PBB: Timor Leste siap mengambil alih
Utusan Khusus Sekjen PBB untuk Timor Leste menilai Timor Leste telah siap mengambil alih seluruh penyelenggaraan keamanan dan pemerintahan menjelang ditariknya misi khusus PBB akhir tahun ini.
Timor Leste, negara termuda di Asia, dipandang siap mengambil alih seluruh urusan penyelenggaraan pemerintahan menjelang ditariknya misi khusus PBB dari negeri itu pada akhir Desember 2012.
Berbagai hambatan menyangkut isu keamanan dan kemampuan keuangan untuk menopang pemerintahan di Timor Leste, menurut Utusan Khusus Sekjen PBB untuk Timor Leste Finn Riske-Nielsen sudah bisa diatasi.
"Situasinya sekarang sangat normal baik politik maupun keamanan. Tingkat kriminalitas juga sangat rendah, semuanya stabil dan damai," kata Riske-Nielsen dalam wawancara khusus dengan BBC.
Tahun 2005 misi pemantau perdamaian PBB mengakhiri tugas mereka di negeri kecil bekas provinsi Indonesia itu, namun kerusuhan berdarah setahun kemudian memaksa PBB kembali turun tangan.
Situasi rusuh berlanjut hingga terjadi penembakan atas Presiden Timor Leste saat itu, Jose Ramos Horta. Adalah Horta yang kemudian pada tahun 2008 meminta agar pasukan PBB dipertahankan lima tahun lagi dengan alasan situasi keamanan masih mengkhawatirkan.
Situasi sudah sama sekali berubah kata Riske-Nielsen dan karenanya tak ada alasan untuk menunda lagi penyerahan tanggung jawab dari PBB kepada pemerintah setempat.
"Dua pihak sudah sama-sama sepakat bahwa ini saat yang tepat," kata Riske-Nielsen.
Keputusan resmi penarikan pasukan PBB akan diambil dalam sidang Dewan keamanan yang digelar 22 November mendatang, namun sedikit indikasi menunjukkan rencana ini akan batal.
'Sejak Maret'
Salah satu mandat terpenting pasukan PBB sejak 2006 adalah tugas untuk mengorganisir ulang tubuh Polisi Nasional Timor Leste yang kocar-kacir akibat sengketa internal dan pemberontakan dan berakhir dengan kerusuhan tahun 2006 lalu.
Tugas ini dijalankan oleh sekitar 1500 personel dari 40 negara yang dikirim PBB ke Timor Leste dan hasilnya, menurut Rilke-Nielsen cukup 'sukses'.

Polisi Nasional TL antara lain dipuji karena dianggap sukses mengamankan pemilu April lalu.
“Faktanya adalah kami sudah serahkan kendali pengamanan sipil pada mereka sejak Maret, jadi sudah beberapa bulan mereka menjalankan tugas dengan baik."
Kemampuan polisi dan tentara Timor Leste mengendalikan keamanan sempat diragukan melihat jumlah personel dan latar belakang pendidikan mereka yang dinilai tidak memadai. Sebagian besar direkrut dari mantan anggota pasukan gerilya pada masa pemerintahan Indonesia.
Pengamat menilai bentrok berdarah tahun 2006 antara lain dipicu oleh ketidakpuasan dan kurangnya disiplin dalam pasukan bersenjata ini.
Namun Rilke-Nielsen menilai dengan formasinya sekarang pasukan Timor Leste akan mampu mengatasi situasi, bahkan bila kerusuhan seperti 2006 pecah kembali.