Senin, 6 Oktober 2025

Atap Gedung TK Bahari Mandiri Mengancam Murid

Murid TK Bahari Mandiri, Kelurahan Pasar Baru, Kabupaten Batanghari harus was-was saat belajar di sekolah

Editor: Hendra Gunawan
zoom-inlihat foto Atap Gedung TK Bahari Mandiri Mengancam Murid
Ilustrasi sekolah rusak

TRIBUNNEWS.COM, MUARA BULIAN - Murid TK Bahari Mandiri, Kelurahan Pasar Baru, Kabupaten Batanghari harus was-was saat belajar di sekolah. Atap bangunan tempat mereka belajar dan bermain sudah mulai hancur, bahkan ada yang telah terbuka. Tidak sedikit orang tua yang menarik anaknya dari TK itu karena takut ditimpa atap. Para guru pun khawatir dengan keselamatan muridnya.

Pantauan Tribun, kondisi TK sangat memprihatinkan. Selain atap yang bisa jatuh sewaktu-waktu, dinding ruangan berukuran sekitar 4x7 meter itu hanya disekat pakai triplek. Ruang kelas hanya menggunakan separuh dari bangunan yang ada.

Setengah dari bangunan itu tidak dipakai karena atapnya sudah tidak utuh lagi. Murni, guru di TK tersebut mengatakan, Gedung TK dan Play Group itu menumpang pada bangunan milik dinas perkebunan. Mereka menempati dan menyelenggarakan pendidikan di sana sejak 2 Juli 2002.

"Bangunan sekolah ini numpang sama dinas perkebunan. Memang sekarang sudah banyak yang rusak," ujar Murni.

Dia mengatakan saat ini jumlah siswa TK Bahari sebanyak 17 orang dan play goup ada 3 orang. "Sebagian besar adalah anak keluarga tidak mampu. Rata-rata orang tuanya pedagang di Pasar Kramat Tinggi dan terminal," ujar Murni.

Untuk membiayai operasional sekolah sehari-hari, wali murid dibebankan SPP sebesar Rp 20 ribu dan uang majalah Rp 5 ribu. Dana itu yang mereka gunakan untuk tetap bisa menjalankan aktivitas belajar mengajar. Siswa di sana dididik oleh empat orang guru.

Murni menyebut, akibat kondisi bangunan yang semakin hancur, banyak muridnya yang ditarik orangtuanya dari sekolah. Mereka memindahkan anaknya ke sekolah lain untuk menghindari bahaya. Anak yang masih bertahan, merupakan anak keluarga yang tidak mampu.

Melihat fenomena yang terjadi di sekolah itu, Murni mengaku sudah pasrah. Walaupun dirinya menyayangkan perpindahan itu, dia juga mengkhawatirkan keselamatan anak didiknya. "Sekarang kerusakannya sudah semakin parah. Kami ingin numpang pindah ke madrasah yang di belakang sekolah ini, namun belum ada kepastian diizinkan atau tidak," ujarnya.

Menurutnya, sangat memungkinkan berbagi gedung dengan madrasah tersebut, sebab madrasah sama sekali tidak digunakan pagi hari. Siswa madrasah hanya belajar siang hingga sore.

Menurut Murni pihak sekolah sudah beberapa kali mengajukan permohonan bantuan kepada Diknas Batanghari, namun belum ada kejelasannya.

Kabar buruk lainnya, TK Bahari Mandiri terancam tergusur karena bangunan perkebunan itu, sudah diambil alih sebagiannya oleh Pengadilan Agama (PA) Muara Bulian. Di sana telah dibangun gedung baru bakal PA Muara Bulian.

Di lokasi itu akan dibangun pagar keliling berbatasan langsung dengan dinding triplek di dalam ruang belajar TK Bahari Mandiri. Ruang belajar itu termasuk bagian halaman PA Muara Bulian yang akan digusur pada 2013 mendatang.

"Kami tidak tahu mau kemana lagi. Tapi kalau tidak juga mendapatkan tempat lain, biarlah kami meminjam gedung rusak di sebelah itu untuk belajar. Nanti guru-guru yang sumbangan untuk memperbaikinya," ujar Murni.

Murni bahkan berkata, jika memang sumbangan mereka tidak cukup untuk memperbaiki atap yang rusak, mereka akan meminta kepada pemborong proyek pagar PA agar sisa atap bangunan dan kayu sekolah lama mereka dipertahankan untuk dimanfaatkan.

Keprihatinan guru-guru TK Bahari itu mendapatkan simpati dari Kabag Humas Setda Batanghari Tarmizi.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved