Film Innocence of Muslims
PKS Sesalkan AS Tak Tindak Pembuat Film Innocence of Muslims
Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Hidayat Nur Wahid, yang juga mantan Presiden PKS, mengatakan

Laporan Wartawan Tribun Jakarta Mochamad Faizal Rizki
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Hidayat Nur Wahid, yang juga mantan Presiden PKS, mengatakan, tidak adanya tindakan tegas dari negara-negara dimana warga negaranya melakukan penistaan serta penghinaan terhadap agama merupakan perilaku yang diskriminatif.
Pembuat film The Innocence of Muslims tidak ditindak tegas oleh Amerika hingga memunculkan reaksi keras di berbagai negara, yang juga menimbulkan kerugian bagi Pemerintah Amerika sendiri.
"Bagaimana mungkin Amerika hanya berdiam diri dan tidak menindak Nakoula Basseley, padahal demonstrasi yang bergulir menimbulkan kerugian bagi mereka, mulai dari korban jiwa di Libya, serta ditutupnya kantor kedutaan di beberapa negara," tutur Hidayat di depan kantor Kedubes Amerika Serikat, (30 /9/2012).
Hidayat sangat mengecam dan mengutuk keras pembuat film The Innocence of Muslims, Nokoula Basseley serta yang menyebarkannya. Ia mempertanyakan mengapa pemerintah di negara bersangkutan tidak menangkap.
"Kenapa pemerintah yang bersangkutan tidak berani menghentikan tindakan tersebut dengan dalih adanya kebebasan berekspresi?" tegas Hidayat.
Kemudian, ungkap Hidayat, mereka yang membuat kartun Nabi yang kemudian disebarluaskan di Prancis, Jerman, dan Spanyol serta oknum-oknum yang menunggangi juga tidak ada tindakan tegas dari pemerintahnya.
"Kita lihat di Perancis itu orang pake cadar dilarang tapi orang telanjang tidak dilarang dengan dalih kebebasan berekspresi, artinya di negara-negara tersebut ada pembatasan. Di Amerika itu ada yang namanya KKK dan itu di larang, artinya negara apapun pasti ada pembatasan terhadap kebebasan," terang dia.
Ia menuturkan, kebebasan berekspresi itu penting. Namun tidak benar apabila kebebasan berekspresi itu anarki serta mencaci dan menghina tokoh-tokoh agama yang dianggap suci.
"Amerika sebagai kiblat dari kebebasan berekpresi, ternyata juga dibatasi, ketika mengkritisi Yahudi terkait holocaust maka akan dihukum, tapi kenapa yang menghina Islam tidak dihukum dengan dalih kebebasan agama," tukas dia.