Minggu, 5 Oktober 2025

Kelompok Bersenjata Searng Lapas

Sultan Kritik Asrama Etnis

Sri Sultan HB X menyatakan kegelisahannya mengenai konsep asrama daerah yang kian banyak difasilitasi oleh pemerintahan daerah

Editor: Sanusi
zoom-inlihat foto Sultan Kritik Asrama Etnis
/TRIBUNNEWS.COM/FX ISMANTO
SRI SULTAN HB X

TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Gubernur DIY, Sri Sultan HB X menyatakan kegelisahannya mengenai konsep asrama daerah yang kian banyak difasilitasi oleh pemerintahan daerah asal masing–masing mahasiswa luar daerah. Menurutnya, asrama daerah justru lebih cenderung menghambat terjadinya percampuran, dialog dan akulturasi budaya.

Hal ini disampaikan Sultan terkait Seperti aksi gerombolan bersenjata api laras panjang, pistol, dan granat menyerang Lapas Cebongan, Sleman, DIY, Sabtu (23/3/2013). Aksi tersebut menewaskan empat tahanan yang merupakan warga NTT.

Menurut Sultan, asrama daerah akan menumbuhkan kecenderungan bahwa mereka hanya berinteraksi dengan sesama daerahnya saja. Berbeda dengan konsep kos–kosan yang mendukung para penghuninya untuk berbaur dengan penghuni lainnya yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda–beda.

Hal tersebut ditempuh pula oleh Sri Sultan HB IX pada kurun waktu 30–40 yang lalu. Kala itu, Sri Sultan tidak menyetujui konsep asrama mahasiswa dengan alasan yang sama yakni dianggap akan menghambat proses akulturasi budaya. Tercatat hanya ada tiga daerah yang saat itu difasilitasi untuk membuat asrama, yakni Aceh, Papua dan Timor Timur.

Namun sekarang, masing–masing daerah seolah berlomba–lomba memfasilitasi warganya untuk membuat asrama daerah. Tentu saja hal itu menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya hambatan yang lebih besar terkait akulturasi budaya.

“Jika makin banyak asrama, maka kita akan kembali lagi ke masa 30–40 tahun yang lalu, jangan sampai kita justru mundur. Oleh karena itu saya bilang ke kepala daerah, hambat itu (pertumbuhan asrama, Red), persulit izinnya," pinta Sultan.

Sebelumnya, Sultan telah menyatakan hal yang sama pada Januari lalu. Ia menegaskan pembatasan pendirian asrama daerah ketika menghadiri pertemuan bersama sejumlah tokoh lintas budaya dan agama di Dusun Tambakbayan, Caturtunggal, Depok, Sleman.

Sultan sendiri sudah menjamin keamanan warga dan mahasiswa asal NTT yang ada di Yogyakarta. Setelah muncul rasa kekhawatiran pascainsiden Lapas Cebongan Sleman yang menewaskan empat warga NTT yang juga tersangka penganiayaan anggota Kopassus Sertu Heru Santosa di Hugo's Cafe.

Sementara itu, ratusan lilin dinyalakan ratusan warga Nusa Tenggara Timur (NTT) di depan persimpangan Tugu Yogyakarta, Rabu (27/3/2013) malam. Aksi ini dilakukan untuk mengenang almarhum empat warga NTT, tahanan LP Cebongan yang ditembak Sabtu (23/3/2013), dan sekaligus menyerukan keadilan dalam kasus penembakan ini.

Andi, salah seorang warga NTT, mengatakan, pemerintah diharapkan dapat memenuhi rasa keadilan bagi warga NTT dengan menuntaskan kasus ini, dan segera membekuk pelaku. Sekalipun preman, menurut dia, empat tahanan tersebut tidak layak dihabisi begitu saja. "Ini sungguh tidak adil karena empat warga NTT itu bahkan belum sempat diproses hukum," ujarnya.

Kecaman serupa juga dilontarkan oleh warga NTT lainnya, Wijaya dan Rosi. Mereka berharap pemerintah dapat memberikan rasa aman dan kenyamanan bagi warga NTT dengan berupaya menuntaskan kasus ini. Tribun Jogja

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved