Legislator Hanura Perjuangkan Pedagang 'Ballo' Jeneponto
Legislator Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) DPRD Sulsel Muchtar Tompo mengaku prihatin terhadap

Laporan Wartawan Tribun Timur, Ilham
TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR - Legislator Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) DPRD Sulsel Muchtar Tompo mengaku prihatin terhadap kebanyakan masyarakat Jeneponto yang terpaksa harus berdagang ballo. Ballo adalah sejenis minuman memabukkan yang terbuat dari air nira, atau biasa disebut sebagai tuak.
Muchtar Tompo menyandingkan keprihatinannya itu terhadap janji Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo beberapa waktu lalu. Menurut Muchtar, Syahrul pernah berjanji kepada masyarakat Jeneponto untuk membangun Industri pengolahan Gula Merah Lontara (yang berasal dari Ballo) berorientasi ekspor di Jeneponto.
"Itu janji pak Syahrul kepada masyarakat Jeneponto saat hari jadi Jeneponto tahun lalu. Mestinya itu sudah harus berjalan di tahun 2012 ini. Waktu saya reses kemarin, itu semua ditanyakan terus oleh masyarakat. Sebaga wakil, saya hampir tak punya lagi alasan untuk menjawabnya," kata Muchtar kepada Tribun Timur, Makassar, Minggu (20/5/2012)
"Beberapa minggu ini banyak lagi pedagang Ballo' miras yang ditangkap dalam perjalanan ke kota Makassar, mereka nekat untuk menggeluti kembali bisnis tersebut. Padahal jika industri pengolah Ballo menjadi gula merah ini dibangun, prospeknya secara ekonomi lebih menjanjikan," anggota komisi B ini menambahkan.
Menurut Muchtar, jika Syahrul ingin menepati janjinya kepada masyarakat Jeneponto maka upaya Syahrul dapat melumpuhkan prilaku tengkulak. Selanjutnya, menekan angka kriminalitas dan ikut membantu menyebarkan Syiar Agama Islam.
"Semua orang tahu bahwa kabupaten Jeneponto adalah kabupaten termiskin secara administrasi. Mestinya ada upaya maksimal pemprov dalam monitoring dan pembinaan. orientasinya pada maksimalisasi program ke Jeneponto," ujar Muchtar
Selain soal Ballo, lanjut Muchtar, masyarakat Jeneponto masih didera kisah pilu di sektor pertanian. Seperti Kecamatan Tamalatea, Bontoramba, Bangkala barat dan Tarowang menderita lantaran kesulita mendapat bibit jagung apalagi padi.
Baca juga: