Selasa, 30 September 2025

Saran Faisal Basri: Naikkan Defisit APBN Jadi 2,8 Persen

"Berarti ini lebih rendah Rp 141 triliun dari yang dipatok dalam APBN 2017, shortfall sebanyak itu cukup besar setara 1 persen dari PDB."

KOMPAS IMAGES
Faisal Basri 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ekonom Faisal Basri meminta pemerintah tidak berharap banyak terkait peningkatan penerimaan pajak secara drastis pada tahun ini, mengiat akan adanya kekurangan atau shortfaal sebesar Rp 141 triliun.

Menurutnya, jika mengasumsikan penerimaan pajak tahun ini naik 15 persen dari tahun lalu tanpa uang tebusan pengampunan pajak, maka penerimaan pajak tahun ini sebesar Rp 1.358 triliun.

"Berarti ini lebih rendah Rp 141 triliun dari yang dipatok dalam APBN 2017, shortfall sebanyak itu cukup besar setara 1 persen dari produk domestik bruto (PDB)," tutur Faisal, Jakarta, Kamis (23/3/2017).

Melihat kondisi tersebut, ‎Faisal meminta pemerintah sebaiknya menaikkan difisit APBN 2017 dari 2,4 persen menjadi 2,8 persen dari PDB, sehingga ada tambahan dana sekitar Rp 55 triliun.

"Ini masih manageable (dapat dikendalikan), karena batas maksimum defisit itu 3 persen sesuai yang diamanatkan undang-undang. Daripada pemerintah memtong anggaran infrastruktur nanti pembangunan tertunda," tutur Faisal.

Selain itu, pemerintah juga perlu menambah utangnya dengan cara menerbitkan obligasi, terlebih ruang utang Indonesia masih besar yang diperkirakan pada tahun ini senilai Rp 3.856 triliun.

"Utang kita tuh masih kecil per produk domestik bruto, kapasitas utang kita masih besar, dibanding negara lain utang kita masih kecil, jangan bilang Pak Jokowi utang terus," tutur Faisal.

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved