Minggu, 5 Oktober 2025

Film Romo Soegija

12 Miliar untuk 2.775 Aktor dan Aktris Film Soegija

Film Soehija didukung lebih dari 2.775 pemain, menggunakan 6 bahasa dan menghabiskan dana Rp 12 miliar.

Editor: Domu D. Ambarita
zoom-inlihat foto 12 Miliar untuk 2.775 Aktor dan Aktris Film Soegija
KOMPAS/RADITYA HELABUMI JAYAKARNA
Seniman Butet Kertaradjasa (kanan) saat media gathering film Soegija yang disutradarai Garin Nugroho, di Jakarta, Rabu (16/5/2012). Media gathering dengan moderator Rosiana Silalahi dan Romo Benny Susetyo itu dihadiri sejumlah pemeran film Soegija, yaitu Nirwan Dewanto, Annisa Hertami, dan Andrea Reva

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Film Soegija yang telah lima tahun digagas, dengan berbagai riset baik dokumen, akhirnya dapat diwujudkan. Awal bulan depan, filam ini akan diputar di bioskop jaringan Studio 21 dan XXI.

Marketing dan Trainer di Studio AV Puskat FX Tri Mulyono, menuturkan, film ini didukung lebih dari 2.775 pemain. Film ini menggunakan 6 bahasa dan menghabiskan dana Rp 12 miliar.

Proses lama karena didahului riset mendalam terhadap foto-foto foto, lokasi, saksi-saksi, dan kehidupan masyarakat. Juga karena terkait dengan berbagai sejarah dengan beragam situasinya, dan berbagai pihak yang terlibat di dalamnya.

Film yang dibuat di Yogyakarta dan beberapa kota di Jawa Tengah, antara lain Semarang, Ambarawa, Magelang dan Klaten ini juga didukung pemain asing, dari Belanda dan Jepang. Pelibatan pemain-pemain asing ini, secara nyata menjadi usaha untuk menghadirkan situasi multikultur. Selain itu film ini menggunakan bahasa-bahasa Indonesia, Jawa, Inggris, Belanda, Jepang, dan Latin.

Monsignor (Mgr) Soegijapranata adalah seorang pemikir dan pemimpin yang rendah hati dan bersahaja. Maka film ini meskipun kolosal, tetap harus menunjukkan karakter Mgr Soegija, humble, bersahaja dan elegan.

Menghadirkan kembali era tahun 40-an merupakan tantangan tersendiri terutama karena sudah banyak arsitektur dari zaman itu sudah hancur. Namun dengan indah, film ini mampu menghadirkan ikon-ikon yang khas di masa itu.

Ikon dimaksud terlihat melalui wajah-wajah para pemain, penampilan, kostum, lagu, bahkan buah-buahan seperti srikaya dan rambutan menjadi detil yang sangat diperhatikan. Kekhasan multikultur sangat ditonjolkan baik dari pemilihan karakter wajah pemain, kostum, maupun setting film ini.

"Film ini tidak semata-mata memfokuskan diri kepada kelompok tertentu tetapi merayakan makna kebhinekaan bagi keindonesiaan. Inilah tawaran humanisme yang ditimba dari oase perjalanan dan perjuangan hidup Soegijapranata. Di tengah situasi bangsa yang tengah dirobek oleh kepentingan kelompok tertentu, film Soegijapranata menawarkan rajutan nilai ketokohan bagi pembangunan jati diri bangsa yang mencintai dan menghidupi kebhinekaan," tutur Garin, sutradara "Soegija" yang berusaha membuat film ini terajut dengan indah meskipun penuh makna.

Soegija (diperankan Nirwan Dewanto) yang diangkat menjadi uskup pribumi dalam Gereja Katolik Indonesia ketika perang dunia kedua sedang berkecamuk. Dan perang adalah kisah terpecahnya keluarga besar manusia. Ketika Jepang datang ke Indonesia (1942), Mariyem (Annisa Hertami) terpisah dari Maryono (Mohammad Abe), kakaknya. Ling Ling (Andrea Reva) terpisah dari ibunya (Olga Lydia).

Keterpisahan itu tidak hanya dialami oleh orang-orang yang terjajah, tetapi juga oleh para penjajah. Nobuyuki (Suzuki), seorang tentara Jepang dan penganut Budhist, selalu teringat anaknya di Jepang ketika menyaksikan anak-anak dalam kancah perang.

Robert (Wouter Zweers), seorang tentara Belanda yang selalu merasa jadi mesin perang yang hebat, akhirnya juga tersentuh oleh bayi yang ia temukan di medan perang. Ia pun rindu pulang, ia rindu ibunya. Di tengah kecamuk perang itu juga Hendrick (Wouter Braaf) menemukan cinta yang ternyata tak mampu ia miliki karena perang.

"Film ini tidak hanya mengisahkan tentang kepahlawan Soegija tetapi yang penting justru bagaimana film ini mengajak kita memaknai kembali nasionalisme dalam konteks jaman ini. Soegija mengingatkan bahwa perjuangan tidak identik dengan kekerasan. Soegija memberi teladan melampaui diri dan agamanya. Keutamaan kehidupan berbangsa adalah belajar dan bekerja, membina kerjasama dan memupuk kebangsaan kita dengan terbuka," demikian disampaikan Sekretaris Komisi Hubungan antar Agama dan Kepercayaan Konferensi Waligereja Indonesia Romo Benny Susetyo Pr.

Film yang terwujud berkat dukungan dari banyak pihak ini, termasuk dukungan dana yang dikumpulkan dari masyarakat berbagai kalangan, akan mulai tayang di bioskop pada tanggal 7 Juni 2012. Semoga Soegija mampu menyatukan kembali kisah-kisah cinta keluarga besar kemanusiaan yang sudah terkoyak oleh kekerasan dan kematian. (*)

Baca Berita Terkait:

Aktor Romo Soegija Seorang Muslim

Soegija, Kisah Kepahlawanan Uskup Pribumi

Bedah Film Soegija di WTC

Soegija Gunakan Senjata Diplomasi untuk Merdekakan RI

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved