Senin, 6 Oktober 2025

Tak Punya Ruangan, Puluhan Siswa Terpaksa Belajar di Musala

Siswa kelas 9 SMP Negeri 4 Cililin di Kampung Pasirpogor, Desa Mukapayung, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat (KBB)

Editor: Anwar Sadat Guna

Laporan Wartawan Tribun Jabar

TRIBUNNEWS.COM, CILILIN - Siswa kelas 9 SMP Negeri 4 Cililin di Kampung Pasirpogor, Desa Mukapayung, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat (KBB), terpaksa melakukan kegiatan belajar mengajar di sebuah musala.

Selain itu, para siswa harus duduk berdesak-desakan karena jumlah bangku dan kursi di musala Al-Barokah tersebut tak mampu menampung semua siswa.

Para siswa kelas 7 dan 8, yang masing-masing memiliki dua rombongan belajar (rombel), masih sedikit beruntung. Mereka tidak harus belajar di musala karena menumpang belajar di bangunan SD Negeri Lembang yang berada di desa tersebut.

Sekolah yang terletak di sebuah perkampungan terpencil di wilayah Gunung Mukapayung itu belum memiliki bangunan sekolah.

Padahal, sekolah SMP satu- satunya di wilayah itu sudah tiga tahun menerima siswa. Bahkan saat ini siswanya sudah mencapai lebih dari 200 orang.

Seorang guru SMPN 4 Cililin, Koswara, mengatakan, karena belum memiliki bangunan sekolah, para siswa di sekolah tersebut terpaksa menggunakan ruang kelas SD Negeri Lembang yang berada di desa tersebut, bergiliran dengan murid SD.

"Sejak berdiri, kami memang belum memiliki ruang kelas. Kami masih menumpang di bangunan SD. Jika pagi digunakan murid SD, siangnya giliran siswa SMP," kata Koswara saat ditemui di lokasi musala yang disulap menjadi ruang kelas dadakan, Selasa (17/7/2012).]

Sebelum siswa kelas 9 naik kelas, dua angkatan, yakni kelas 7 dan kelas 8, masih dapat tertampung dengan menggunakan bangunan SD secara bergiliran. Namun setelah tahun ajaran baru tahun ini, pihak sekolah menerima sebanyak 78 siswa kelas 7 sehingga membuat siswa kelas 9 "terusir" dari bangunan SD tersebut.

"Karena bangunan SD tidak mampu lagi menampung siswa, kami terpaksa mencari tempat lain untuk belajar karena memang kami belum memiliki kelas. Dan warga memberi izin untuk menggunakan musala ini," ujar Koswara.

Karena hanya memperoleh satu ruangan untuk belajar, siswa kelas 9 yang terdiri dari dua rombel pun terpaksa disatukelaskan di musala berukuran 5x6 meter tersebut.

Tak heran, meski semua siswa dapat mengikuti pelajaran sambil duduk, mereka terlihat tidak nyaman karena harus berdesak-desakan dalam satu meja.

Seorang siswa, Ernawati (14), mengaku sejak kegiatan belajar mengajar dipindahkan ke musala, suasana belajar menjadi lebih tidak nyaman karena para siswa harus duduk berdesak-desakan dalam satu meja.

Menurut dia, satu meja dapat digunakan oleh tiga hingga empat siswa. "Ya enggak enak aja. Karena duduknya berdempet-dempetan, kalau lagi nulis itu susah. Belajar juga jadi enggak nyaman," kata Ernawati.

Gadis berkurudung itu mengaku sangat berharap dapat segera memiliki ruang kelas baru yang lebih representatif dan nyaman. Untuk itu, ia meminta agar pemerintah segera membangunkan ruang kelas agar para siswa dapat belajar dengan nyaman.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved