Selasa, 7 Oktober 2025

Ketika Karya Disabilitas Berkeliling Penjuru Negeri

Kisah dua UMKM asal Yogyakarta yang memberdayakan penyandang disabilitas. Berkat JNE, karya disabilitas dari dua UMKM ini sukses berkeliling negeri.

|
Penulis: Sri Juliati
Editor: Tiara Shelavie
Tribunnews.com/Sri Juliati
BERDAYAKAN DIFABEL - Rusna, salah satu penjahit difabel di UMKM Nena Collection di Bantul, Yogyakarta. Simak kisah dua UMKM asal Yogyakarta yang memberdayakan para penyandang disabilitas. Berkat JNE, karya disabilitas dari dua UMKM ini sukses berkeliling ke penjuru negeri. 

TRIBUNNEWS.COM - Kesibukan terlihat di rumah produksi kerajinan kain, Nena Collection yang beralamat di Jalan Imogiri Barat Km 8 Sudimoro, Kalurahan Timbulharjo, Kapanewon Sewon, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta.

Sejumlah karyawan Nena Collection tampak sibuk mengerjakan tugas masing-masing. Ada yang memotong kain, menjahit, hingga mengecek kualitas produk.

Begitu juga dengan Parjilah yang tekun menjahit. Kakinya menekan pedal mesin jahit sembari kedua tangan memegang selembar kain agar tak bergeser.

Selesai dengan satu kain, ia berpindah ke kain yang lain hingga tumpukan kain di atas mejanya, semua telah dijahit. 

Di antara tumpukan kain, mesin jahit, dan perkakas untuk menjahit lainnya, terselip beberapa lembar kertas dan bolpoin yang menjadi pembeda. Tak hanya di meja jahit Parjilah, benda serupa juga ada di meja jahit Rusna.

Benda tersebut ternyata memiliki peran penting bagi kedua penjahit Nena Collection yaitu untuk berkomunikasi.

Ya, Rusna dan Parjilah adalah dua penyandang disabilitas yang telah menjadi bagian dari tim produksi Nena Collection bersama dengan 6 penjahit lainnya. Melalui kertas tersebut, mereka bertanya atau sekadar meminta izin. 

"Biasanya kalau ada instruksi dari saya yang kurang jelas atau ada kendala saat menjahit mereka akan nulis di kertas ini," kata pemilik Nena Collection Erna Zurnimawati kepada Tribunnews.com, Sabtu (28/6/2025).

Lebih lanjut, Erna menjelaskan, Rusna bergabung lebih dulu dengannya sejak sebelum pandemi Covid-19. Sekira dua tahun kemudian, menyusul Parjilah.

Parjilah
PENJAHIT DISABILITAS - Parjilah, salah satu penjahit difabel di UMKM Nena Collection di Bantul, Yogyakarta. (TRIBUNNEWS.COM/Sri Juliati)

Khusus Parjilah, dia ikut tinggal di rumah produksi dan pulang seminggu sekali ke rumahnya yang berada di Kalurahan Palbapang, Kecamatan Bantul.

Erna mengaku tak pernah ada kendala selama bekerjasama bersama Parjilah dan Rusna. Sebab keduanya telah memiliki keterampilan menjahit yang didapat dari sekolah.

Baca juga: 5 Tahun Saling Dukung Majukan UMKM Indonesia, Evermos dan JNE Perkuat Kerja Sama Strategis

Selain itu, ini menjadi kesempatan bagi Erna dan karyawan lain untuk ikut belajar bahasa isyarat. "Berapa pun kontribusi mereka, tetap saya terima," ujar Erna.

Selain Rusna dan Parjilah, ada juga seorang karyawan berkebutuhan khusus serta lima ibu rumah tangga (IRT) di sekitar Nena Collection yang ikut bergabung.

Hanya saja, khusus IRT dapat menjahit di rumah masing-masing. Mereka hanya perlu sesekali datang ke rumah produksi, mengambil bahan, mendengarkan instruksi, lalu lanjut mengerjakan di rumah.

Erna mengaku salah satu misinya saat mendirikan Nena Collection adalah merangkul sebanyak mungkin para penyandang disabilitas dan IRT agar mereka bisa berdaya.

Hal ini tak lepas dari latar belakang Erna yang pernah menjadi pengajar di Balai Rehabilitasi Terpadu Penyandang Disabilitas Yogyakarta dan awal mula berdirinya Nena Collection.

Nah, siapa sangka hasil karya Parjilah, Rusna, dan sejumlah IRT lainnya telah sukses berkeliling penjuru negeri. Istimewanya, ada beberapa produk yang diekspor ke Jepang.

Awal Mula Nena Collection

Pemilik UMKM Nena Collection, Erna Zurnimawati.
PRODUK NENA COLLECTION - Pemilik UMKM Nena Collection, Erna Zurnimawati menunjukkan bantal leher yang merupakan salah satu produk kerajinan kain andalannya. (Tribunnews.com/Sri Juliati)

Erna berkisah, usahanya ini berawal dari hobinya yang gemar membuat kerajinan dari kain. Sebuah mesin jahit di rumahnya menjadi inspirasi Erna yang kala itu duduk di bangku SMA.

Karya pertamanya adalah ikat rambut. Hobi ini terus berlanjut saat Erna melanjutkan pendidikan di Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia (UII).

Sejumlah produk kain seperti gorden, sprei, hingga cover galon dengan model atau motif tak biasa yang ada di kamar kosnya adalah hasil jahitannya.

Termasuk saat mempersiapkan pernikahan pada tahun 2020, Erna juga membuat suvenir sendiri. Ia hanya dibantu oleh saudara dan sejumlah tetangga yang piawai menjahit. 

Inilah awal mula wanita kelahiran Bantul, 30 Oktober 1973 tersebut memulai usahanya di bidang kerajinan kain. 

Selepas membantu menyiapkan suvenir pernikahan, sang tetangga meminta agar Erna melanjutkan usaha tersebut. Maka dengan bermodal Rp 500 ribu, jadilah produk sarung bantal yang kemudian ia titipkan ke toko suvenir di Yogyakarta.

Tak disangka, produknya laris manis. Tak lama, permintaan untuk produk lain seperti gorden, tudung saji, tutup kulkas, dan lainnya mulai berdatangan. 

Erna yang semula hanya menjadikan usahanya tersebut sebagai sampingan, lantas memilih resign dari pekerjaan dan fokus mengembangkan Nena Collection mulai 2005.

Varian produk kerajinan kain Nena Collection semakin lebih beragam dengan ciri khas sentuhan batik cap khas Bantul yang dipadukan dengan kain tenun.

Erna mengaku, ide model produk bisa datang dari mana saja. Termasuk dari majalah yang sedang ia baca atau pesanan dari customer.

"Sekarang malah lebih ke pesanan customer. Jadi customer minta dibuatkan apa, bisa kami penuhi," kata Erna.

Ada momen di mana Erna diminta menjadi untuk mengajari cara membuat boneka dari kain perca. Padahal ia belum pernah membuat bahkan memiliki produk tersebut.

Tak patah arang, ia dan timnya mencoba membuat produk tersebut dan kini justru menjadi andalan.

Harga kerajinan kain dari Nena Collection pun terbilang sangat terjangkau, mulai dari Rp 3000 hingga Rp 1,4 juta untuk bed cover lengkap dengan sprei.

Pastikan Sampai Tepat Waktu

Erna mengaku, saat ini mayoritas customer-nya adalah sejumlah toko suvenir yang berada di Yogyakarta, Surakarta, Cirebon, hingga Jakarta.

Selain itu, ia kerap mendapatkan orderan dalam partai besar baik dari instansi maupun pribadi. Meski demikian, Erna tetap melayani penjualan secara retail atau eceran melalui marketplace.

Demi menjaga kepercayaan konsumen terhadap produk kerajinan yang dibuatnya, Erna melakukan pengecekan kualitas secara detail.

Terlebih segmentasi yang dibidik adalah menengah ke atas. Sehingga ia selalu memastikan agar produk kerajinan Nena Collection selalu sampai tepat waktu di tangan pelanggan.

Salah satu caranya adalah menjadikan PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir atau JNE sebagai jasa ekspedisi andalan. Lebih dari 10 tahun, Erna menggunakan layanan JNE untuk mengantarkan produk Nena Collection.

"Hampir setiap ada pengiriman baik di dalam kota maupun luar kota, selalu menggunakan JNE," katanya.

Untuk pengiriman dalam partai yang besar, ia memilih layanan JNE Trucking (JTR) atau JNE Cargo. Sebaliknya, jika pesanannya partai eceran atau tidak terlalu berat, Erna memilih layanan JNE reguler.

Faktor kedekatan juga menjadi alasan mengapa Erna mempercayakan JNE. Ya, lokasi counter JNE masih berada di desa yang sama dengan Erna. Hanya berbeda RT.

"Yang antar paket bisa saya atau karyawan karena jaraknya hanya 300 meter dari rumah produksi," jelas dia.

Ia menambahkan, JNE juga mampu menjangkau daerah-daerah yang selama ini tak terjangkau oleh jasa ekspedisi lainnya. Terlebih para customer-nya juga lebih familier dengan jasa ekspedisi ini.

Layanan JNE juga sangat membantu Nena Collection saat pandemi Covid-19. Di mana saat itu, Erna kebanjiran order masker dari berbagai tempat dan kalangan.

"Saat pandemi, hampir setiap hari selalu ada pengiriman sehingga masker buatan Nena Collection dapat menjangkau ke banyak lokasi dengan bantuan JNE," kata dia.

Berdayakan Difabel Produksi Mainan Edukatif

MAINAN EDUKATIF - Rita Indriana, pemilik ABC Woodentoys menunjukkan produk mainan edukatif ber-SNI yang juga dijual melalui Shopee, Jumat (2/5/2025).
MAINAN EDUKATIF - Rita Indriana, pemilik ABC Woodentoys menunjukkan produk mainan edukatif ber-SNI, Jumat (2/5/2025). (Tribunnews.com/Sri Juliati)

Selain Nena Collection, UMKM di Yogyakarta lain yang juga memberdayakan para penyandang disabilitas adalah ABC Woodentoys. 

Produsen alat permainan edukatif (APE) yang membuka gerai di Jalan Gendeng GK 4 No.598, Kalurahan Baciro, Kapanewon Gondokusuman, Kota Yogyakarta ini sudah sejak lama merangkul kaum difabel sebagai tenaga kerja. 

"Kami membuka peluang kerja bagi teman-teman difabel dengan harapan bisa menjadi sheltered workshop mandiri," kata pemilik ABC Woodentoys, Rita Indriyani kepada Tribunnews.com, Jumat (2/5/2025).

Rita lantas berkisah ketika mendirikan usaha ini bersama sang suami Eka Kurniawan pada tahun 2003, ia memiliki misi menciptakan lapangan kerja bagi difabel.

Hal ini tak terlepas dari latar belakang Eka Kurniawan yang merupakan seorang guru di SLB Bantul. Di sekolah tersebut, Eka mengajar mata pelajaran Seni Kriya.

"Kami melihat banyak penyandang disabilitas yang kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak karena jarang ada yang mau menerima mereka," ujar Rita.

Ia pun lantas merekrut sejumlah difabel untuk bekerja di ABC Woodentoys. Mayoritas adalah lulusan SLB atau mereka yang pernah magang di tempatnya.

Kini, dua dari empat karyawannya di bidang produksi adalah penyandang disabilitas intelektual. Setiap hari, mereka membuat beragam mainan edukatif seperti puzzle, balok susun, menara, hingga kereta angka dan huruf. Sampai saat ini, sudah ada lebih dari 300 item mainan edukatif berkualitas SNI, TKDN, dan SVLK dari ABC Woodentoys.

Salah satunya Agus, difabel terlama yang bekerja dengan Rita. Bekerja di ABC Woodentoys menjadi jalan rezeki bagi Agus. 

Satu unit kuda besi yang ditungganginya untuk bekerja adalah hasil jerih payahnya selama di ABC Woodentoys. Tak hanya itu, Agus juga membantu perekonomian sekaligus menjadi tulang punggung bagi keluarganya.

Rita mengeklaim jarang ada kendala atau hambatan saat bekerjasama dengan karyawan difabel. Mereka memiliki loyalitas yang tinggi dalam bekerja.

"Hanya saja, karena mereka memiliki keterbatasan, jadi saya harus pelan-pelan saat memberikan instruksi. Jika dirasa kurang jelas, mereka bisa langsung tanya via chat WA," kata Rita.

JADWAL LIVE STREAMING - Jadwal live streaming yang ditempel di salah satu rak di toko offline ABC Woodentoys yang beralamat di Gendeng GK IV/598 A, Baciro, Gondokusuman, Yogyakarta, Rabu (2/5/2025).
PRODUK ABC WOODENTOYS - Sejumlah alat permainan edukatif yang dipajang di toko offline ABC Woodentoys yang beralamat di Gendeng GK IV/598 A, Baciro, Gondokusuman, Yogyakarta, Rabu (2/5/2025). (Tribunnews.com/Sri Juliati)

Wanita kelahiran 14 Juli 1970 ini juga mengatakan pemberdayaan para penyandang disabilitas ini juga tertuang dalam visi ABC Woodentoys.

Mayoritas customer ABC Woodentoys adalah instansi pendidikan dan komunitas. Meski demikian, ABC Woodentoys juga membuka ruang bagi yang ingin membeli satuan atau dalam jumlah sedikit. Sebab ia juga memiliki toko offline dan online di marketplace serta media sosial.

Agar mainan edukatif ini bisa hadir di depan anak-anak, Rita juga memanfaatkan JNE sebagai jasa ekspedisi produknya. Ia telah mempercayakan JNE untuk mengantarkan sejumlah mainan karya Agus dan karyawan lainnya ke berbagai wilayah di Tanah Air.

"Kami pernah mengirimkan produk mainan edukatif kepada para konsumen yang berada di Jawa, Aceh, Medan, Palembang, Kendari, Papua, Kupang, hingga Merauke," kata Rita.

Dengan bantuan JNE tersebut, kini ABC Woodentoys semakin percaya diri menatap visinya: mewujudkan anak bangsa cerdas dan kreatif dengan alat permainan edukasi bersama difabel.

Tulang Punggung Hantarkan Kebahagiaan Pelaku UMKM

JONI bersama Ksatria dan Srikandi JNE melakukan bagi-bagi takjil di Jalan Tomang Raya nomor 6, Jakarta Barat.
JONI bersama Ksatria dan Srikandi JNE melakukan bagi-bagi takjil di Jalan Tomang Raya nomor 6, Jakarta Barat. ()

Diketahui, sejak didirikan pada 26 November 1990 oleh Alm H Soeprapto Soeparno, JNE berkomitmen sebagai perusahaan ekpres dan logistik nasional untuk terus berkontribusi secara nyata terhadap kemajuan perekomian bangsa dan negara. 

Perjalanan panjang lebih dari 34 tahun ini telah membawa JNE melalui proses untuk terus bergerak dari kelompok kecil dan kini berkembang menjadi lebih dari 50.000 orang Ksatria dan Srikandi JNE dan 8.000 titik jaringan yang terus tumbuh dan berkembang untuk dapat memberikan manfaat terbaik. 

Presiden Direktur JNE, M Feriadi Soeprapto mengatakan, JNE telah tumbuh menjadi bagian penting dalam ekosistem dunia usaha dan memberikan kontribusi nyata bagi perekonomian Indonesia selama 34 tahun ini.

Mengusung semangat Melesat SAT SET, JNE fokus kepada kemajuan dan terus berinovasi.

"Dengan semangat Melesat Sat Set yang berarti Kecepatan, Semangat, dan Kekuatan, kami terus berinovasi dan berfokus pada kemajuan," ujar Feriadi dalam perayaan HUT ke-34 JNE di Jakarta, Minggu (1/12/2024).

"Sejalan dengan tagline Connecting Happiness, semangat ini kami wujudkan melalui berbagai inisiatif dalam memberikan pengalaman terbaik kepada pelanggan, mitra, dan seluruh stakeholder," tambahnya.

Dia berharap dengan terus bergerak maju JNE dapat memberikan manfaat yang lebih luas bagi masyarakat Indonesia, serta mendukung UMKM untuk terus bertumbuh.

"Terima kasih atas dukungan semua pihak yang telah bersama-sama membawa JNE hingga mencapai titik ini, dan mari kita terus melesat bersama," sambungnya.

Sementara itu, Senior Vice President of Marketing JNE, Eri Palgunadi menambahkan, JNE telah menjadi tulang punggung untuk menghantarkan kebahagiaan pelaku UMKM.

Hal ini sesuai dengan tagline JNE yang sebelumnya Express Across Nations berubah menjadi Connecting Happiness sejak 2012.

"Karena kita melihat tugas kita sebenarnya bukan hanya sebatas melakukan proses pengiriman, tetapi bagaimana menghubungkan setiap stakeholder yang ada di dalam ekosistem itu agar happy," kata Eri Palgunadi dalam sebuah acara.

Untuk mendukung tujuan Connecting Happiness, JNE telah melakukan sejumlah terobosan sejak 2010. Jasa ekspedisi yang akan berusia 35 tahun itu merilis layanan yang lebih dekat dan dibutuhkan pelaku UMKM.

Satu di antara Pesona (Pesanan Oleh-oleh) Nusantara yang merupakan wadah bagi para UKM makanan dan oleh-oleh di seluruh Indonesia untuk menjual produk mereka secara online.

"Dengan layanan ini, teman-teman bisa kirim kepiting hari ini, besok sampai di Jakarta," kata Eri.

Percepatan pengiriman barang, lanjut Eri, juga tak lepas dari pembangunan infrastruktur oleh pemerintah. Imbasnya dapat mengurangi biaya sekira 30 hingga 50 persen.

Hal serupa juga dilakukan JNE, salah satunya dengan membangun warehouse atau gudang di Wangon, Banyumas.

Keberadaan gudang tersebut, diakui Eri, sangat membantu UKM-UKM di Jawa Tengah bagian selatan yang dulu sama sekali tidak terkoneksi.

"Kalau mau jualan, mereka harus jual dulu ke Semarang, lalu dari Semarang terbang. Atau kalau lewat jalan darat, dari Wangon ke Majenang, Ciamis, Banjar, Tasikmalaya, terus ke Bandung sampai ke Jakarta. Sehingga ketika kita bikin smart warehouse di tengah kota kecil dan mendapat dukungan dengan pemerintah setempat, itu bisa membantu banyak sekali," tutur Eri.

Eri lantas mengungkit pesan dari pendiri H Soeprapto Suparno yang mengatakan, kunci bagi JNE adalah bagaimana menjadi bermanfaat bagi sekeliling.

(Tribunnews.com/Sri Juliati)

#JNE #ConnectingHappiness #JNE34SatSet #JNE34Tahun #JNEContentCompetition2025 #JNEInspirasiTanpaBatas

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved