumat, 3 Oktober 2025

Virus Corona

Virus Corona di Solo: Total Ada Tiga Pasien Suspect Dirawat hingga Kelelawar Dimusnahkan

Update perkembangan virus Corona di Solo, total terdapat tiga pasien suspect Corona di RSUD Dr Moewardi Solo. Pemkot juga memusnahkan kelelawar.

Penulis: Daryono
TribunSolo.com/Istimewa
Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PDI Perjuangan (PDIP), Muchamad Nabil Haroen atau Gus Nabil yang turun seorang diri meninjau RSUD Dr Moewardi Solo terkait penanganan virus Corona pada Sabtu (14/3/2020) pagi. 

TRIBUNNEWS.COM - Virus Corona atau Covid-19 telah menyebar di Solo.

Bahkan pada Selasa (11/3/2020) lalu seorang pasien positif Corona telah meninggal dunia.

Pascameninggalnya seorang pasien positif Corona itu, Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) Corona di Solo pada Jumat (13/3/2020). 

Dengan penetapan KLB  Corona tersebut, Pemkot meliburkan sekolah, menutup tempat wisata dan membatalkan agenda-agenda yang melibatkan massa selama dua pekan kedepan. 

Baca: Jokowi Sebut Gugus Tugas Penanganan Virus Corona Telah Bekerja Secara Efektif

Berikut update dari perkembangan terkait virus Corona di Solo sebagaimana dihimpun Tribunnews.com dari TribunSolo.comMinggu (15/3/2020):

1. Ada Tiga Pasien Suspect Corona di RSUD Dr Moewardi Solo

Situasi di RSUD Dr Moewardi Solo, Jumat (13/3/2020)
Situasi di RSUD Dr Moewardi Solo, Jumat (13/3/2020) (TRIBUN JATENG/AGUS ISWADI)

Hingga Sabtu (14/3/2020) kemarin, terdapat tiga pasien suspect Corona dirawat di RSUD Dr Moewardi.

RSUD Dr Moewardi merupakan satu-satunya rumah sakit rujukan Corona di Kota Solo.

Tiga pasien suspect Corona tersebut dua diantaranya merupakan pasien baru.

Hal itu disampaikan oleh Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo.

"Update yang saya terima dari Dinas Kesehatan Kota Solo, jumlah pasien yang dirawat di RSUD Dr Moewardi ada tiga, satu adalah pasien lama," terang Rudy, Sabtu (14/3/2020).

Baca: Sri Sultan Hamengkubuwono X Belum Tetapkan Jogja KLB dalam Kasus Virus Corona

Menurut Rudy, pasien yang baru masuk berasal dari Wonogiri, Jawa Tengah.

Pasien itu memiliki riwayat sama dengan pasien positif Corona yang meninggal pada Rabu lalu.

"Satu pasien lagi dari Wonogiri yang ikut acara seminar yang sama di Bogor dan telah dirawat di RSUD Dr Moewardi Solo," jelas Rudy.

Adapun satu pasien lainnya merupakan seorang tour guide dari Bali. 

"Satu lagi tour guide dari Bali terindikasi juga sama," imbuhnya. 

Rudy masih belum bisa memastikan apakah kedua pasien baru tersebut positif corona atau tidak.

"Kalau yang ini belum ditetapkan positif atau tidak," katanya.

2. Pasca Ditetapkan KLB, Situasi Kota Solo Lebih Sepi

Setelah ditetapkan KLB pada Jumat (13/3/2020), situasi di Kota Solo terlihat lebih sepi.

Berdasarkan pantauan TribunSolo,com, jalan utama di Kota Solo, Jl Slamet Riyadi tampak lebih sepi pada Minggu pagi.

Pada pukul 08.00 WIB yang biasanya penuh dan sesak dengan pengendara, hanya ada sejumlah kendaraan yang berlalu lalang.

Para pedagang kaki lima yang berada di Jl Slamet Riyadi pun tak terlihat. 

Kondisi arus lalu lintas di Jalan Slamet Riyadi tampak sepi setelah ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) Virus Corono, Minggu (15/3/2020).
Kondisi arus lalu lintas di Jalan Slamet Riyadi tampak sepi setelah ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) Virus Corono, Minggu (15/3/2020). (TribunSolo.com/Mardon Widiyanto)

Hanya sedikit penjalan kaki yang terlihat di jalan protokol tersebut.

Termasuk di sekitar pantung Slamet Riyadi, Gladag, Kecamatan Pasar Kliwon arus kendaraan juga tampak sepi.

Kondisi serupa juga terlihat di pintu masuk Kota Solo yang berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo di Jalan Ahmad Yani.

Di sana jalanan hanya diisi oleh sejumlah kendaraan, padahal biasanya mengular dari kawasan Hotel Alila hingga RS Panti Waluyo.

Baca: 7 Pasien Positif Corona di Jawa Barat, Cek Info Covid-19 di Jabar Melalui Situs Pikobar

Tidak hanya di situ, di Jalan Adi Sucipto kawasan Stadion Manahan, Kecamatan Banjarsari juga tampak lengang.

Baik dari arah timur (Flyover Manahan) maupun dari arah barat (Bandara Adi Soemarmo).

Begitu juga arus lalu lintas di Jalan Dr Radjiman, Kecamatan Lawetan juga tidak jauh berbeda.

Saat TribunSolo.com bertemu pengendara di Jalan Ahmad Yani, Beny (27), mengaku kondisi arus lalu lintas seperti ini jarang terjadi.

"Biasanya ramai, apalagi dekat kawasan kampus, belum lagi saat libur Minggu ya tambah ramai," aku dia.

"Apa mungkin karena Corona ya," celetuknya singkat.

3. Petugas Medis yang Pernah Kontak Pasien Positif Corona Meninggal di Karantina

Petugas medis yang pernah menangani pasien positif Corona di Solo yang meninggal kini dikarantina. 

Untuk diketahui, sebelum dirawat di RSUD Dr Moewardi Solo, pasien positif Corona tersebut sempat dirawat di dua RS. 

Salah satu rumah sakit yang pernah merawat pasien positif Corona sebelum dirawat di RSUD Dr Moewardi adalah RS Dr Oen Kandang Sapi Solo.

Direktur Utama Rs Dr Oen Kandang Sapi Solo, dr William Tanoyo, M.Kes mengatakan pihaknya merawat pasien tersebut selama 12 jam hingga akhirnya dirujuk ke RSUD Dr Moewardi.

"Sebagai instansi pelayanan kesehatan, kami tidak bisa memilih merawat pasien dengan kondisi tertentu. Kami wajib melayani seluruh pasien dengan sepenuh hati," papar Wiliam dalam keterangan persnya, Minggu (15/3/2020).

Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo menyampaikan pesan untuk Persis Solo agar berkomitmen bersama untuk tujuan lolos dan promosi ke Liga 1 musim depan, Jumat (13/3/2020) pagi.
Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo (TRIBUNNEWS.COM/Muhammad Nursina)

Pascadiketahui pasien tersebut positif Corona, pihaknya telah mengkarantina perawat dan petugas medis yang bersinggungan dengan pasien itu. 

Karantina itu sesuai dengan perintah Dinas Kesehatan (Dinkes) Solo.

Dalam perawatan mereka yang di karantina mandiri ini mendapatkan vitamin dan dilakukan pengecekan suhu tubuh pada pagi dan sore hari.

"Laporan juga kami terima rutin dan selalu update, jadi bila ada gejala segera dilakukan pemeriksaan," papar Wiliam.

Selain itu, sebagai upaya pencegahan penyebaran virus corona kepada pelanggan RS Dr. Oen Kandang Sapi Solo sudah diterapkan konsep jalur terpisah antara pasien dan pengujung yang sehat.

4. Pemkot Solo Anggarkan Rp 2 Miliar untuk Tangani Corona

Untuk menangani virus Corona , Pemerintah Kota Solo menyiapkan anggaran sebesar Rp 2 miliar. 

Anggaran tersebut diperuntukkan untuk berbagai keperluan mulai dari tracking, karantina mandiri dan berbagai keperluan lainnya. 

"Itu sudah kita plot, anggaran itu (Rp 2 miliar,-Red) bisa kurang bisa lebih, karena untuk tracking, karantina mandiri dan sebagainya," kata Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo, Sabtu (14/3/2020).

Baca: Satu Balita di Yogyakarta Dinyatakan Positif Terinfeksi Corona

Menurut dia, dengan diputuskannya status Kejadian Luar Biasa (KLB) Corona anggaran bisa segera dicairkan.

Sementara, untuk pengadaan disinfektan, juga akan dibiayai dari anggaran tersebut.

"Selama ini untuk pembelian cairan desinfektan tidak kami anggarkan," kata Rudy.

"Kalau tidak diputuskan kejadian luar biasa, tidak bisa mengeluarkan anggaran tidak terduga," tambahnya.

Pemkot Solo juga siap mengucurkan anggaran mendesak apabila anggaran tidak terduga masih kurang.

"Kalau kurang menggunakan anggaran mendesak, kami menggunakan mekanisme mendahului anggaran," kata Rudy.

Rudy mengingatkan organisasi perangkat daerah tidak memanfaatkan kasus wabah virus Corona untuk kepentingan pribadi.

"Pesan jangan memanfaatkan kasus virus Corona, teman-teman dinas itu dalam menyusun anggaran fokus pada penanganan dan pencegahan virus Corona," tandasnya. 

5. Sebanyak 193 Kelelawar Dimusnahkan

Terkait penanganan Corona, Pemerintah Kota Solo memusnahkan 193 kelelawar di Pasar Depok, Kecamatan Banjarsari Solo.

Ratusan kelelawar itu dimusnahkan karena ditemukan adanya virus dalam tubuh hewan. 

Hal ini berdasarkan hasil penelitian Balai Besar Penelitian Veteriner (BBPV) Bogor. 

"Kelelawar itu hewan yang unik didalam tubuhnya ditemukan virus-virus dimungkinkan mutasi," kata Kepala DPKPP Surakarta, Evi Nur Wulandari, Sabtu (14/3/2020). 

Petugas membawa kandang dibungkus plastim berisi kelelawar yang telah dibius untuk dimusnahkan di Pasar Depok Solo, Sabtu (14/3/2020)
Petugas membawa kandang dibungkus plastim berisi kelelawar yang telah dibius untuk dimusnahkan di Pasar Depok Solo, Sabtu (14/3/2020) (Tribun Jateng/Rifqi Gozali)

Virus yang ada dalam tubuh hewan itu bisa bermutasi dengan hewan lain atau dengan manusia yang ada di pasar hewan. 

Dasar itulah yang mendasari pemusnahan ratusan kelelawar di Pasar Depok, Solo.

"Maka dilakukan langkah pelarangan penjual kelelewar ini," tutur Evi. 

"Dimusnahkan ini agar virus tidak bermutasi sehingga dapat menyerang ke manusia atau bersifat zoonosis," tambahnya. 

Baca: Cegah Corona, KAI Larang Penumpang Bersuhu Badan 38 Derajat Naik Kereta Api

Evi menjelaskan virus yang terdapat di dalam kelelewar memiliki kemiripan yang jauh dengan virus Corona asal Wuhan, China. 

"Ternyata hasil pemeriksaan didapatkan ada Virus Beta Corona yang mana kemiripan dengan virus Wuhan sangat jauh," jelas dia. 

"Virus belum bisa menginfeksi ke manusia secara langsung," imbuhnya. 

Meski telah memusnahkan kelelawar di Pasar Depok, Pemerintah Kota Solo tetap akan membiarkan yang masih hidup di habitat aslinya.  

Kepala Seksi Konservasi BKSDA Wilayah I Solo Titi Sudaryanti memastikan bahwa pemusnahan hanya dilakukan kepada kelelawar yang ada di Pasar Depok. 

"Kalau yang hidup di alam dibiarkan saja, mereka punya habitat sendiri," kata Titi. 

"Ini pun kita lakukan sesuai prosedur, supaya kelelawar ini tidak diperdagangkan," tandasnya. (*)

(Tribunnews.com/Daryono) (TribunSolo/Adi Surya Samodra/Mardon Widiyanto)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved