Garin Nugroho Rindu Hadirkan Wajah Jadul Pemain Film
Sedikitnya 10 kali sutradara terkenal Indonesia Garin Nugroho menginjakkan kakinya ke Jepang.
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo, Jepang
TRIBUNNEWS.COM - Sedikitnya 10 kali sutradara terkenal Indonesia Garin Nugroho menginjakkan kakinya ke Jepang. Kali ini bersama sutradara muda lain, Edwin dan Riza, serta sejumlah pemain filmnya, diajak bareng-bareng jalan-jalan ke Jepang, berpartisipasi di acara berskala internasional yaitu Tokyo International Film Festival (TIFF) yang ke-25 dan diadakan setahun sekali.
"Saya tuh ingin sekali wajah asli Indonesia mendominasi film-film Indonesia," harap pria kelahiran Yogyakarta, 6 Juni 1961 ini. Ia memberikan contoh, Annisa Hertami, yang berperan sebagai Mariam di film Soegija, benar-benar memiliki wajah Indonesia, "Kalau Annisa yang muncul kan semua orang langsung bisa menduga, ini pasti dari Asia dan dari Indonesia," jelasnya.
Karakter wajah Indonesia, terutama wajah jadul alias jaman dulu sangat dirindukan Garin sebagai pemain film Indonesia. Dengan demikian film itu akan benar-benar mewakili bangsa dan negara Indonesia di forum-forum internasional.
Garin pernah memperoleh hadiah besar di TIFF saat film arahannya Daun di Atas Bantal menang di TIFF pada tahun 1998. Kini sebagai sutradara senior dia ingin sekali membimbing para sutradara muda agar berhasil di kancah internasional, "Itu sebabnya saya bawa juga para pemain filmnya ke sini," ujarnya.
TIFF adalah forum film terbaik untuk festival film internasional khususnya di Asia, terutama untuk kestabilan, konsistensi yang bagus. "Festival film internasional seperti di Singapura saja meredup, kurang populer, antusias masyarakat berkurang. Luar biasa Jepang ini Festival Internasionalnya bisa bertahan selama 25 tahun, punya pengaruh besar di dunia perfilman internasional,"tambahnya.
Shizaka Kenji, panita TIFF juga mengemukakan, satu alasan TIFF tahun ini membentuk Indonesia Express karena film Indonesia sudah menarik banyak perhatian Internasional, khususnya di sejumlah festival film mancanegara.
“Sutradara muda dan film Indonesia sudah mulai mendapat perhatian dunia, sementara sebelumnya film Indonesia hanya beberapa yang ditampilkan di TIFF, sehingga kali ini kami memilih 3 sutradara Indonesia dengan masing-masing dua karya terbaiknya, untuk diperkenalkan tidak hanya ke Jepang tapi juga dunia,” ungkap Ishizaka.
Film Babi Buta yang Ingin Terbang akan ditayangkan 23 Oktober, Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi(27 Oktober), sedangkan ke-4 film lainnya akan ditayangkan selama 2 hari, Atambua 39 derajat Celcius (24 dan 25 Oktober), Kartupos dari Kebun Binatang (21 dan 24 Oktober), Mata Tertutup (20 dan 22 Oktober), dan Soegija (20 dan 24 Oktober)
SELEB POPULER