Ekspresi Petasan, Cara Harry De Fretes Bangkitkan Lenong
Pertunjukan tradisional lenong mengalami kemunduran. Praktisi lenong, Harry De Fretes ingin membangkitkannya kembali.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Willem Jonata
TRIBUNNEWS.COM-JAKARTA - Pertunjukan tradisional lenong mengalami kemunduran. Praktisi lenong, Harry De Fretes mengatakan pertunjukan itu sekarang keadaanya malah sama dengan sebelum tayangan televisi "Lenong Rumpi" menjadi sangat populer di tahun 1990-an.
"Lenong menjadi kelihatan datar lagi," ucapnya, saat ditemui di Thamrin City, Kebon Kacang, Jakarta Pusat. Lenong, lanjut dia, kalah pamor dengan derasnya budaya dan tontonan luar yang lebih gebyar karena dibungkus dengan menarik.
Karena itu, Harry berusaha membangkitkan kembali budaya lenong lewat ajang Ekspresi Pelajar Jakarta dan sekitarnya atau Ekspresi Petasan 2012. Tujuannya, memberikan ruang kepada pelajar untuk berekspresi lewat dunia menyanyi, tari, dan tentu saja lenong.
"Saya sebagai seniman punya konsentrasi dengan itu. Apalagi, budaya asing makin banyak. Sekarang Lady Gaga aja udah pusing kan. Ini upaya kecil. Setidaknya lebih baik kita melangkah daripada enggak melakukan sama sekali. Nah, saya coba lewat lomba ini, dan ternyata masih punya gairah," ucapnya.
Harry menyadari upaya pelestarian lenong mesti dilakukan pelan-pelan. Menurutnya, sudah terlalu lama anak-anak muda dijejali dengan moderenitas. Lewat ajang ini, ia ingin memberi tahu bahwa budaya tradisional tidak kalah keren jika dikemas dengan baik.
Lomba 'Ekspresi Petasan' 2012 digelar pada 15 Juni 2012, di Thamrin City, Jakarta Pusat. Ajang itu memperebutkan piala bergilir Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo. Harry de Fretes, Ati Ganda, Bens Leo, Ingrid Wijanarko, Citra Pranajaya dan Aditya Gumai bertindak sebagai dewan juri.