Gubernur NTT Heran Program DeMAM Baru Diributkan
Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Drs. Frans Lebu Raya, mengaku heran karena banyak kalangan baru
Laporan Wartawan Pos Kupang, Fredy Hayong
TRIBUNNEWS.COM, ATAMBUA--Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Drs. Frans Lebu Raya, mengaku heran karena banyak kalangan baru meributkan program Desa Anggur Merah (DeMAM) yang kini tengah berjalan di masyarakat dengan total dana Rp 250 juta/desa sasaran. Kenapa program DeMAM baru diributkan saat ini, sementara awal program ini digulirkan tidak pernah dipermasalahan.
"Pertanyaannya, kenapaa baru sekarang ributnya? Padahal masyarakat sangat mendukung, bahkan pengakuan masyarakat, program ini sangat baik tapi dananya terlalu kecil. Apakah karena tahun 2013 mau Pilkada gubernur lalu programa DeMAM ini diributkan," tanya Gubernur Lebu Raya, saat dialog bersama pemerintah Kabupaten Belu, para camat, kepala desa sasaran program DeMAM dan PKM di rumah jabatan bupati Belu, Jumat (20/7/2012) malam.
Hadir pula, Bupati Belu, Drs. Joachim Lopez, Wakil Ketua DPRD NTT, Nelson Matara, S.SoS, Wakil Ketua DPRD Belu, Magdalena Tiwu Samara, Wakil Ketua PN Atambua, Wakapolres Belu dan sejumlah pejabat dari Pemprop NTT.
Gubernur Lebu Raya menjelaskan, pemerintahannya memiliki komitmen yang kuat untuk membantu masyarakat untuk keluar dari masalah kemiskinan. Terobosan yang dilakukan adalah dengan program DeMAM dimana setiap desa sasaran dialokasikan dana senilai Rp 250 juta.
Dari perkunjungan ke beberapa daerah sasaran program DeMAM, katanya, masyarakat dengan polos mendukung karena manfaatnya dirasakan langsung. Namun yang mengherankan, pada awal program ini diluncurkan, tidak pernah ada yang persoalkan dan baru saat ini diributkan.
"Kami melihat program ini lebih pada keberpihakan pada rakyat. Idiologi kerakyatan. Pertanyaannya, kenapa sekarang ada yang kuatir dan baru mulai disoroti?. Apakah karena mau pilkada gubernur. Bagi FREN, program ini bukan karena kepentingan pilkada tapi bertujuan untuk menurunkan angka kemiskinan, tercipta jiwa kewirausahaan dan rakyat dibuka akses usahanya," kata Lebu Raya.
Menurutnya, berhasil atau tidaknya program DeMAM tidak bisa diukur dari satu dua ekor ternak mati lalu dianggap gagal. Kalaupun ada ternak yang mati itu sudah menjadi resiko alamiah dan warga akan berusaha untuk membelinya kembali. Untuk itu, katanya, jika ada yang menilai program ini gagal, maka perlu ada parameternya.
"Kami tidak alergi kritik. Justru dengan kritik, kita semakin memperbaiki jika masih ada yang kurang. Coba ditanyakan langsung kepada masyarakat penerimaa program DeMAM, apa jawaban mereka apakah senang dengan program ini atau tidak," katanya.
Gubernur meminta masyarakat penerima program DeMAM untuk tidak terpengaruh dengan kritikan yang disampaikan melalui media massa. Tetap bekerja untuk mewujudkan impian demi kesejahteraan keluarga. Saat ini, katanya, tim pemantau yang melibatkan para pihak termasuk wartawan melakukan pemantauan di lapangan sebelum ada tim khusus yang mengevaluasi program dimaksud.
"Kita tentu berharap program DeMAM ini terus berlanjut demi kesejahteraan masyarakat. Jika satu kelompok telah sukses, maka dana itu terus bergulir di desa itu. Masyarakat tentu terbantu karena belum tentu mendapat kredit modal usaha di bank bisa mencapai Rp 70 juta. Tapi melalui programa DeMAM, masyarakat bisa mendapatkan itu untuk membuka usahanya," tambah Gubernur Lebu Raya.
Sementara Bupati Belu, Drs. Joachim Lopez, mengapresiasi positif terhadapa keberadan program DeMAM. Namun, BUpati Lopez menyarankan agar pemerintah propinsi perlu memberikan pemahaman yang benar terhadap program ini agar masyarakat tidak acuh tak acuh terhadap program ini.
"Sekarang ini banyak polemik di media massa soal program DeMAM. Hal ini tentu perlu dijelaskan secara baik kepada masyarakat agar program ini berjalan baik. Saya pribadi menilai program ini sangat positif untuk masyarakat dalam mengembangkan usaha untuk meningkatkan kesejahteraannya," kata Bupati Lopez.