Masih Ada Harapan Bagi Masa Depan Orangutan di Kalimantan
Ketika ribuan orangutan dibunuh setiap tahun sebagai dampak dari industri kelapa sawit dan perburuan liar, kini muncul harapan baru…
Ketika ribuan orangutan dibunuh setiap tahun sebagai dampak dari industri kelapa sawit dan perburuan liar, kini muncul harapan baru bagi spesies ini di hutan Kalimantan.
Empat anak orangutan yang kehilangan induknya yaitu Gondar, Tegar, Kartini dan Gerhana serta para pendamping yang bertindak sebagai ibu pengganti, saat ini belajar memanjat ke puncak pepohonan di Orangutan Forest School.
Organisasi perlindungan hewan Four Paws, yang memiliki 14 kantor di seluruh dunia termasuk Australia, merehabilitasi anak-anak orangutan ini.
Mereka merupakan korban rusaknya habitat dalam skala besar akibat industri kelapa sawit, industri kayu dan batu bara.
"Setiap tahun, dua hingga tiga ribu orangutan tewas karena dianggap sebagai \'pencuri panen\'. Mereka juga diburu untuk dagingnya. Anak-anak mereka sering diperdagangkan sebagai hewan peliharaan," kata Jeroen van Kernebeek, Direktur Four Paws Australia.
Four Paws membuka Orangutan Forest School di Kalimantan Timur pada Mei 2018. Sekolah ini ditangani ahli primata dan manajer proyek Dr. Signe Preuschoft dibantu 15 pengasuh hewan dari Indonesia, seorang ahli biologi dan dua dokter hewan. Merela merawat delapan anak orangutan berusia antara 16 bulan dan sembilan tahun, sebelum dilepasliarkan kembali ke hutan.
"Sebagai bagian dari program ini, Orangutan Forest School mengajarkan semua keterampilan yang mereka butuhkan untuk bertahan hidup di alam liar," kata Van Kernebeek.
Keempat anak yatim orangutan yaitu Gondar, Tegar, Kartini dan Gerhana, telah mulai pelajaran memanjat bersama dengan ibu pengganti mereka.

"Salah satu prinsip kami di Orangutan Forest School yaotu kami tidak memanusiakan orangutan, tetapi mengorangutankan manusia," jelas Dr. Preuschoft.
"Artinya, kami tidak membawa anak-anak yatim orangutan ini ke tanah, tapi mengirim manusia ke atas pohon," tambahnya.
Untuk mencapai hal ini, para ibu pengganti harus belajar memanjat pohon.
Organisasi asal AS, Tree Monkey Project mengirim tim pendaki profesional ke Kalimantan untuk melatih mereka.
"Orangutan terkadang bisa memanjat dan tidak bisa turun," kata Dr. Preuschoft.
"Tahun lalu, itu yang terjadi pada Gonda, yang baru berusia satu tahun saat itu. Dia memanjat terlalu tinggi bagi kami. Kemudian dia tidak berani turun lagi. Ibu penggantinya terus memanggil dia turun dan butuh waktu sangat lama sampai Gonda memiliki keberanian turun sendiri," jelasnya.