Menanti Kelahiran Badak Pertama Selama Lebih 120 Tahun
Peristiwa bersejarah itu bakal tercipta, bila salah satu badak penghuni SRS berhasil melahirkan pada akhir bulan Juni mendatang.
Laporan Wartawan Tribun Lampung, Indra Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, LAMPUNG - Di tengah kian menurunnya populasi satwa di belantara hutan nusantara, Suaka Rhino Sumatera (SRS), penangkaran badak di Balai Taman Nasional Way Kambas (TNWK), Lampung Timur, Lampung, bakal menorehkan sejarah baru.
Peristiwa bersejarah itu bakal tercipta, bila salah satu badak penghuni SRS berhasil melahirkan pada akhir bulan Juni mendatang. Jika terjadi, kelahiran tersebut akan menjadi kelahiran pertama di penangkaran secara alami di Indonesia dan keempat di dunia, selama lebih dari 120 tahun.
Adalah Ratu, satu dari empat ekor penghuni SRS yang diperkirakan akan melahirkan generasi baru penerus badak Sumatera. Ratu, merupakan badak liar yang lahir di Indonesia, yang dikawinkan dengan pejantan Andalas.
Bulan Juni 2012 ini, usia kehamilan Ratu telah mencapai 15 bulan. Berdasarkan referensi dari Cincinnati Zoo, masa kehamilan badak Sumatera berkisar 475 hari (15 hingga 16 bulan). Artinya, Ratu diprediksi akan melahirkan pada minggu ke-4 bulan Juni 2012.
"Bisa maju mundur, karena sedikitnya referensi tentang kehamilan badak Sumatera. SRS akan mencatat sejarah sendiri jika kelahiran dapat berjalan sesuai harapan kita," ujar Sukatmoko, Humas Balai TNWK, Rabu (20/6/2012).
Itu sebabnya kesehatan Ratu menjadi prioritas utama SRS. Dalam menanti kelahiran anak badak Sumatera ini, SRS TNWK dibantu oleh beberapa ahli badak. Antara lain Dr Benn Bryan dari Tarongan WPZ Australia, DR Scott Citino dari White Oak Conservation Centre Amerika, Keeper atau pawang dari Cincinnati Zoo Amerika Paul Reinhart, Dr Susie Ellis dari International Rhino Fondation (IRF), Dr Bibhab K Talukdar dari IRF Asia dan Asian Rhino Specialis Group IUCN, dan Taman Safari Bogor.
"Kondisi kesehatan Ratu saat ini dalam keadaan baik. Perkembangan kehamilannya tidak ada masalah," cerita Sukatmoko melalui telepon kepada Tribun. SRS rutin melakukan Ultrasound (USG) dan sejak 10 Juni lalu dilakukan setiap tiga hari sekali.
Dari hasil yang didapat, detak atau denyut jantung calon ibu baru itu terlihat jelas dan normal, sebagai indikator kehamilan yang baik. Sementara bagian tubuh janin, masih sulit terlihat dengan jelas.
"Karena sudah besar. USG yang ada di SRS tidak dapat lagi melihat secara keseluruhan. Hanya bagian-bagian tertentu saja. Itu misalnya kaki, tali pusar, tulang belakang, atau saluran pencernaan," paparnya.
Dalam melakukan penanganan kehamilan, keselamatan induk badak menjadi prioritas utama. Karena itu, untuk menjaga keamanan dan ketenangan Ratu yang sedang hamil tua, SRS melarang pengunjung atau tamu untuk memasuki lokasi SRS sejak bulan Mei lalu. Ini ditujukan untuk memberikan kondisi terbaik bagi sang induk.
Ratu dikabarkan ditempatkan pada lokasi paddock satu di depan kantor SRS. Dengan Maternity fasilitas berupa stall seluas 6x8 meter, dengan lokasi 100 meter dari pinggir jalan yang didesain sedemikian rupa, agar induk dan anak badak aman dan nyaman ketika proses melahirkan.
Paddock dilengkapi instalasi empat kamera CCTV untuk mengontrol dengan pusat di maternity stall dan monitor dapat dilihat tim. "Mulai 12 juni kemarin, Ratu sepenuhnya berada di dalam boma dan kandang yang dimonitor secara ketat dari pawang badak dan tim dokter melalui CCTV," imbuhnya.
Tim juga telah menyiapkan peralatan emergency yang diperlukan sesuai dengan skenario kelahiran badak, dari yang terbaik sampai dengan yang terburuk. Di antaranya, obat-obatan termasuk bius dan infus, peralatan bedah caesar yang menjadi pilihan terakhir tim, dan peralatan fetotomy (apabila anak mati di dalam dan perlu segera dikeluarkan agar induk selamat).
Sukatmoko berharap, proses kelahiran Ratu dapat berjalan lancar. Menurutnya, badak Sumatera yang merupakan spesies badak terkecil di dunia dengan tinggi bahu 120 hingga 145 sentimeter ini, semakin hari populasinya kian menurun.