Burma kembali bebaskan ratusan tahanan
Jelang kunjungan Presiden AS Barack Obama pekan depan, pemerintah reformis Burma kembali membebaskan 450 tahanan, Kamis (15/11).

Diperkirakan ratusan tahanan politik Burma masih dipenjara.
Pemerintah reformis Burma memerintahkan untuk kembali membebaskan 450 tahanan, Kamis (15/11).
Amnesti terhadap ratusan tahanan ini dipandang sebagai isyarat baik yang ingin ditunjukkan pemerintah Burma menjelang kunjungan bersejarah Presiden AS Barack Obama ke Rangoon pekan depan.
Tidak jelas apakah ada tahanan politik yang ikut dibebaskan, tetapi amnesti sebelumnya biasanya melibatkan baik tahanan politik dan kriminal umum.
Pemerintahan Presiden Thein Sein telah membebaskan banyak tahanan politik selama setahun belakangan guna mencari dukungan dunia internasional setelah lima dekade dibawah rezim junta militer.
Amnesti sebelumnya telah membuat sejumlah negara Barat, termasuk Amerika Serikat, untuk meringankan sanksi.
Pengumuman pembebasan tahanan terbaru ini diberitakan dalam koran negara New Light of Myanmar hanya beberapa hari menjelang rencana kunjungan Presiden AS Barack Obama, Senin mendatang, yang akan menjadi bersejarah karena menjadi presiden AS pertama yang mengunjungi negara itu.
Strategi waktu
Di bawah junta militer - yang telah berakhir pasca pemilu 2011 - , pegiat HAM mengatakan lebih dari 2.000 aktivis dan kritikus pemerintah di penjara dengan tidak sah.
Oposisi utama Burma memperkirakan sedikitnya 330 tahanan politik masih di penjara, kata Nyan Win, juru bicara partai Aung San Suu Kyi, Liga Nasional Demokrasi.
Nyan Win meyakini bahwa amnesti terbaru sebagai sebuah ''isyarat baik'' menjelang kunjungan Obama.
''Kami menginginkan semua tahanan politik untuk dibebaskan,'' tambahnya.
Mantan aktivis yang juga pernah dipenjara Ko Ko Gyi juga memberikan kritik dengan menuduh Thein Sein menggunakan strategi waktu untuk membebaskan para tahanan politik untuk memenuhi keinginan komunitas internasional.
"Pembebasan tahanan politik seharusnya tidak digunakan sebagai keping tawar menawar,'' kata Ko Ko Gyi, seorang pemimpin pergerakan pro demokrasi tahun 1988 yang menghabiskan banyak tahun di penjara.
Amnesti terakhir berlangsung September silam, seminggu sebelum Thein Sein mengunjungi New York untuk ikut dalam Sidang Umum PBB.
Media negara mengatakan sejumlah tahanan akan dibebaskan Kamis ini, para tahanan asing akan langsung di ekstradisi, tetapi tidak memberikan penjelasan terperinci.