Unair Gelar Peringatan 14 Tahun Penculikan Aktivis
Di sini kami akan menuntut agar kasus ini diusut tuntas sampai ke akar-akarnya
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Para aktivis mahasiswa dan pejuang hak asasi manusia (HAM) kembali akan memperingati peristiwa penculikan dua aktivis pro demokrasi Bimo Petrus dan Herman Hendrawan.
Seperti tahun 2011, peringatan akan digelar di kampus B Universitas Airlangga Surabaya yang merupakan tempat kedua aktivis tersebut menimba ilmu.
Sekretaris Ikatan Keluarga Orang Hilang (IKOHI) Jatim Triana Damayanti mengungkapkan, di peringatan ini pihaknya ingin mengingatkan pemerintah bahwa sampai saat ini penuntasan kasus penculikan aktivis mahasiswa ini tidak ada kejalasan.
Rekomendasi DPR RI agar penghilangan paksa aktivis 1998 diusut tuntas juga tidak mampu membuat pemerintah bergeming.
"Di sini kami akan menuntut agar kasus ini diusut tuntas sampai ke akar-akarnya. Tidak hanya Herman dan Bimo, tapi 13 aktivis yang hilang saat rezim orde baru juga harus dituntasnya,"kata Ana, Sabtu (22/9/2012).
Sementara isu lokal yang akan diusung adalah desakan kepada pihak rektorat maupun dekanat Unair untuk membuat monumen Herman dan Bimo di kampus B Unair. Monumen ini penting untuk mengingatkan kepada semua pihak bahwa pernah ada kejahataan kemanusiaan yang terjadi dan dialami oleh mahasiswa Unair. "Dengan monumen ini kami berharap apa yang dilakukan rezim orde baru bisa menjadi pembelajaran dan tidak diulangi rezim manapun,"katanya.
Acara yang akan digelar tanggal 27 September 2012 ini juga akan menampilkan testimoni dari keluarga Bimo dan rekan seperjuangan Herman. Selain itu juga diisi dengan musik, orasi, puisi serta aksi teatrikal dari para seniman sekaligus aktivis HAM.
Di akhir acara, para aktivis akan membacakan tuntutan-tuntutannya atas penuntasan kasus ini.
Acara yang sedianya digelar di tandon Herman Bimo kampus B Unair ini sempat diisukan tidak mendapat izin dari dekanat Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unair.
Informasinya pihak dekanat keberatan karena menganggap acara itu masuk dalam ranah politik.
"Dapat atau tidaknya izin, kami akan tetap melaksanakan karena beberapa kali agenda ini tertunda. Dan kami merasa kasus penculikan ini harus diusut segera sampai tuntas,"tegas Ana.
Dekan Fakultas Ilmu Budaya Unair Aribowo yang dikonfirmasi soal pelarangan ini mengaku kaget. "Kebetulan saya baru pulang dari kunjungan 10 hari ke Palu dan Jakarta. Dan barusan saya juga di sms mantan mahasiswa mengenai hal ini. Saya kaget kok ada larangan karena saya tidak mengetahuinya,"katanya saat dihubungi, Sabtu (22/9/2012).
Aribowo menegaskan tidak akan melarang acara itu karena peringatan itu ditujukan untuk Herman dan Bimo yang juga menimba ilmu di Unair saat peristiwa itu terjadi.
Mantan anggota Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Jatim ini bahkan siap menyediakan auditorium jika pihak panitia menginginkannya. "Kalau di luar atau di tandon prinsip saya tidak masalah, silahkan saja. Tapi kalau di luar kan harus izin kampus B juga,"katanya.
Seperti diketahui Herman dan Bimo adalah aktivis Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID) yang getol menuntut reformasi di rezim orde baru. Ditengah upayanya menuntut reformasi, kedua aktivis ini dihilangkan dan sampai saat ini tidak diketahui keberadaannya.